Mean membuka matanya. Ia tersenyum. Sebuah pemandangan yang langka dan menarik tersaji begitu apik dan seksi di depannya.
Plan memakai kemeja Mean yang tentunya kebesaran di tubuhnya yang mungil dengan kancing yang terpasang hanya pada beberapa bagian saja sehingga sebagian bahu dan lehernya yang dipenuhi jejak Mean itu terekspos dengan bebas.
Ia melipat bagian tangannya sampai pada bagian siku. Sementara kemeja itu menjuntai hanya menutupi sampai pada bagian paha atasnya. Mean tahu di balik kemeja itu, ia memakai celana dalamnya tanpa bra.
Plan membuat cepol pada rambutnya menyisakan sebagian rambut pada bagian belakangnya karena ia tak rapi melakukannya. Sayangnya, sang pemilik rambut kecoklatan itu seolah tak peduli dengan tatanan rambutnya itu sebab ia tengah berkonsentrasi pada dokumen yang ia baca.
Ia bolak-balik berjalan sambil membaca dokumen dengan kaki jenjang dan tanpa alas kaki. Sesekali ia mengembuskan napasnya dan menggigit bibirnya saat ia menemukan sesuatu yang membingungkannya dan ia aka membawa post it dan langsung menandainya.
Semuanya tak luput dari pengamatan mata sipit Mean. Ia bangun dan berjalan telanjang mendekati Plan yang tengah memunggungi dirinya dan mencium leher belakangnya.
Plan tersentak kaget. Ia menoleh dan segera menjauh. Ia menatap Mean sekejap lalu mengalihkan pandangannya saat melihat pemandangan di depannya. Dengan cepat ia berlari ke dekat celana Mean dan meraih lalu melemparnya ke arah Mean memintanya untuk memakainya.
Mean tersenyum. Ia memakainya. Setelah itu, ia duduk di depan Plan sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Kau serius sekali! Kau bisa mengatakan kepadaku tentang masalahnya. Jika ini tentang perusahaan, kita berada dalam perahu yang sama," ujar Mean sambil menatap Plan.
"Uhm," gumam Plan sambil melirikkan matanya dan kembali pada dokumen. Mean masih menunggu. Plan menutup dokumennya lalu ia mulai menjelaskan. Mean tersentak kaget setelah mendengar semua penjelasan.
"Berapa orang yang tahu tentang masalah ini?" tanya Mean lagi. Wajahnya terlihat serius.
"Hanya kau dan aku saat ini. Aku ingin memastikan dulu semuanya. Jadi, kuharap kau tak berbicara tentang masalah ini dengan siapapun, termasuk nenek dan kakek," sahut Plan.
"Mai. Tidak akan. Ini sangat serius. Jika memang ini sudah terjadi sejak ayah masih ada, artinya ini sudah berlangsung sangat lama. Kenapa kita baru menyadarinya sekarang?" Mean menatap Plan penasaran.
"Kita menerima orang baru di keuangan karena yang sebelumnya meninggal mendadak dan ia melaporkan ada kejanggalan dalam laporan cash flow setiap tahunnya dan itu membuatku menjadi penasaran. Jadi, aku menyelidiki. Sebelumnya, semuanya baik-baik saja. Ini juga tak terdeteksi karena mereka mengambil dalam jumlah yang kecil tapi teratur. Namun karena krisis ekonomi saat ini, keuangan menjadi sadar bahwa ada sesuatu yang aneh dengan laporan anggaran setiap bulannya," terang panjang lebar.
"Uhm. Kau bilang rekeningnya sekarang mengalir ke luar negeri," sahut Mean memastikan.
"Iya, ke Finlandia," ujar Plan.
"Aku sudah menjadwalkan akan mengeceknya pada akhir tahun. Aku akan memeriksa saat pergi berlibur agar tak ada yang curiga," sahut Plan.
"Apa? Langkahmu cepat sekali," sahut Mean.
"Ini kasus besar, Mean. Aku harus bertindak cepat. Aku tak ingin perusahaan merugi. Aku tak bisa bayangkan nasib ribuan karyawan perusahaan kita jika perusahaan mengalami kebangkrutan dan aku akan merasa sangat bersalah kepada ibumu," sahut Plan lagi. Tatapannya kosong.
"Kenapa pakai kemejaku?" tanya Mean, menyimpang dari pembicaraan utama.
Plan melotot dan wajahnya memerah. Ia tak sadar memakai baju Mean. Otaknya terlalu terokupasi pads persoalan perusahaan.