|•Kedatangan Siswi Baru•|

60 8 6
                                    


Bukannya lupa, tapi memang tidak ingat sama sekali.

***


Gaduh? Itu lah sekarang yang terjadi di kelas XI IPA 1. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masih, kelompok cewek memilih berkumpul dibagian tengah dan entah apa yang sedang mereka bicarakan, bergosip ria mungkin. Dan kelompok cowok ada yang nyanyi-nyanyi nggak jelas dengan sapu sebagai gitar dan yang paling parah ngumpul dipojok kiri belakang dengan satu handphone di hadapan meraka membuat mereka segar dan bersemangat, entah karena apa.

Tapi, berbeda dengan seorang Raiki Alterio Savian yang lebih memilih menyandiri di bangkunya ditemani lentera mini miliknya.

"Kael!" seru seseorang membuat siempu menoleh.

Keal menatap orang tersebut dengan bingung. "Astaga, gini amat punya teman," gusarnya menepuk jidatnya sendiri.

"Kael. Gue TEZZA!" tekannya membuat Kael mengerjabkan matanya beberapa kali.

"Tezza?" gumannya memerhatikan wajah Tezza yang mulai merah karena menahan kesal.

"Iya! Cepat ikut sama gue," desaknya membuat Kael meraih cepat lenteranya yang berada di ujung meja.

Mereka berjalan beriringan membuat Tezza yang berada disebelahanya menggeram kesal. "Kael jalan itu natap ke depan bukan ke bawah!"

"Iya," jawab seadanya Kael.

"Untung teman," guman Tezza melirik Kael yang terus menunduk.

"Kita mau kemana?" tanyanya membuat Tezza menghela napas.

"Kuburan," celetuk Tezza membuat Kael berhenti.

"Ha?"

"Ck!" decak Tezza menarik tangan Kael supaya cepat berjalan.

Kael mencoba menyimbangi jalannya supaya tidak tertinggal oleh langkah Tezza. Bukan hal langka seperti ini terjadi di sekolah, Kael dan Tezza kerap menjadi sorotan karena wajah mereka tampan dan tak lupa pula dengan ekspresi Tezza yang kerap kali kesal jika bersama dengan Kael. Sedangkan Kael seperti anak yang harus selalu menuruti perkataan sang bapak. Dan yang terpenting mereka tidak bisa dipisahkan kemana-mana.

Karena tidak memerhatikan jalan Kael tak sengaja menabrak punggung Tezza, karena dia tiba-tiba berhenti.

"Kak Kael," sapa seseorang membuatnya mendongkakkan kepala.

Kael menatap siswi di hadapannya dengan bingung. "Kenapa?" tanya Kael melaikan Tezza.

"Em, gini kak Kael disuruh ke ruangan buk Marta sekarang," ujarnya tak lepas menatap wajah Kael.

Kael menoleh ke arah Tezza, karena anggukan Tezza dia mengiyakan apa yang diucapkam siswi itu.

Tezza yang risih ditatap segera menyeret tangan Kael untuk menjauh dari sana. Bukan apa-apa sebagian besar siswa dan siswi yang berada di sana menatap mereka berdua.

"Tezza kita kemana? Dan buk Matra itu siapa?" tanyanya membuat Tezza gemas sendiri.

"Kael, bukan buk Matra tapi MARTA," jawabnya segaja menekan akhir katanya.

Kael mengangguk kecil tanda mengerti padahal di dalam pikirannya masih bertanya-tanya siapa buk Marta tersebut.

"Kita mau kemana?" tanyanya membuat Tezza menghentikan langkahnya.

"Ke kuburan mau?" tanyanya balik membuat Kael terbelalak kaget.

"Kita masih sekolah," jawabnya melirik ke kanan dan ke kiri.

Lentera [Terbit]Where stories live. Discover now