"Bagiku pertemuan selalu menjadi hal yang luar biasa. Seperti halnya bertemu kamu."
****
Malam ini hujan sempurna membungkus kota Jakarta, membuat satu-dua orang mengumpat tertahan, membuat rombongan pemuda berlarian. Di bawah sana kendaraan sudah merayap layaknya barisan semut. Sinar lampu jalanan serta lampu kendaraan berbaur dengan deras hujan malam ini, membentuk larik-larik kemilau. Indah sekali.
Aku mulai mendekati jendela raksasa di hadapanku, menyentuhnya. Memperhatikan satu persatu tetes hujan yang turun membelah lapisan embun di jendela. Rasanya dingin.
Aku menghela napas jengah. Bagaimana aku bisa pulang jika hujan turun sederas ini? Aku mengendarai motor.
Lantas segera kurapatkan jaket kulitku, malam ini jelas dingin sekali.
Saat ini aku sedang berada di perpustakaan kota, hendak mencari referensi kata untuk lagu yang kutulis. Sedari tadi aku sudah mencari beragam buku, mulai dari buku puisi hingga buku resep masakan sudah kenyang kubaca, tapi kertas yang sejak tadi kusiapkan masih saja kosong. Tuhan...tolong berilah hambamu ini pencerahan
Aku menoleh kebelakang, menatap deretan kursi dan meja kosong. Malam ini perpustakaan kota sepi pengunjung.
"Hai, kak Nuca."
Aku lantas menoleh ke sumber suara. Terkejut nian kala melihat gadis itu. Leherku mendadak tegang, jantungku berpacu lebih cepat. Dialah gadis pemilik manik cemerlang. Dulu hingga kini tetap sama.
"Halo." hanya kata itu yang mampu kuucapkan, dinginnya malam ini seolah ikut membekukan otakku. Astaga, aku tidak bisa berpikir kala melihat mata indahnya.
"Ini kak Nuca kan?"
Aku hanya mengangguk, musik yang sedari tadi berputar seakan mengalun lebih lambat, membuatku tenggelam dan terjerat pesona gadis di hadapanku ini. Dia masih sama cantiknya.
Gadis itu tersenyum tipis, lalu melangkah ke arahku dan berdiri tepat di sebelahku, ikut menikmati keindahan kota.
Perpustakaan ini didirikan di atas bangunan hotel. Entah apa maksud sang arsitek saat membangun perpustakaan ini, tapi yang jelas tempat ini sangat indah, ditambah koleksi bukunya sangat lengkap dan terawat. Perpustakaan tebaik di kota ini.
"Kak Nuca sudah lama di Jakarta?" Ia bertanya sembari menoleh ke arahku. Aku enggan menoleh ke arahnya, lebih memilih menikmati gemerlapnya kota saat malam hari.
"Iya, lumayan."
sebagai balasan, gadis di sebelahku hanya mengangguk lalu menunduk, sambil sesekali merapihkan anak rambutnya.
Suasana canggung menyelimuti pertemuan kami berdua hingga kami harus terjebak hening cukup lama. Ia asyik menikmati keindahan kota.
Saat ini kami sedang berada di lantai teratas perpustakaan--perpustakaan ini memiliki 2 lantai. Keindahan kota terlihat jelas sini. Lampu-lampu yang berbaur dengan hujan, gedung gedung tinggi menjulang, taman kota dengan berbagai pepohonan yang tersusun rapih. Tapi sungguh, bagiku semua keindahan itu tidak seberapa dibandingkan pesona gadis di sampingku. Gadis itu jelas lebih memesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan yang takkan tenggelam di wajahmu
Fanfic-Puteri, sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik, dan tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang...