5

5.2K 415 219
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Hubungan Naruto dan Hinata semakin hari semakin membaik , itu sukses membuat Tsunade senang. Cucunya kini lebih banyak tersenyum, sudah mulai bercanda kembali dan terkadang terlihat menjahili istrinya.

Tsunade bersyukur untuk semua ini. Tak tau bagaimana cara Hinata menyadarkan Naruto bahwa tak semua wanita itu peselingkuh.

Pemandangan didepannya saat ini tidak pernah terlintas dalam benaknya. Cucunya sedang mengelus perut besar Hinata yang sedang duduk bersandar didepan dada cucunya. Hinata terlihat sangat nyaman dalam posisi sepeti itu dengan terus mengemil kripik kentang. Tsunade terkekeh, cucu menantunya itu sangat suka sekali makan dan ngemil. Bahkan menghiraukan berat badannya yang mungkin akan naik drastis.

"Kalian mesra sekali..." Hinata beranjak dari bersandarnya.

"Semua wanita sama saja?" Tsunade berniat menyindir sang cucu. Tapi yang ada Naruto malah terkekeh.

"Aku salah tentang persepsi itu nek."

"Karena istrimu juga wanita kan?"

"Nenek mau punya cucu menantu sejenis denganku?"

"Amit-amit." Hinata hanya terkikik, kini ia duduk disamping suaminya, disusul Tsunade yang duduk di single sofa.

"Kapan kau memeriksakan kandunganmu Hinata?" Tanya Tsunade.

"Besok nek. Nenek, ingin ikut?"

"Boleh." Tsunade tersenyum sumringah. Dia ingin melihat cicitnya.

"Aku juga." Seru Naruto. "Kau sudah banyak libur Naruto-kun." Hinata mengingatkan suaminya itu dengan sedikit kesal. Karena selama hubungan mereka membaik, suami pirangnya ini sangat malas ke kantor. Hinata sampai menepuk jidatnya saat menyerah membujuk suaminya untuk berangkat kerja.

"Aku bosnya."

"Cih..." Hinata berdecih yang mana malah mengundang tawa Naruto.
Tsunade hanya ikut tersenyum sebagai tanda dirinya juga ikut merasakan bahagia.

"Dasar rubah. Sialannya lagi kenapa kau kaya."

"Takdir."

"Pria brengsek yang beruntung."

"Hey... Mulutnya, mau ku invasi hem?" Wajah Hinata memerah.

"Kau terlalu vulgar Naru." Mereka bertiga tertawa bersama dan menyambung tawa.
.
.
.
Naruto menatap bayi mungil diranjang pasien milik sang istri. Dini hari tadi, Hinata merasakan kontraksi hebat, dengan tergesa Naruto dan Tsunade membawa Hinata ke rumah sakit.

Pukul satu dini hari, Hinata sudah berada di rumah sakit. Ternyata Hinata sudah mengalami pembukaan tiga.  Naruto mendampingi istrinya dengan sendu. Bagaimana tidak, ia melihat Hinata yang merintih saat bayi mereka mencoba mendorong masuk menuju jalan keluarnya.

Duduk, berdiri lagi, jalan lagi, duduk lagi, berdiri... Selalu seperti itu.

"Sshhh..." Rintih Hinata. Naruto mengelus pinggang Hinata, karena istrinya itu selalu mengeluh pegal dan panas dipinggangnya.

"Naruuu..." Suara lirih  serta wajah yang mengeryit menandakan betapa istrinya sedang menahan sakit yang luar biasa.

"Apa sayang?"

"Sakit." Mata bulan favoritnya berkaca-kaca. Bibir yang biasanya meneriaki dirinya kini berdesis lirih.

"Sabar... Jika saja bisa aku gantikan." Ujar Naruto menyampirkan anak rambut Hinata ke belakang telinga. Hinata menggeleng, "ini sudah kodratku."

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang