ADULT SHORT STORY 🔞
Kumpulan cerita pendek romantis yang hanya terdiri dari beberapa part saja.
Kisah tentang 3 Klan Keluarga Kaya dan Berkuasa di Indonesia yaitu Keluarga Alvander, Keluarga Bratadika dan Keluarga Moran.
Kisah para Billionaires mud...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Axel Raymundo Devon (27th)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruby Evangeline Alvander (24th)
Happy reading, enjoy it and don't forget to vote / comment guys ❤️
*****
Seorang gadis cantik melenggang dengan anggun sesekali tersenyum dan menyapa orang-orang yang dikenalinya. Ia hendak memasuki sebuah ruangan temaran yang berisikan para pria tampan, mereka adalah Axel, Brick, Kenzo, Alvaro dan Nick. Lima pria-pria muda sukses yang telah bersahabat sejak di bangku SHS itu tengah berkumpul bersama sambil berbincang serta menikmati minuman keras di sebuah ruangan VIP Blue Dragon Nightclub milik Brick. Mengingat besok adalah hari ulang tahun sang kekasih maka Ruby bermaksud memberikan kejutan tepat di jam 12 malam. Kue ulang tahun serta hadiah telah dipersiapkannya dengan bantuan Jackson—asisten pribadi Axel.
Tubuh Ruby tertahan ketika mendengar percakapan yang masih dapat didengarnya walau samar melalui celah pintu yang telah dibukanya tadi. Ia yang merasa penasaran pun refleks mengintip dan menahan lengan Jackson yang tengah membawa kue ulang tahun Axel. Ruby memberi isyarat pada pria itu agar diam dan tidak bersuara.
"Ini sertifikat serta surat-surat kepemilikan pulau pribadi yang kujanjikan padamu Ax. Aku mengaku kalah, sial sekali"
Gadis itu dapat melihat Brick menyodorkan sebuah map kepada Axel yang duduk tepat di depannya.
"Kau memang selalu kalah dariku Brick" ejek Axel sambil tertawa
"Lalu apa rencanamu selanjutnya Ax? Melanjutkan hubungan kalian atau seperti biasa?"
Ruby mengerutkan keningnya bingung mendengar pertanyaan yang dilontarkan Alvaro. Mati-matian ia berusaha berpikir positif hingga tanpa sadar tangannya mencengkeram erat gagang pintu. Ruby tidak dapat melihat dengan jelas ekspresi yang ditampilkan Axel karena pencahayaan yang memang kurang memadai. Tapi ia masih bisa mendengar suara bariton yang selalu membuatnya bergetar itu.
