ONE

1.3K 229 32
                                    

Hope you'll like it


Meja makan terasa berbeda semenjak Jeno sakit dan tidak bergabung bersama mereka untuk menyantap hidangan. Biasanya si bungsu akan mengomentari setiap masakan yang masuk ke mulutnya. Kurang asin, terlalu pedas atau kalau sesuai dengan seleranya, ia akan memuji masakan itu. Si tampan yang satu itu memang pilih-pilih soal makanan. Sekarang meja makan hanya di hiasi suara dentingan alat makan tanpa ada yang bersuara.

Sudut mata Jaehyun menangkap pergerakan ibunya yang telah menyelesaikan makan malam. "Ibu sudah selesai? Tadi siang ku dengar ibu juga tidak makan. Makanlah dengan teratur, bu. Nanti ibu juga bisa jatuh sakit."

"Jaehyun benar, Yeon-ie. Setidaknya perhatikan dirimu juga." Sang kepala keluarga menambahkan.

"Aku tidak bisa makan dengan lahap jika putra ku masih di jelas keadaanya." lirih wanita yang tampak anggun itu. "Bagaimana bisa aku makan dengan baik jika anakku sedang tidak baik." Ia menundukkan kepala, tangannya mengusap air mata di kedua pipinya.

"Kita juga sedang berusaha. Besok aku akan cari tau tabib mana lagi yang sekiranya bisa menyembuhkan Jeno. Yang terpenting ibu juga harus menjaga kesehatan ibu." Jaehyun coba menenangkan meski hati sama kalutnya.

Ayahnya mendesah berat. "Tabib mana lagi yang akan bisa menyembuhkannya. Setiap tabib mengatakan untuk menyerah. Mereka bahkan tidak bisa mengetahui asal penyakit dalam tubuh Jeno."

"Siapa saja selagi ia mampu untuk menyembuhkan anakku. Ya, tuhan.. Anakku yang malang--" Jung Taeyeon, si ibu rumah tangga kembali terisak. Ia berdiri lalu berjalan menuju kamar dimana Jeno berada.

"Aku pasti akan mencari ke setiap pelosok negeri jika saja keadaan di kantor keamanan Flierwoods tidak sedang seperti sekarang. Aku merasa jadi ayah yang buruk." ujar Yunho penuh penyesalan. Keamanan tempat tinggal para werewolf memang sedang tidak baik-baik saja semenjak kejadian yang menimpa Jeno. Sebagai salah satu pemimpin klan serta ketua kepala yang memimpin seluruh Flierwoods, Yunho jelas harus berada di tempat untuk menjaga.

"Aku akan mencari lagi ayah. Fokus saja pada tugasmu dan keamanan seluruh penduduk." Jaehyun mengajukan diri. Sulung keluarga Jung itu memang selalu bisa diandalkan.

"Terima kasih, Jaehyun. Maafkan ayah untuk ini."

Jaehyun menggeleng. "Tidak ayah. Ini tanggung jawabmu sebagai pemimpin."

🥀

Pagi ini Jaehyun memutuskan untuk berlatih panahan bersama para alpha muda dari klan lain. Tempat tersebut berada di dekat sungai dan gerbang perbatasan antara hutan mereka dan jalanan menuju kota para penyihir. Mereka sering melakukan ini sebagai latihan atau sekedar untuk meregangkan otot. Tujuan utama mereka bisa memanah adalah agar ketika berburu mereka tidak perlu berubah ke mode serigala.

Hari ini memang jadwal untuk berlatih dan cukup ramai para alpha berada di sana.

"Hei, Jung. Sedang ingin meregangkan otak?" seru seorang alpha dari klan Flint dengan perawakan tinggi. Lucas Wong namanya.

"Ya. Kau tau aku banyak berpikir akhir-akhir ini." Jaehyun meletakkan kantong anak panahnya pada meja kayu bundar lalu duduk pada kursi di sampingnya. Masih banyak yang menggunakan lapangan. Ia memutuskan untuk menunggu.

"Sial, aku terlambat bangun! Ahh, kita berada di giliran terakhir." Itu sahabatnya, Kim Mingyu. Dia adalah alpha calon pemimpin dari klan Firestone.

TWO BLOODSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang