Prolog

2.2K 258 27
                                    


Hope you'll like it!







Sepi. Hanya suara kicauan burung malam yang membuat suasana tak terlalu sunyi. Udara juga kian terasa dingin seolah mengikuti suasana ruangan serta isinya yang tanpa kehangatan. Terasa mencekam akibat seorang alpha muda dengan perasaan kacau serta sedih menyaksikan tubuh sang adik terbaring tak berdaya.

Ini sudah hari ke sekian Jeno setia dengan matanya yang tertutup tanpa tanda-tanda akan kembali terbuka. Bibirnya pucat keunguan. Kulitnya putih, putih yang mengerikan seperti tanpa darah. Jika di sentuh akan terasa jika itu sedingin salju.

Jung Jaehyun, sang alpha muda calon penerus pemimpin klan Silvertail. Putra sulung Jung Yunho, pemimpin klan saat ini. Wajahnya tampan serta tampak tegas. Sayang sekarang meredup akibat perasaan khawatir terhadap adiknya yang tak kunjung menunjukkan tanda kesembuhan.

Sudah berpuluh tabib ternama yang di datangkan ke kediaman keluarganya. Namun tidak satupun dapat atau setidaknya membuat keadaan Jeno lebih baik. Dan yang lebih parah mereka tidak mengetahui penyebab jelas penyakit yang di deritanya adiknya. Maka apa penyakit yang menghampiri tubuh itupun tidak pernah di ketahui dengan jelas.

Bermula malam itu Jeno mengantar Jaehyun bertemu dengan Park Chaeyoung, Luna dengan rupa luar biasa cantik dari klan Taira yang di gadang akan menjadi pendamping dari Jaehyun. Semua baik-baik saja, mereka berdua di sambut dengan hormat dan di jamu makanan dan minuman istimewa. Hingga Jeno meminta izin untuk keluar dari kediaman keluarga Park. Ia mengatakan begitu menyukai kawasan sekitar sini karna sangat Indah dan Jeno ingin melihat sungai.

Jaehyun tentu saja mengizinkan. Adiknya mungkin saja juga merasa bosan dengan pembahasan orang dewasa yang belum saatnya ia pahami. Lagipula di sana Jeno tidak akan sendirian. Ada beberapa temannya yang ia kenal disini.

Tak pernah terbesit dalam benak Jaehyun jika hal mengerikan akan di kabarkan padanya. Jung Jeno di temukan terbaring mengenaskan di pinggiran sungai. Saat itu Jeno masih membuka matanya, namun seolah kosong. Cairan putih entah apa mengalir dari bibirnya. Serta yang paling mencuri perhatian, pakaiannya terbuka dan bekas seperti terbakar pada dada bagian kiri. Jeno di bawa segera kembali ke rumah keluarga Jung. Perlahan ia menutup mata dan tertidur tidak juah terjaga hingga kini.

Tidak ada satupun orang di tempat kejadian saat itu. Jeno sendirian, membuat semua menjadi sulit. Para penjaga sudah mencari tanda-tanda jika memang ada yang berbuat jahat atau sekedar barang bukti. Sayangnya hidung tajam bentuk serigala mereka seakan tidak berguna. Tidak ada jejak apapun di sana.

🥀


"Doyoung-ah, bisakah kau buatkan aku ramuan agar kulitku tidak terlalu kering?"

Doyoung tersenyum tipis pada wanita bernama Yerin itu. Ia menunjukkan kulit putih tangannya di balik gaun sederhana yang di kenakan. "Ku lihat kulitmu tidak ada masalah, Yerin."

"Oh, Doyoung-ie... Lihat ini sudah seperti kulit ular." rengeknya. "Bagaimana aku bisa menggaet hati Kim Rowoon jika seperti ini." ujarnya lagi dengan bersungut-sungut.

Ia rela panas-panas kesini menemui Doyoung bukan untuk menerima penolakan. Kebetulan ia menemukan penyihir manis itu sedang menjemur berbagai tumbuhan mulai dari daun, kulit kayu hingga buah dan tanaman rizhoma yang ia juga tidak tahu apa.

Doyoung tertawa renyah. Sasaran Yerin tidak pernah berubah dari Kim Rowoon, penyihir tampan dan terkenal. Ia bekerja di badan penyedia makanan dan obat kota Armez. "Baiklah. Tapi kau cari bahannya sendiri biar aku yang ramukan."

"Jika masih ada di sekitar bukit dan perkebunan pasti akan ku cari sebisaku." jawab Yerin bersemangat.

"Tidak sulit. Jika tidak mau susah-susah mencari kau bisa membelinya. Cukup kau bawakan saja Basil dan kulit pohon Ashwagandha kemari." Doyoung mengatakan apa yang harus di siapkan oleh Yerin.

"Baiklah. Besok aku akan kembali dengan benda-benda itu." senyum cerah menyertai kepergian Yerin dari hadapan Doyoung. Siapa juga bahagia jika keinginannya terpenuhi.

Beginilah kehidupan Doyoung. Ia sehari-hari membuat ramuan obat. Doyoung tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai seorang tabib, hanya saja ia terbiasa menolong warga sekitar yang sedang sakit dan kebetulan saja sembuh. Orang-orang menjadi sering meminta bantuannya lalu mereka mulai mengenal Doyoung sebagai orang yang bisa menyembuhkan penyakit.

Doyoung juga tidak terlalu mengetahui mengapa ia bisa menciptakan ramuan obat untuk berbagai penyakit. Ia hanya membaca sekilas tentang tumbuhan serta khasiatnya lalu ia menggabungkan mana yang sekiranya memiliki kandungan sama dan dapat di padukan sebagai obat suatu penyakit. Jika masih bisa dengan mantra, maka Doyoung akan menggunakan mantra saja. Entahlah, mungkin itu yang si sebut bakat.

Hampir seluruh warna pedesaan Armez mengenalnya. Sayangnya mereka hanya mengenal Doyoung di luar saja yaitu seorang penyihir dari keluarga Kim. Tidak ada yang tau tentang darah lain di tubuhnya, darah seorang Vampir.

Doyoung tidak mengerti kenapa bibinya melarang untuk memberitahu siapapun tentang yang satu itu. Wanita itu hanya mengatakan itu untuk keamanannya sendiri. Keamanan seperti apa lagi jika seluruh orang-orang sangat baik.

Yang Doyoung ketahui dari cerita sang bibi adalah jika orang tuanya meninggal ketika ia bayi. Ia mendapat darah penyihir dari ibunya dan darah vampir dari ayahnya. Bibinya juga mengatakan orang tua Doyoung kalah dalam pertarungan. Saat di tanyakan pertarungan apa, bibinya memilih untuk diam.

Seperti apapun di tutupi jika memang ada ia pasti akan keluar juga. Begitu pula insting Doyoung sebagai seorang vampir. Ia tetap memiliki hasrat terhadap darah. Rasa haus itu kerap kali datang dan menyusahkannya. Doyoung membuat ramuan agar bisa mengurangi rasa haus darahnya. Namun ada saat ia benar-benar ingin. Maka Doyoung akan kehutan memburu binatang disana dan menghisap darahnya.

Ia juga pernah hampir menghabisi nyawa bibinya karna insting vampir yang tak dapat ia cegah. Saat ikut dengan sang bibi ke perkotaan tepatnya kota Sibeth, bertemu muggle dan disanalah pertama kali Doyoung ingin darah manusia. Taringnya memanjang dengan sendirinya serta mata berubah menjadi merah.

Muggle itu murni. Darahnya bersih dan aroma benar-benar manis. Saat itu Doyoung 13 tahun dan itu petama kalinya ia bertemu para muggle. Si manusia yang benar-benar manusia biasa.

Jika saja bibinya tidak disana dan segera membawanya menjauh dari kerumunan, mungkin Doyoung sudah menyerang manusia dan kemudian di eksekusi mati. Meski sempat terkena cakaran akhirnya wanita itu berhasil menahan tubuh Doyoung dengan sihirnya.

Ia pergi beberapa saat meninggalkan tubuh kecil Doyoung di belakang gedung tua dengan tubuh terikat sihir. Tak lama bibinya kembali membawakan seorang wanita dua puluh tahunan kepadanya. Doyoung dilepaskan dan dengan gerakan cepat menghujamkan taringnya pada perpotongan leher si wanita.

Nikmat. Doyoung sangat suka darah muggle. Rasanya berkali-kali jauh lebih nikmat dari pada darah hewan di hutan. Namun ia tidak bisa sering-sering mencari manusia. Bibinya hanya mengizinkan satu bulan satu kali terkadang lebih.






To Be Continued





Haii...
Aku nulis buku baru lagi nih, padahal yang lama juga belum selesai😅

Aku bawa cerita werewolf x wizard+vampire. Ada yang suka ABO? aku juga suka. Tapi aku pikir kayanya seru kalo mereka gak dari jenis yang sama.

Hehe ada yang bakal baca gak ya?

TWO BLOODSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang