Jangan kaget. Yang kemarin itu memang ending. Setelah kupikir, aku buat prolog, eh epilognya gak ada:') oke, ini bener-bener ending guys. Xixi
______
Jungkook yang nampak santai duduk menikmati pagi membaca buku ditemani teh itu merasa kaget, harinya diawali dengan teriakan sang kekasihnya yang datang ke flat sederhananya ini.
"Jeon Jungkook! Kemari kau!"
Begitu yang terus ia dengar, tapi Jungkook memilih diam. Biarkan saja wanita itu yang ke sini mencarinya, lagipula ia sedang asyik membaca.
Jungkook yang fokus membaca buku di meja belajar itu menoleh cepat saat melihat Jihan muncul di depan pintu dengan mimik wajah menahan tangis. Matanya sudah berkaca-kaca.
"Kenapa?"
Pertanyaan dengan nada yang pelan nan lembut itu semakin membuat Jihan ingin menangis, ia sontak berjalan mendekati Jungkook walau kakinya sempat menghentak-hentak lantai. Mungkin kesal.
Tanpa berkata, Jihan menyodorkan sesuatu pada Jungkook. Laki-laki itu langsung menerimanya, meskipun mengernyit bingung.
Jungkook tahu itu benda apa, matanya sempat membola melihat dua garis merah di tespek yang Jihan berikan. Ia senang, tapi masih bersikap biasa saja, "Aku jadi papa muda?"
Mendengar itu Jihan meringis masam, "Jungkook ..." Perempuan itu berhambur memeluk tubuh besar kekasihnya, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jungkook. Menangis. "Aku belum siap hamil, belum siap punya bayi." cicitnya sendu.
Laki-laki berkacamata itu menyamankan posisinya, memangku sang tercinta dan tak henti-hentinya mengelus punggung Jihan.
"Katakan, kenapa belum siap?"
Jihan masih menangis, terisak kecil. "A-aku belum siap jadi ibu," Perempuan itu menarik diri, mengusap air matanya seraya menatap Jungkook, "Kita .. gugurkan saja."
Kedua mata Jungkook melotot, rahangnya mengetat usai mendengar kalimat itu terucap, "Jangan menyalahkan bayiku! Kita bisa melakukan cara lain selain aborsi. Kalau sampai kau berani melakukannya, aku tak akan memaafkanmu Jihan. Sampai kapan pun!"
Jihan balas berteriak, "Aku sudah bilang waktu itu, aku belum siap hamil. Tapi kau selalu tidak pernah memakai pengaman setiap bermain. Kau sudah dua kali mengeluarkannya di dalam Jungkook!" Jihan memukul dada Jungkook dengan dua kepalan tangannya, "Ini bukan kesalahanku saja, Jeon ..."
Jungkook menarik napas dalam, lalu menghapus air mata Jihan yang terus menerus turun ke pipi, "Bayinya tidak salah di sini, tolong jangan berpikir terlalu pendek seperti itu. Ini darah daging kita, kau tega?"
Memang, Jihan terkesan egois memikirkan ini. Tapi Jungkook waktu itu bebal, hanya bilang 'Jangan khawatir, tidak akan jadi'. Kata-kata itu terus yang dikeluarkan oleh laki-laki setiap mereka bermain tanpa pengaman.
Jihan merutuki dirinya juga, saat melakukannya dengan Jungkook ia sama sekali tidak memikirkan ini. Yang di otaknya hanya ada, lagi, lagi dan lagi. Terhalangi kabut nafsu sampai akhirnya malah menyesal dengan hasilnya.
"Coba katakan padaku, kenapa ingin menggugurkan bayi kita? Kau tak siap jadi ibu? Itu konyol, setiap perempuan akan merasakannya dan kau sendiri tidak siap?" Jungkook memandang datar, "Lebih baik kau jangan lahir jadi perempuan."
Jihan menggeleng dengan kedua mata yang nampak sembab dan basah. Terus menangis mendengar ucapan kekasihnya.
"Oh, apa karena kau terpikirkan mengenai Taehyung dan Jimin? Aku yang akan menanggung semua keperluanmu Jihan. Aku yang akan tanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyeglasses ✔
FanfictionIni pasal Jihan yang harus menyelesaikan tugas dari Taehyung. ©Arriverdeci 2020