Rifgi POV
Dua tahun yang lalu, atau lebih tepatnya ketika aku masih duduk di kelas tiga SMA. Karena kedua orang tuaku bercerai, akhirnya aku harus tinggal dengan ibuku yang selama ini hanya sibuk dengan pekerjaannya saja.
Sampai pada saat itu, dia tidak tahu kalau aku mengalami kecelakaan motor. Memang tidak parah, tapi—sampai satu minggu pun dia tidak tahu kalau aku sakit karena dia selalu pulang malam dan berangkat kerja di pagi harinya.
Dan pada saat itu lah, aku bertemu dengan Mona. Wanita yang tak lain adalah ibu dari temanku, Clauren.
Berbeda dengan ibuku, dia masih muda. Karena dia hamil Clauren ketika masih berumur tujuh belas tahun.
Kalian bisa menganggapku gila, tapi—aku tidak bisa membatasi perasaan untuk ibu dari temanku tersebut.
Dia sangat baik, cantik dan juga pandai memasak. Ketika aku sakit, dia datang menjengukku dengan Clauren. Dia memperlakukanku seperti anaknya sendiri.
Awalnya aku berpikir, kalau perasaan itu muncul seperti perasaan pada orang tua pada umumnya, tapi tidak.
Pertama kali aku merasakannya, ketika aku pulang les dan saat itu aku tidak membawa motor karena rusak setelah kecelakaan.
Di jalan, aku tak sengaja bertemu dengannya yang kemudian dia menawariku tumpangan. Awalnya aku menolak, tapi dia bersikeras karena saat itu sedang hujan.
“Masuk, nanti kamu sakit,” ucap Mona padaku. Ia menurunkan kaca mobilnya demi melihatku yang berjalan di trotoar.
“Gak usah tante, naik bus aja,” tolakku.
“Naik aja, kita kan searah.” Dia tersenyum, dan menolak kebaikannya sepertinya akan membuat dirinya malu. Kemudian aku memutuskan untuk naik saja ke dalam mobilnya.
Clauren tidak masuk sekolah pada saat itu karena sakit. Jadi aku les sendirian. Dan kebetulan saat itu Mona pulang dari bekerja.
“Clauren di sekolah gak bandel kan, Rif?” tanya Mona padaku ketika mobil sudah bergerak.
“Gak kok Tan, dia pinter malahan.”
“Dia udah punya pacar belum?”
“Belum tante,” jawabku. Ia sangat fokus dengan mengemudinya. Tangannya yang putih dengan gelang emas putih di pergelangan tangan kirinya sangat cocok untuknya.
Kemeja berwarna putih susu berbahan kain halus melekat pas di tubuhnya. Meskipun usianya tidak muda, tapi kuakui dia bisa merawat tubuhnya dengan baik. Malahan dia masih nampak seperti wanita berumur dua puluh sembilan tahun.
Dia sudah menyandang status janda ketika Clauren berumur tiga tahun. Jadi sudah cukup lama dia sendiri, dan yang kudengar dari Clauren, dia tidak berhubungan dengan lelaki lagi karena trauma dengan pengkhianatan lelaki.
Tapi aku yakin—jika dirinya masih banyak yang menyukai meskipun sudah memiliki Clauren sekalipun.
Mona tiba-tiba menginjak rem mobilnya, aku sontak terkejut. Jika aku tidak mengenakan sabuk pengaman saat itu, mungkin kepalaku sudah terbentur mengenai dasbor mobil.
“Kamu gak apa-apa?” tanya Mona menatapku panik.
“Gak apa-apa tante. Tante gimana?” Wajahnya memucat, dia tidak menjawab pertanyaanku. Sudah dapat terlihat jika saat itu dia tidak baik-baik saja.
Ia menatap depannya, rupanya ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan mobilnya saat itu. Dan jika Mona tidak mengerem mungkin mobil terkutuk itu sudah tertabrak oleh mama Clauren tersebut.
“Ah! Dia lagi,” desis Mona. Aku melihat bayangan seseorang turun dari mobil mahal yang ada di depanku.
Tok! Tok! Tok!
Lelaki itu mengetuk kaca jendela Mona. Dia sudah basah kuyup oleh hujan.
“Aku mau bicara denganmu!” teriaknya. Wajahnya masih muda, mungkin seumuran dengan Mona.
Apa dia ayah Clauren? Wajahnya samar karena kaca jendela berembun lantaran tetes hujan yang deras saat itu.
Mona masih bergeming bahkan ketika lelaki itu masih bersikeras untuk berdiri di sampingnya.
“Mona! Aku mau bicara denganmu! Ini masalah Clauren!”
Dan yah, benar itu adalah mantan suami Mona.
Mona memutar bola matanya, kemudian membuka pintu mobilnya lalu turun.
“Kamu di sini aja ya Rif,” katanya aku hanya mengangguk.
Meskipun deras hujan dan mobil yang tertutup rapat. Aku dapat mendengar percakapan yang alot antara Mona dan mantan suaminya.
Aku yang penasaran kemudian melirik mereka dari dalam mobil. Tangan mantan suaminya ingin memeluk tubuh Mona tapi ditolak oleh wanita itu.
Dan mataku membulat, ketika mantan suaminya tiba-tiba malah memagut kasar bibir Mona.
PLAK!
Mona menampar pipi mantan suaminya kemudian ia kembali masuk ke dalam mobil.
Aku tidak bertanya apa-apa karena takut hanya akan memperburuk suasana. Aku hanya diam dan memainkan ponselku meski pikiranku masih ke mana-mana.
Mona langsung menginjak gasnya kemudian pergi seperti hilang kendali, sampai bumper mobil mantan suaminya ia tabrak karena emosi.
Mona terisak, dan pada saat itu aku tahu kalau Mona hanyalah wanita biasa pada umumnya. Tak peduli berapapun usianya, dia akan menangis jika merasakan sakit hati. Meski ia nampak kuat selama ini, akhirnya dia menumpahkan perasaan itu di depanku.
“Tante, gak apa-apa?” Hanya itu yang bisa aku tanyakan padanya.
Mona menatapku dengan wajah yang basah dan juga baju yang basah, hingga aku tak sengaja dapat melihat pakaian dalamnya.
Aku tak enak, kemudian melepaskan jaketku untuknya.
“Tante, maaf kalau aku gak sopan. Tapi pake jaket ini.” Aku menyerahkan jaketku pada Mona.
Sempat diam beberapa saat, akhirnya Mona meminggirkan mobilnya kemudian menerima uluran jaket dariku.
“Maaf, udah bikin kamu bingung,” kata Mona dengan suara parau.
“Gak apa-apa tante.”
Dan perjalan menuju ke rumahku terasa sangat canggung. Mona kedinginan terlebih ketika seluruh pakaiannya basah kuyup.
Lima belas kemudian aku sampai di depan rumah. Sebelum aku membuka pintu mobilnya, tiba-tiba Mona menghentikanku dengan mengatakan, “tante boleh di rumah kamu sebentar gak?” tanyanya pelan.
Aku menoleh ke arah Mona.
“Tante cuma gak mau Clauren liat keadaan tante yang begini,” lanjutnya lagi ketika aku tak menjawab pertanyaannya.
“Iy—iya Tante,” jawabku gugup.
Kemudian dia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumahku yang saat itu ibuku belum pulang dari pekerjaannya.
Aku langsung memintanya duduk di sofa kemudian aku mengambilkan handuk untuknya. Dia nampak sedang memegang telepon genggamnya kemudian menelepon seseorang.
Tidak tahu siapa, tapi aku tahu kalau dia sedang meledakan amarahnya. Apa mantan suaminya tadi?
Tak lama kemudian aku turun, aku melihat Mona menangis. Menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya. Ia menangis dan mengatakan padaku, kalau mantan suaminya akan membawa Clauren ke luar negeri.
Aku tidak menyangka kalau pada saat itu, dia mau menceritakan hal yang mungkin seharusnya tidak aku tahu.
“Clauren pasti gak mau tante, Rifgi kenal dia. Dia sayang banget sama tante,” ucapku mencoba untuk menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
RomanceRifgi menyukai Mona, wanita yang tidak lain adalah ibu dari temannya sendiri! Mona adalah seorang ibu tunggal yang bercerai karena suaminya pernah mengkhianatinya. Dia sudah tidak percaya dengan cinta, tapi Rifgi tiba-tiba datang ke kehidupannya dan...