Our Stupid Brother

836 69 0
                                    

.
.
.
.
.

Rasanya rasa penasaran memanglah tak salah, tapi yang membuatnya menjadi kesalahan adalah karena rasa penasaran itu kau malah menyakiti dirimu sendiri yang juga membuat saudaramu ikut terluka karena dirimu yang bahkan ikut merasakan lebih dari apa yang kau lakukan.

Pagi ini Jaemin masih tertidur terlelap di alam mimpinya, para sahabatnya sekarang sudah lelah karena Jaemin yang tak kunjung bangun juga. Semuanya masih setia menunggu Jaemin untuk bangun dan bertemu dengan mereka yang pastinya ditunggu mereka adalah Jaemin yang bangun dengan senyum manisnya.

Terkadang hyungdeul, sahabatnya, juga maknae bergantian menjaga Jaemin, tapi yang paling sering menjaga Jaemin adalah sahabatnya. Entahlah, rasanya lama sekali sekarang sudah 2 bulan sejak semuanya mengetahui keadaan Jaemin dan sejak saat itu pula Jaemin terbaring koma, walau pun bukan di ranjang rumah sakit, tetap saja semuanya merasa benci dengan keadaan ini yang membuat Jaemin terbaring lemah tak berdaya.

"Jaem, kapan kau akan bangun, butuh berapa lama lagi kau tidur,"Haechan menatap Jaemin dengan dengan sedihnya, dirinya, tidak, bukan hanya dirinya, semua orang di rumah ini sangat menyayangi Jaemin bahkan mereka dengan setianya menunggu Jaemin uuntuk segera bangun dari tidur panjangnya. Iya ini sudah 2 bulan, dan beberapa hari lagi sudah memasuki bulan ketiga.

"Jaem, kok kayaknya mimpimu seru banget sampe gak mau bangun gitu, apa kamu bertemu dengan eomma dan appamu? Jika iya kuharap mereka tak akan membawamu,"Jeno mendekati ranjang Jaemin dan memainkan lagu dari music boxnya, selalu rutin seperti itu, setiap Jeno menjenguk Jaemin dirinya selalu memutar ulang music box yang terletak di nakas.

"Jaem, please, wake up, if you don't wake up I will be mad at you, I hate you Jaem, hikss,"Renjun yang sejak tadi menahan sesak dadanya karena menahan tangisnya, akhirnya tangisnya pecah karena kalimatnya sendiri. Mana mungkin Renjun bisa dan berani marah juga membenci Jaemin, rasanya itu tak bisa dan tak mungkin dilakukan oeh seorang Huang Renjun.

"Ayolah Jaem, cepat bangun apa kau tak rindu pada kami,"Yangyang mendekati ranjang Jaemin dan menggenggam erat tangan sang pangeran yang terbebas dari infus.

"Ku rasa dia pasti merindukan kita semua, yang pasti merindukan kalian, kuyakin dia akan bangun setelah urusannya disana terselesaikan,"Kun menghampiri mereka setelah tak sengaja mendengar pembicaraan mereka berempat.

"Iya hyung, tapi kapan pastinya Jaemin akan bangun?"Renjun masih terisak matanya sembab karena terlalu lama menangis. Kun mendekati keempatnya dan memeluknya dengan pelukan yang hangat dan menenangkan.

"Kun Ge, aku sangat merindukannya,"Renjun kembali menangis diikuti Yangyang juga yang ikut menangis di pelukan Kun.

"Sudahlah, jangan menangis lagi, Jaemin pasti akan bangun, kalian jangan seperti ini, Jaemin pasti sakit jika mengetahuinya,"Kun masih memeluk adik adiknya dan menenangkan mereka agar berhenti bersedih, sejujurnya Kun juga sedih, tapi dia bisa apa dia harus menutupi kesedihannya dengan senyuman yang menenangkan.

Jaemin saat ini masih dalam keadaan koma, iya dia menemui eomma dan appanya, mereka bermain bersama, berbicara bersama, dan bahkan saat ini Jaemin sedang duduk di kursi panjang taman berwarna putih, yang dipenuhi pemandangan pemandangan yang indah.

Hey, Na What's Wrong With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang