Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
yaudah Lydarys HAPPY READING! 🤪
•
•
•
Kedua kelopak yang sedari tadi nyaman tertutup rapat akhirnya bergerak, terbuka pelan-pelan. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Vi bangun dari posisi tidurnya, mengusap wajahnya kasar lalu mengerjapkan matanya lagi.
Pribadi dengan kaos putih itu masih mencerna otaknya, kembali mengingat apa yang sudah terjadi tadi malam. Vi terdiam selama beberapa detik, menatap kosong lurus ke depan. Setelah menyadari bahwa ia masih berada di ranjang Levina, pribadi tersebut langsung membalikkan badan guna melihat keadaan gadis itu.
Levina masih nyenyak tidur, dengan selimut putih yang membungkus tubuh mungilnya. Tangan Vi terulur, mengusap seprai yang membalut kasur Levina. Benar-benar putih bersih, tidak ada bekas cairan hitam semalam itu.
Butuh beberapa saat Vi harus mengontrol detak jantung juga pikirannya yang terus berkecamuk tak tenang. Vi masih mencerna sebenarnya semalam itu cairan apa yang keluar dari kuku Levina.
Dan bayangan itu.
Vi melihatnya lagi tepat di samping ranjang Levina.
Vi menatap tubuh Levina yang masih digulung selimut tebal. Ia mencoba untuk melupakan hal itu sejenak dan memutuskan nanti ia akan pergi lagi ke perpustakaan untuk mencari info-info yang lain. Vi tidak akan merasa terancam jika kejadian semalam tidak terjadi.
Vi merasa dia seperti di hantui.
Merasa seperti diikuti oleh mimpi tersebut.
Dirinya merasa terancam karena kejadian kemarin. Terlebih suara bariton yang menggema di seluruh rungunya semalam itu benar-benar membuat kepalanya sakit. Vi harus mencari tahu, apa maksud semua ini.
Sedikit lega karena dirinya melihat Levina yang sedikit menggeliat, lalu memanggilnya. "Oppa..." Vi merangkak menghampiri Levina karena posisinya tadi berada di bawah kaki Levina. "Iya Vin... aku di sini," Vi duduk di atas kasur tepat menghadap Levina yang berbaring dengan posisi miring.