****
Kak Nuca, senang rasanya bisa mengenalmu, mengenal teman seperjuangan setangguh dirimu. Senang pula mengetahui kau tumbuh dengan baik, tumbuh dengan hebat.
Kamu tahu kak? Bagiku kamu adalah bagian dari perjalanan hidupku, pertemuan kita adalah skenario dan takdir yang sudah dijanjikan oleh Tuhan.
Rasanya seperti keajaiban ketika kita bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda. Kau bukan lagi kak Nuca yang usil dan aku bukan lagi gadis kecil yang cerewet. Namun, sungguh bagiku itu juga sangat menyakitkan, mengingat aku tidak bisa melakukan apapun untuk memilikimu. Korelasi yang sempurna antara luka dan bahagia.
Kak...jika memang perasaan itu ada dan tumbuh di hatimu, pun sama hal nya denganku. Bedanya, aku sudah terikat. Terikat dengan dia dan Tuhanku.
Sungguh, setiap malam aku selalu terusik dengan mimpi menyesakkan yang semuanya sempurna berisi tentangmu, tentang angan dan harapku akan kamu.
Namun, aku tidak sepertimu. Aku tidak berusaha membunuh perasaan yang sejak dulu bersemi. Aku tidak berusaha menikam hatiku demi mengusir perasaan itu. Aku hanya berusaha menerima. Menerima bahwa perasaan itu memang ada dan terus tumbuh. Aku juga tidak berusaha merawatnya. Aku akan membiarkan perasaan itu tumbuh dengan sendirinya walau itu berarti mimpi menyesakkan yang hadir di setiap malam panjangku akan terus berlanjut, bergulir dan membentuk korelasi luka.
Aku tahu kita saling memendam rasa demi menjaga segala sesuatu yang saat ini sedang bergulir. Aku tahu kita saling menaruh harap lebih, tapi apa boleh buat? Langkah kita amat terbatas. Rasanya tidak mungkin kita melangkah ke tujuan yang sama.
Kak...jika memang kita tidak bisa bersatu, ikhlaskan saja ya? Karena memang benar adanya bahwa apa yang kita inginkan tidak harus selalu kita miliki. Pun sama halnya dengan perasaan kita.
Kak...Jika aku mengikhlaskan perasaan ini, bukan berarti aku tidak tersakiti. Karena sesungguhnya aku juga tidak mampu merawat perasaan ini. Yang ada, jika ini terus berlanjut, kita akan sama-sama hancur. Oleh karena itu, kita ikhlaskan saja ya? Agar kita tidak sama-sama tersakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan yang takkan tenggelam di wajahmu
Fiksi Penggemar-Puteri, sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik, dan tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang...