Awalnya .......

1.2K 17 0
                                    

Cinta itu anugerah Tuhan. Aku tetap yakin walaupun Tuhan memberiku cinta yang tak wajar. Cinta yang banyak dikutuk dan dicaci orang. Cinta yang mungkin tak terbalas indah. Aku selalu bertanya pada Tuhan "ketika kita berjalan berdampingan dibawah langit yang sama,melewati waktu dan tempat yang sama, ketika kita bernafas dengan udara yang sama. Kenapa aku bisa mencinta dan dia tidak?". Tapi aku tahu cinta adalah harga yang mahal untuk di perjuangkan. Dan aku adalah petarung hebat untuk menaklukan cinta. Bahkan aku rela alam dan bumi murka jika itu harga yang harus dibayar untuk keabadian cinta. Aku rela ... Dan aku yakin "indah pada waktunya" itu pasti nyata.

Begitulah kata yang ditulis Radit. Seakan menjadi senjata untuk terus berjuang merebut hati lelaki pujaannya. Bagaimanapun dia sadar kalau Fajar tidak seperti dirinya. Tentu menjadi kendala besar Radit untuk bisa mendapatkan Fajar. Tapi dia tidak dangkal akal. Seperti yang dia sebut dirinya "Petarung hebat" dia sudah menyiapkan beberapa cara untuk menaklukan hati Fajar. Dengan hati-hati dia mendekati Fajar. Dia tak ingin mati sebelum berperang . Dia tak ingin layu sebelum berkembang. Walaupun Cinta yang dia pendam selama setahun ini tak mudah ia utarakan. Terlebih sekarang Fajar mulai mendekati Ranum gadis cantik pindahan dari ibu kota itu. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Radit saat mengetahui lelaki idamannya sedang mengincar dan menyusun amunisi untuk menembak pujaan hatinya. Yang sudah dipastikan itu bukan dirinya.

" Sudahlah Dit. Si Fajar itu normal. Inget itu. Loe gak bisa bikin dia suka sama loe." Ucap noval menyadarkan sahabatnya itu.

"Atau kita bisa cariin cowok buat loe di forum pesbuk. Pasti banyak yang lebih cakep dari si songong Fajar. " sambung Satria memberi dukungan ucapan Noval.

Noval dan Satria adalah sahabat Radit sejak mereka di SMP. Mereka sudah tahu rahasia terbesar Radit. Bahkan Noval sempat menjauhi Radit ketika Radit jujur mengakui kalau dia adalah seorang gay. Tetapi Satria yang lebih dewasa berhasil meyakinkan Noval kalau gay bukan penyakit menular. Terlebih sikap Radit sendiri tidak menampakan ada kelainan dalam orientasi sexnya. Dia bersikap wajar layaknya laki - laki heterosexual.

" Kalau gua bisa dengan gampang ngatur hati gua untuk mencintai seseorang , mungkin gua lebih memilih cewek yang gua cintain. Sekalian aja si Anita yang dari jaman SMP ngarepin cinta gua."

" Jadi loe gak bakalan nyerah? Loe gak tuli kan Dit, semua orang ngomongin si Fajar yang lagi gencar PDKT sama si Ranum?. " ucap Satria sambil melahap gorengan di kantong plastiknya.

" Meraka belum jadian kan? Gak sampai nikah kan? Jadi kesempatan gua masih ada buat dapetin Fajar. " ucap Radit santai tapi penuh harap di mata binarnya.

" Dit , si Fajar normal !!!. Gak kayak loe." teriak Noval tepat di telinga Radit.

Radit hanya terdiam. Sebenarnya Radit sedikit tersinggung dengan omongan Noval. Dia merasa dilecehkan sahabatnya sendiri dengan penekanan kata NORMAL. Tapi Radit selalu berhasil meredam emosinya. Jika sahabatnya saja sudah berani mencap kalau dia tidak normal apalagi lingkungan sana yang jelas-jelas lebih tidak punya hati untuk menghakiminya. Dia harus siap mental dengan segala konsekuensi perasaannya.

" Sorry Dit, bukan maksud kita ngatain loe. Tapi kita kasihan sama loe yang terus ngarepin cinta dari orang yang gak mungkin mencintai loe. " sambung Satria dengan nada rasa bersalah.

"Kalian gak salah kok. Cinta gua memang unik. Atau tepatnya gak normal. Tapi gua gak bakalan berhenti perjuangin itu. Harga mati buat gua . At least gua bisa ngungkapin cinta gua ke Fajar suatu hari nanti. Itu sudah cukup."

Ketiga sahabat itu akhirnya meninggalkan halaman belakang sekolah . Mereka berjalan melewati koridor sekolah. Hari ini begitu ramai . Suara gaduh anak - anak tertuju pada lapangan sekolah. Padahal hari ini tidak ada jawdal latihan atau pertandingan persahabatan bola basket. Tetapi sepertinya semua orang berlarian menuju lapangan . Segerombolan anak sudah berdiri melingkar sambil teriak dan tertawa gaduh. Hal itu membuat Radit penasaran melihat kondisi di lapangan itu. Dia setengah berlari menuju lapangan. Betapa terkejutnya Radit ketika melihat sosok Fajar yang sedang menjadi pusat perhatian anak - anak dilapangan. Dengan poster ukuran jumbo yang bertuliskan kata - kata sakral "penembakan" ,Fajar menunjukan betapa dia mengagumi wanita itu. Dengan yakin Fajar melangkah menuju Ranum yang berdiri di ujung lapangan. Dengan gagah dia menghampiri putri yang dia puja. Radit hanya bengong dan jangan tanya bagaimana perasaanya. Hatinya hancur teriris. Dia terlihat sedih melihat pemandangan itu. Seorang yang dia cintai sedang berjuang demi cintanya . Dia berusaha tegar dan mengembangkan senyum palsu di bibirnya. Tetapi hati dan mata tidak bisa berbohong. Buliran air mata jatuh tak terbendung. Sekali lagi... Dia tetap berusaha senyum. Senyum getir penuh nanar kekecewaan.

Call Me Fighter !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang