"Laki-laki yang kemarin adalah anak dari tetangga baru kita, benar?" Bunda menatap anaknya yang tengah bersandar pada bahunya. Tangan Bunda senantiasa mengelus pelan rambut Jungwon.
"Iya," Jungwon menganggukkan kepala, "Memangnya kenapa, nda?" Lanjutnya.
"Jungwon menyukainya?"
Ayah yang sedaritadi membaca koran; berpura-pura seakan tidak peduli mengenai obrolan keduanya, lantas menatap kearah dimana istri dan anaknya berada.
"Terlepas Jungwon menyukainya atau tidak, bukankah Jungwon tidak pantas untuknya?" Jungwon mendongakkan kepala, bertemu tatap dengan Bunda, "Jungwon tidak memiliki masa depan, berbeda dengan Kak Jay."
Keheningan yang sempat melanda keduanya terpecah ketika Ayah membanting koran yang berada ditangannya. Emosi beliau tersulut akibat perkataan Jungwon, "Omong kosong apa yang baru saja kamu katakan? Kamu juga memiliki masa depan, Jungwon!"
Jungwon menegakkan tubuh, tidak lagi bersandar pada Bunda, "Jungwon penyakitan, Ayah! Bahkan medis belum menemukan obat untuk seseorang seperti Jungwon, lantas apa yang Ayah maksud bahwa Jungwon memiliki masa depan?!"
Kedua bola mata Jungwon berkaca, wajahnya memerah karena amarah. Namun kemudian ia tersadar bahwa telah berkata tinggi pada Ayah, "Maafkan Jungwon. Selamat malam Ayah, Bunda, Jungwon permisi."
※
Sudah memasuki hari kedua dimana Jungwon berdiam diri di kamar seharian. Bahkan Jungwon tidak lagi melukis di taman seperti malam-malam biasanya. Dan Jungwon hanya akan keluar dari kamar jika Bunda memanggilnya untuk makan bersama. Seperti saat ini,
"Jungwon, ayo turun! Sudah waktunya makan malam," Teriak Bunda dari lantai bawah.
Jungwon bangkit dari tidurnya. Bukan tidur sungguhan, ia sedari tadi hanya memandangi langit-lagit kamar dengan tatapan kosong.
Setelah sampai pada lantai dasar, Jungwon melihat Sunoo yang telah bergabung dengan Ayah dan Bunda.
Sunoo melambaikan tangan ribut saat melihat Jungwon berjalan menuju meja makan, baru saja ingin melempar tanya, sebuah suara menghentikan niat Jungwon, "Ini mangkuk yang Bunda maksud, bukan?" Itu suara Jay.
Jungwon menoleh kearah belakang, tepat di ambang pintu dapur, Jay berdiri sembari mengangkat sebuah mangkuk, "Oh! Hai, Jung?"
Jungwon segera berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, berakhir membuat semua tatapan menuju kearahnya.
Tidak lama berselang, Jungwon kembali turun dengan pakaian yang berbeda. Jika tadi ia hanya mengenakan kaos putih oversize berpadukan celana pendek hitam diatas lutut, maka sekarang telah berganti dengan sebuah hoodie berwarna peachㅡ tentunya berukuran oversize, karena jungwon sangat menyukai itu, dengan celana training hitamnya.
Jungwon lantas menduduki kursi di ujung meja makan tanpa menghiraukan yang lain, "Selamat makan."
"Ah, iya, selamat makan semua!" Sunoo menyahuti perkataan Jungwon dengan penuh semangat.
※
Malam sudah semakin larut ketika keduanya berjalan bersisian menuju taman tempat mereka pertama kali bertemu.
"Kak, ada tidak ya seseorang yang menyukai? Maksudku, aku seperti ini. Hanya bisa berdiam diri di kamar sepanjang hari, kecuali saat malam menjelang. Bukankah akuㅡ" Jungwon memutuskan ucapannya karena tidak mendengar langkah kaki Jay yang beriringan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
midnight sun ※ jaywon
Fanfictionjungwon selalu mengamati bagaimana dunia bekerja dibawah terik matahari dari balik jendela kamarnya. ㅡinspired by movie called, "taiyou no uta".