Him

1 0 0
                                    

Rutinitas Farissa seperti biasa. Sekolah dan les tambahan. Kebetulan hari ini dia memiliki kelas di Pioner sehingga dia akan mudah menyerahkan barang Indi. Indira sendiri adalah kakak kelasnya di Pioner.

Menggunakan sepeda motor kesayangannya, Farissa berangkat menuju Pioner. Menempuh waktu dua puluh menit, akhirnya dia tiba di Pioner. Sesampainya di Pioner netra matanya menangkap keberadaan Indi bersama seorang lelaki seusianya. Tampaknya mereka terlibat pembicaraan serius.

Selesai memarkirkan sepeda motornya, Farissa tak langsung masuk gedung Pioner. Dia menunggu keduanya selesai bicara sambil mengeluarkan barang milik Indi. Barang berupa kuisioner telah diisi teman-temannya.

Indi tampaknya menyadari keberadaan Farissa dan menghampirinya. "Hai, Sa" sapanya dengan riang.

"Hai, mbak. Ini titipan mbak kemarin. Teman-temanku sudah selesai mengisinya." Farissa memberikan tumpukan kuisioner telah terisi pada Indi.

Indi pun segera mengambilnya dan melihat kuisionernya. "Wah, terima kasih banyak Sa. Untung sekali ada kamu."

"Ndi, aku balik dulu." Tiba-tiba teman lelaki Indi menghampiri mereka.

"Ech, tunggu dulu." Indi menahan kepergian temannya. "Kenalan dululah sama adik kelasku! Ini Farissa. Farissa ini Wisnu, temanku." Indi memperkenalkan mereka berdua.

Wisnu dengan gentlenya mengulurkan tangannya mengajak mereka berkenalan. Farissa pun segera membalas uluran tangannya sambil tersenyum kecil.

"Salam kenal, mas." Sapa Farissa ramah tak ingin dicap jutek. Dia cukup dekat dengan Indi sehingga tak ingin mengecewakannya.

"Oh ya, Sa kamu masih perlu catatan fisika?" Indi masih ingat betul kalau adik kelasnya itu paling lemah di Fisika.

Farissa dengan meringis mengangguk. "Mbak Indi ada catatan lain?"

"Sudah aku pinjamkan kamu semua. Tapi Wisnu masih ada." Sergah Indi sambil melirik Wisnu di sampingnya.

Wisnu hanya geleng-geleng kepala melihat teman kecilnya. Dia tahu betul Indi berniat membuatnya dekat dengan gadis di depannya. Namun entah kenapa, dia merasa Farissa sang cuek padanya.

"Kalau kamu mau aku bisa bawakan." tawar Wisnu ketika mendapati wajah tak enak dari Farissa. "Kebetulan aku ingin membersihkan beberapa bukuku."

Farissa menatap tak enak pada kakak kelas baru dikenalnya. Berbeda dengan Indi dia selalu bertemu dengannya ketika Pioner memiliki acara sehingga mereka cukup lumayan dekat. Wisnu merupakan orang baru dalam dunia pertemanan.

"Terima saja bantuannya. Anak ini cukup lumayan rajin kalau masalah mencatat daripada aku. Dia berniat menjadi seorang progremer sehingga matematika dan fisika harus dikuasainya di luar kepala." Indi mencoba membujuknya. "Kamu tak akan kecewa jika meminjam catatannya."

Farissa pun menganggukan kepala menyetujui tawaran keduanya. "Kapan aku bisa mengambil catatan kakak?"

"Besok? Kebetulan aku ada kelasnya besok." Wisnu bertanya dengan tak yakin.

"Besok tak masalah. Kebetulan aku ada kansultasi dengan salah satu tutor." Farissa menyetujui. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Kelasku akan segera di mulai." tambahnya pamit karena melihat tutornya sudah bersiap masuk ke kelas.

Pertemuan hari itu merupakan sesuatu tak diduga dan direncanakan oleh Farissa. Perkenalannya dengan seorang Wisnu merupakan awal baginya mengenal berbagai hubungan dalam hidupnya. Dari Wisnu dia mengenal gejolak-gejolak dalam hidup dan sedikit demi sedikit keluar dari zona nyamannya.


A Journey of RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang