3.30

22 8 3
                                    

Nara menendang ringan kakinya ke arah tembok kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara menendang ringan kakinya ke arah tembok kelasnya. Bel pulang sudah berbunyi beberapa saat yang lalu dan ia bingung harus pulang dengan siapa. Hari ini ia sedang tidak ingin bertemu orangtuanya karena sesuatu. Ia pun tidak membawa uang yang cukup untuk membayar angkutan umum.

"Kenapa masih disini?" Hilal datang dari arah sampingnya dengan ransel yang sedang ia tenteng.

Nara tersenyum tipis menanggapi pemuda itu "sebentar lagi balik kok."

Hilal menghembuskan napasnya lalu ia menggendong ranselnya "ayo gue anterin. Entar keburu sore lo gak bisa berangkat les."

Nara cepat-cepat menggeleng bermaksud menolak ajakan Hilal. Tapi pemuda itu tetap memintanya untuk ikut.

"Nara ayo, gue tau lo lagi ada masalah dan gak ada yang jemput lo. Sekali aja."

Walau ragu, akhirnya Nara memutuskan untuk ikut dengan pemuda itu. Tidak masalah, hanya untuk sekali saja.

Mereka berdua berjalan dengan jarak yang lumayan jauh, sampai-sampai Hilal menengok ke arah sampingnya dan menarik tangan Nara.

"Lo kenapa kalo jalan suka jauh jauhan gitu sih?"

"Hilal lepas." Kata Nara dengan nada tak nyaman.

Hilal yang baru sadar akhirnya melepaskan cekalannya pada tangan gadis itu dan melanjutkan jalan mereka berdua ke arah parkiran.

Tidak ada yang berbicara, keduanya memutuskan untuk diam tanpa berniat untuk memecahkan keheningan. Setelah memanaskan mobilnya, mereka pun akhirnya berangkat.

Di tengah perjalanan, Hilal menyalakan lagu untuk sedikit mengisi sepi. Ia melirik Nara yang duduk memalingkan wajahnya ke jendela, menatap mobil-mobil yang memadati kota.

"Congratulations." Kata Hilal tiba-tiba.

Nara menatap Hilal dengan pandangan bertanya.

"Judul lagunya, Congratulations." Jelasnya untuk menjawab kebingungan gadis itu.

Nara mengangguk mengerti. Ia kembali memandangi jendela sambil sesekali kakinya mengetuk ringan mengikuti irama lagu.

"Bisa gak sih kita balik kayak dulu lagi Nar?"

Pertanyaan itu seketika menghentikan kegiatan Nara. Ia menunggu kelanjutan dari perkataan pemuda itu tanpa berniat untuk memotong.

"Gue rasa, kita ini sekarang jadi beda."

"Apanya yang beda?"

"Sejak kejadian itu, gue rasa lo semakin menjauh. Padahal kita kan udah janji buat gak berubah jadi canggung kayak gini."

"Itu cuma perasaan lo aja kok." Jawab Nara sekenanya.

Hilal mendesah bingung. "Mungkin, atau emang lo beneran mau ngejauh dari gue?"

Nara yang mendengar omongan itu tersenyum tipis menanggapinya. "gue bukan sengaja ngejauh Hilal, tapi emang seharusnya seperti itu kan? Inget, ada hati yang harus lo jaga."

"Tapi Anggit gak pernah pernasalahin hubungan kita?"

"lo tau apa soal hati dia?"

Hilal terdiam saat Nara melemparkan pertanyaan itu. Ia sudah tidak lagi berniat untuk menjawab. Lagi pula mereka sudah sampai ke depan gerbang kediaman Nara. Jadi, mau tidak mau mereka harus menghentikannya.

"Makasih ya, maaf repotin lo. Salam buat bunda." Kata Nara untuk terakhir kalinya lalu ia segera keluar tanpa mempedulikan Hilal yang sedang di rundung perasaan campur aduk.

" Kata Nara untuk terakhir kalinya lalu ia segera keluar tanpa mempedulikan Hilal yang sedang di rundung perasaan campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mengunci pintu depan, Nara menatap ke sekeliling rumahnya memastikan tidak ada seorang pun. Akhirnya ia berjalan dengan santai ke arah kamarnya.

Ia meletakkan tas ranselnya di atas kasurnya dan mengeluarkan barang-barang di dalamnya termasuk ponsel. Saat tangannya akan meraih jurnal yang masih terselip, ponselnya tiba-tiba berdering memperlihatkan notif yang masuk.

Penasaran, Nara membuka ponselnya dan ia melihat ada nomor yang tak dikenalinya mengirimkan pesan.

|086347388xx|

'Kamu di antar Hilal ya?'
'Kalau begitu hati-hati'
read

"Lah dia siapa?" Gumam Nara.

Saat akan mematikan ponselnya, notif kembali masuk membuatnya mengurungkan niat.

|086347388xx|

'Ah syukurlah udah sampai?'
'Jangan lupa istirahat'
read

'?'

'Besok jangan menolak pemberianku lagi ya'
read

'kamu siapa?'



Namun pertanyaannya tidak di jawab. Akhirnya Nara memilih untuk tidak peduli dan menyimpan ponselnya jauh. Setelah itu ia pergi untuk membersihkan diri segera sebelum berangkat les.

✧・゚: *✧・゚:*    *:・゚✧*:・゚✧

CHOSE YOU TO LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang