Chapter 2

6.5K 761 1
                                    

Happy Reading!
-
-
-

Aku mengambil buku harian tersebut, gerakan ku terhenti, kala aku melihat beberapa barang yang terdapat di dalam kotak di bawah lantai marmer itu.

Ada sebuah bingkai foto aku dan kakak ku, juga setangkai bunga poppy dan batu safir sedang yang di kunci dalam sebuah kotak kaca kecil.

Aku ingat, ini merupakan pemberian seseorang, tetapi aku lupa siapa itu.

"Nona?" Rinni memanggil ku karena aku tidak bergerak dan memperhatikan isi kotak tersebut.

Aku menurunkan lantai marmer yang terbuka itu sehingga kotak itu tertutup.

"Terima kasih rinni." Aku bangkit kemudian berjalan menuju sofa dimana aku sarapan tadi, rinni berjalan mengikuti ku.

Aku duduk kemudian langsung membuka buku harian tersebut, aku langsung membuka halaman terakhir aku menulis.

{Hari ini, aku kembali ke mansion reithel, seperti biasa dia sangat sibuk dengan pekerjaan nya, terutama sebagai penyihir kekaisaran, walau begitu aku tetap berada di mansion nya untuk menyambutnya pulang, aku akan membuat teh hangat dan beberapa kudapan kesukaannya agar dia merasa nyaman, walau dia tidak terlalu banyak bicara dan hanya diam, tapi aku senang, aku merasa bahagia melakukan itu sebagai tunangannya, karena aku mencintainya}

Aku mengatupkan gigiku kesal, dan merasa jijik membaca tulisan ku sendiri, dengan cepat membuka mundur halaman lain, tapi hampir semua catatan harian selalu tertulis.

Bahwa aku mencintai pria bajingan itu.

BRAK!

Aku melempar buku harian tersebut.

"No-nona?" Rinni terkejut, ia terdiam sebentar lalu berjalan dan mengambil buku itu, dan mengembalikan nya padaku dengan perlahan.

Aku menundukkan kepalaku, dan meremas tangan ku satu sama lain, nafas ku terengah-engah, memori dimana dia mengabaikan ku, bahkan mengkhianati ku dengan wanita lain kembali berputar dengan cepat.

Aku membaringkan tubuhku di sofa, lalu menutup mataku dengan lengan.

"Rinni, taruh buku itu di atas meja, rapihkan teh dan roti yang kau bawa tadi." Ujar ku dengan suara serak.

"Ba-baiklah, ah nona, se-selain itu apa nona ingin mandi? Merendam tubuh di air hangat dapat merilekskan tubuh dan pikiran." Rinni menawarkan, aku terdiam sebentar kemudian mengangguk.

"Tolong ya." Singkat ku.

"Baiklah nona, mohon tunggu sebentar." Ucap nya, lalu Rinni segera merapihkan peralatan teh dan piring makanan tadi, lalu menaruh kembali ke kereta makanan yang di bawanya, Kemudian meninggalkan ruangan.

Aku mengubah posisiku menjadi miring, kemudian melihat buku harian itu di atas meja di hadapanku dan menatapnya dengan sorot sendu.

"Karena aku mencintainya....apa-apaan itu....omong kosong." Aku berbicara pelan, kemudian tertawa kecil dengan miris.

"Bahkan di hari kematian ku, dia dengan santainya membawa wanita lain seakan aku tidak ada apa-apanya." Aku tersenyum nanar dengan alis bertautan.

"Dulu aku dengan bodohnya mencintai pria brengsek itu..."

⬛⚪⬛

Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi, aku terkejut melihat gaun yang di persiapkan rinni, sangat mewah dengan desain yang rumit dan berwarna biru terang.

"Tunggu, kenapa gaun itu?" Tanya ku dengan alis menurun.

"Eh? Apakah gaunnya kurang bagus nona?" Tanya rinni dengan sorot bingung, Aku menggeleng cepat.

I Change My Life: The Red PoppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang