Neena kembali dari Australia. Saat ia tahu bahwa nenek dan kakek Mean tak ada, ia menyambangi rumah Mean dan tanpa rasa malu langsung mendatangi kamar Mean.
Hari itu Minggu siang. Mean masih tidur dan seperti biasanya saat ia tidur, ia tak menggunakan apapun. Ia hanya berselimut sampai pada bagian dadanya.
Neena cukup mengenal kebiasaan ini. Ia tersenyum. Ia menanggalkan semua pakaiannya dan kemudian menarik selimut dan merebah di samping Mean.
Ia baru saja akan mendekati Mean saat Plan mengirimnya pesan dan bertanya tentang keberadaannya. Neena mengambil foto dia dan Mean yang tengah lelap dalam tidurnya dan ia memvideo keadaan sekitarnya lalu mengirimkannya kepada Plan.
Saat Plan membukanya ia tersentak kaget. Jelas ia tahu di mana Neena berada dan entah kenapa hatinya terasa sesak saat ia melihat video itu. Plan tak mengirim pesan lagi kepada Neena. Ia diam berpikir dan ia kemudian tersenyum.
"Seorang bajingan akan tetap menjadi bajingan," sahut Plan kepada dirinya dan ia membanting hpnya ke atas kasur.
Plan kemudian berjalan ke ruang kerjanya dan memilih untuk menghabiskan kekesalannya dengan membaca dan menganalisis dokumen.
Nenek dan kakek Mean pulang ke Thailand dan membawa seseorang yang membuat Plan harus melotot. God Itthipat, mantan pacarnya, sang pria yang diam-diam masih mengokupasi hatinya itu tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil menyunggingkan senyuman yang selalu inda bagi Plan.
Kedatangan God ada kaitannya dengan peresmian pengalihan kekuasaan dari Plan kepada Mean sekaligus menjadi pendamping dan penasihan hukum kakek dan nenek Mean yang karena posisinya itu, mereka diharuskan memiliki penasihat hukum pribadi.
Mean menangkap gelagat antara Plan dan God. Cara Plan bersikap kepada God terbilang sangat khas dan istimewa. Tentu saja ini mengundang kecurigaan sekaligus kecemburuan. Ini membuat Mean bahkan bertanya kepada Neena tentang hubungan mereka.
Mean sudah tahu Neena ada di Thailand dan mereka sudah sering makan siang bersama khususnya setelah mereka berbaikan, bukan lewat ranjang, melainkan benar-benar dengan cara berbicara.
Benar, Neena mengajaknya berkomunikasi melalui ranjang dan benar pula Mean menolaknya meskipun ia tahu bahwa pelayanan Neena di ranjang memuaskan dirinya.
Namun, itu dulu sebelum ia menjamah Plan. Neena masih jauh jika dibandingkan dengan Plan. Perempuan mungil ini memiliki paket yang sangat komplit dan tak mungkin diabaikan apalagi dilewatkan begitu saja.
Mean saja menyesal, tak menjamahnya dari dulu.
Namun, ia sangat beruntung sebab ia memiliki sang perempuan yang berstatus istrinya itu.Pada akhir Minggu sore, Mean, Plan, nenek dan kakeknya, Gong dan New bermain tenis bersama. Mean berangkat dengan Plan dari rumah. Sejak nenek dan kakeknya kembali ke rumah, Plan kembali ke rumah dan seranjang lagi dengan Mean.
Tentunya ini membahagiakan Mean. Setiap malam naganya tak lagi kesepian sebab naganya selalu bersemayam hangatbdi lubang kesayangannya. Plus, Plan tak pernah memberontak lagi, meskipun ia memang tak berperan aktif saat mereka melakukannya.
Apa yang dilakukan God kepada Plan dan sebaliknya membuat Mean cemburu. Saat mereka bermain tenis, mereka berada salam satu tim dan mereka begitu kompak dalam permainan dan berhasil mengalahkan semua pasangan termasuk Mean.
Pada saat makan siang, secara refleks, Plan menyingkirkan semua makanan yang God tak suka dan mengambilnya lalu memakannya. God melakukan hal yang sama. Mereka seperti berada di dunia mereka sendiri dan Mean hanya bisa menjadi orang lain menonton kebahagiaan mereka.
Kejadian lainnya yang membuat Mean cemburu adalah liontin separuh hati yang dimiliki Mean dan Plan yang jika dipasangkan jelas akan menjadi sebuah hati yang utuh. Pada masing-masing separuh hati liontin itu terukir inisial nama masing-masing, P dan G.