Setelah dua jam, akhirnya api berhasil di padamkan oleh pemadam kebakaran. Banyak pengunjung yang mengalami luka parah langsung dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan yang terkena luka ringan diberikan pertolongan pertama di depan hotel.
Untungnya Binnie tidak apa-apa, ia hanya diberikan tabung oksigen saja karena banyak karbon monoksida yang ia hirup.
"Ms. Binnie, kamu yakin gak papa? Kita ke rumah sakit ya?" tanya Winwin.
Binnie berdecak pelan. "Saya gak papa, Tuan Dong. Serius deh." jawab Binnie.
Winwin menatap iba Binnie yang sedang mengatur pernapasannya. Winwin sangat merasa bersalah.
"Maafkan saya, Ms. Binnie." ucap Winwin akhirnya. "Harusnya saya membiarkan kamu ikut tadi. Kalau begitu, kamu gak akan sampai nyaris meninggal gini." kata Winwin.
"Ya ampun Tuan Dong, siapa juga yang menyangka kalau terjadi hal begini? Ini bukan salah Tuan Dong." balas Binnie.
"Saya mau cari reservasi hotel dulu. Semoga saja ada yang menerima reservasi dadakan." kata Winwin sembari membuka ponselnya.
Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri Binnie dan Winwin. Binnie mengingat anak itu. Itu anak yang Binnie tolong ibunya. Dia tidak sendiri, dia bersama seorang pria.
"Hello, Miss. My son told me that you saved my wife. I want to thank you for helping my wife. You saved my wife's life." kata Pria itu kepada Binnie.
"Hello, sir. Nevermind! Is your wife fine?" tanya Binnie.
"Yes, she is fine. She is in hospital right now. And she also thanked you." jawab Pria itu.
Binnie bernapas lega. "Glad to know that."
"By the way, as a replay for your kindness," kata pria itu sembari mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Sebuah kartu. "Maybe you and your husband can stay on my friends' hotel? Just tell the receptionist my name, Joe Hudson, and they will find you a room. And also i'll pay for it. Don't worry, it's also a five-star hotel."
Seketika Winwin langsung melotot.
"Ah, really? Thank you so much, Sir!" balas Binnie sembari menerima kartu tersebut. Lalu sedetik kemudian Binnie jadi ikut melotot karena menyadari ucapan pria itu. "I'm sorry, he is my boss, not my husband." balas Binnie.
Pria bernama Joe itu langsung menutup mulutnya. "Ah, my bad. I'm sorry for that."
"Thank you so much, Mr. Hudson. We appreciate it a lot." balas Winwin.
"You're welcome. I will call my friend immediately. Hope it's help you guys." balas Joe.
"Thank you so much, Miss. I hope you will get tons of happiness." kata anak kecil itu kepada Binnie.
"You're welcome!" balas Binnie sembari tersenyum manis.
Joe dan anaknya itu pergi. Sementara Winwin langsung menatap Binnie galak.
"Dalam keadaan darurat gitu kamu masih bisa ngedahuluin orang lain?!" tanya Winwin galak. "Ms. Binnie, kalau dalam keadaan darurat, kita harus mementingkan keselamatan masing-masing dulu!"
Binnie menjauhkan alat pernapasan dari hidungnya. "Tuan Dong, ada kalanya kita juga harus membantu orang lain. Tuan Dong bisa bayangin kalau Ibu anak itu meninggal? Kan kasian. Hidup tanpa Ibu itu gak enak, tau."
Winwin memasang kembali alat bantu pernapasan itu ke hidung Binnie. "Jangan dilepas."
Binnie menepuk kasur rumah sakit yang ia duduki. "Tuan Dong gak cape apa berdiri terus? Sini duduk."
Winwin akhirnya duduk di sebelah Binnie. Sementara Binnie kembali mengatur pernapasannya.
Winwin menoleh ke arah Binnie, entahlah. Walaupun merasa marah, tapi di satu sisi Winwin juga salut kepada Binnie. Lagi-lagi, Binnie mendahulukan kepentingan orang lain.
Tangan Winwin tergerak untuk melepas tuxedo abu-abunya. Lalu ia meletakkan tuxedo nya di bahu Binnie. Di detik itu Binnie langsung menoleh ke arah Winwin.
"Terima kasih, Tuan Dong." ucap Binnie sembari tersenyum.
"Winwin." balas Winwin.
"Hah?"
"Mulai sekarang, kamu jangan panggil saya Tuan Dong. Panggil saya Winwin." kata Winwin sambil tersenyum.
Binnie spontan menggeleng. "Nggak ah, Tuan Dong. Kan nggak sopan."
Winwin menghela napasnya. "Walaupun saya boss kamu, tapi kita ini seumuran. Kamu ini manggil saya Tuan kesannya kayak saya tua banget."
"Yaudah, gini aja, di depan orang lain, kamu panggil saya Tuan Dong. Tapi kalau cuma kita berdua, panggil aja Winwin." kata Winwin.
Binnie akhirnya mengangguk. "Oke, Winwin." balasnya. "Kalau gitu, Tuan Dong jangan panggil sama Ms. Binnie. Panggil saya Binnie aja."
Winwin mengangguk sembari menunjukkan cengirannya. "Binnie."
Winwin dan Binnie.
"Winwin, kenapa kamu dipanggil Winwin?" tanya Binnie. Jujur, dari dulu Binnie bertanya-tanya soal ini. Dari Dong Sicheng ke Winwin itu jauh banget.
"Itu nama pemberian Nenek saya. Win kan artinya menang. Biar menang nya gak cuma sekali, jadinya Winwin." jawab Winwin.
"Terus kenapa di kalangan pembisnis, kamu tetep dipanggil Dong Sicheng? Kenapa nggak Winwin Dong?" tanya Binnie lagi.
Winwin tertawa pelan. "Ada cerita lucu. Dulu waktu SMP, saya sekolah di sekolah negeri. Public school. Karena saya... Chinese... saya sering diejek sama temen saya. Terus nama saya diplesetin, dari Winwin jadi Loselose. Saya marah. Setelah itu saya gak mau orang yang gak akrab manggil saya Winwin lagi."
Binnie mengangguk. "Ah gitu..."
Hingga Binnie sadar akan satu hal, apa Binnie termasuk ke orang akrab itu hingga Winwin mengizinkannya untuk memanggilnya dengan sebutan Winwin.
"Emangnya... saya akrab sama kamu?" tanya Binnie.
Sebuah cengiran terlihat di sudut bibir Winwin. "Kamu sudah tiga minggu menjadi sekertaris saya. Tapi nyatanya, kamu bukan cuma sekertaris saya. Tapi kamu juga seperti body guard saya. Kamu seperti sahabat saya."
"Setiap saya punya masalah, saya enggan untuk berbagi dengan siapapun. Setiap saya bertengkar dengan Pinky, saya gak mau melibatkan siapapun. Bahkan Mr. Taeil pun dulu gak pernah ikut campur." sambung Winwin. "Kamu beda, Binnie."
Binnie tersenyum simpul. "Saya juga mau bilang makasih, kalau gak karena kamu mungkin saya udah masuk penjara karena gak bisa bayar hutang."
Winwin mengangguk pelan sembari menoleh ke arah Binnie. "Sama-sama."
Pada saat itu, Winwin dan Binnie sadar satu hal, kalau pertemuan mereka membawa hal yang berarti dalam kehidupan mereka satu sama lain.
hai guysss mau mengabarkan, kalo buku ini draf nya udah aku tulis sampe tamat yaa. jadi aku akan update setiap hari biar kita bisa move ke way v the series berikutnyaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
³ when winwin met binnie ✓
Fanfic[ #3 𝘄𝗮𝘆 𝘃 𝘁𝗵𝗲 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗲𝘀 ] are they... destined to each other?