P R O L O G

8 5 0
                                    

Senin pagi ini terasa sangat berbeda, dimana langit jogja diselimuti awan pekat dan hawa dingin yang cukup terasa.
Ya, benar saja pagi itu satu persatu rintik hujan mulai jatuh, yang menandakan berakhirnya tandus dikota istimewa itu.

Kepadatan lalu lintas yang biasanya menjadi pemandangan dipagi hari menjadi berkurang saat derasnya hujan benar-benar turun pagi itu. Aktifitas pedagang yang biasanya berjualan dipinggir jalan menjadi lumpuh.

Begitu pula dengan Elang sakti ranendra. Pemuda yang tak kenal kata lelah,gengsi ataupun malas.

"Malah udan mas elang" (malah hujan mas elang) kata seorang pria tua yang duduk didepan teras.

"Enggih pak malah mpun jawah yah keten" (iya pak malah udah hujan sekarang) sahut elang.

Ya, Elang sakti ranendra biasa dipanggil elang, pemuda tamatan salah satu SMA negeri dijogja itu adalah penjual batagor dialun-alun lor. faktor ekonomi keluarga yang mengharuskan elang berhenti mengenyam dunia pendidikan dan harus bantu keuangan keluarga dengan berjualan batagor di sekitaran alun-alun lor kota jogja.

"Le nek udan rasah dodolan ngko diiderke neng cerak omah ae" (nak kalo hujan gak usah jualan nanti jualan deket rumah aja) kata wanita paruh baya yang tidak lain ibunya elang.

"Nggih buk mangkih nek mboten terang kulo iderke ten cerak omah mawon" (iya buk nanti kalo tidak reda aku jualan deket rumah aja) sahut elang kepada ibunya.

Sudah hampir dua jam hujan tidak reda, seakan sedang menikmati mengguyur setiap sudut kota bersamaan dengan lamunan elang yang semakin dalam.

"Le tangio udane wes terang" (nak bangun hujanya sudah reda) ibu elang.

"Hoamm... Mpun terang to buk" (hoamm... Sudah reda to buk)

Elang sakti ranendra, begitulah elang, seakan tidak punya rasa malas untuk melakukan sesuatu, apa lagi itu menyangkut ekonomi keluarga, pasti akan cekatan. Apa lagi dia anak pertama dan masih mempunyai adik perempuan yang masih duduk dikelas 1 SMA.
Yang sehrusnya itu menjadi tanggung jawab orang tua elang, mau nggak mau keadaan mengharuskan elang turun tangan untuk membantu membiayayai kebutuhan sekolah adiknya.


S

uasana alun-alun tampak sepi, rasanya sudah lama sekali tempat ini tidak diguyur hujan, yang biasanya mulai dari pagi sampai malam tidak pernah sepi berbanding terbalik pagi ini, oktober menyapa dengan rintiknya berserta dinginnya.
Grobak tua elang pun masih terisi batagor yang sedari tadi belum ada pembeli yang jajan, mungkin karna habis hujan, ya bisa saja. Karna biasanya batagor elang laris manis.

"Assalamualaikum" suara elang.

"Waalaikumsalam, wes mulih to le" (udah pulang to nak) jawab ibu elang.

"Sampun buk, nembe sepi niki buk batagore tasih katah" (udah buk, baru sepi ini buk batagore masih banyak) sahut elang dengan nada lirih.

"Wes rapopo disyukuri ae le, kono le adus terus salin kaos wes ditunggu adimu dijak maem bareng" (udah gak papa disyukuri aja nak, sana mandi terus ganti baju udah ditunggu adikmu diajak makan bareng) ibu elang.

YOGYAKARTA, kota pelajar, kota gudeg, kota wisata bersejarah yang diberi gelar Daerah Istimewa ngayogyakarta hadiningrat dibawah kepemimpinan Sri sultan HB X.

                                          ****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BASAH KUYUP DI YOGYAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang