"Eh, ada lo, Al. Kita 'kan, harus latihan band dulu. Gak apa-apa, heran lo nanti kalo lihat wajah gue pas lagi tampan." Jason berujar dengan menaik-turunkan alis.
"Ada-ada aja." Aku terkekeh kecil. "Yuk, masuk."
Cowok itu hendak melepas sepatu. Namun, kembali keluar yang membuatku penasaran hingga memutuskan menunggunya. "Gar! Proposal yang gue kirim jangan lupa dicek!" suruhnya pada Tenggara yang kebetulan belum jauh.
"Iya, nanti. Proposal gak lebih penting dari Reta," balas Tenggara pelan. Namun, masih terdengar jelas.
Aku tersenyum mendengar jawaban itu. Sepertinya, Tenggara memang sudah diikat bersama Retta. Aku yang hanya terjebak pesona bisa apa?
"Selamat siang, Semua!" sapa kak Fathur ramah. Suaranya begitu halus juga multitalenta. Lulusan SMA Bakti Negara kemudian melanjutkan di universitas musikal Jakarta.
"Hanya ingin membantu sekolah dengan ilmu yang saya punya," ucapnya pada awal pertemuan ekstrakulikuler ini.
Mendengar suara khas kak Fathur aku pun menyapa balik. "Siang, Kak ."
Design ruang klasik ditambah perpaduan unsur seni membuatnya terlihat aesthetic. Lebarnya setengah dari ruang kelas dengan peralatan musik lengkap. Aku sebagai gitaris, Jason pemegang drum, Nizar menempati vokalis dan Jauhar dengan gitar bass-nya. Kak Fathur memerintah untuk mengulang materi minggu lalu. Kami segera mengambil posisi.
Latihan hanya berjalan sekitar dua jam karena hari semakin sore. Cowok-cowok tadi sudah meninggalkan sekolah. Namun, aku memilih beristirahat sebentar. Kak Fathur pergi tersisa aku sendiri. Hendak segera beranjak, tetapi tidak tahu harus melakukan apa ketika di rumah.
"Al," panggil Shendra. Aku yang tengah termenung lantas menoleh.
"Anterin gue ke kak Zeta, yuk!" pintanya, "nyali gue ciut kalo lewat depan cogan sendirian."
Aku terkekeh mendengar kalimat itu. "Pake ilmu raib biar gak ketahuan."
Zeta aurigae—kakak kelas yang menjabat sebagai ketua OSIS. Walaupun perempuan, dia bisa menjadi pemimpin dan selalu menjadi kepercayaan guru-guru. Sepupu dari Tenggara Genandra yang menyukai Mark Jason. Tidak heran jik perbuatan negatif cowok itu tidak membuatnya turun jabatan sebagai wakil ketua OSIS. Zeta lah yang meyakinkan guru-guru bahwa Jason adalah anak baik.
Kelas Zeta sudah sepi, hanya terlihat dia dengan sahabatnya. Shendra mendahului langkahku lalu memberi sebuah berkas yang tak kuketahui apa isinya.
"Makasih." ucap Zeta.
Shendra mengajakku pulang, tetapi langkahku terhenti kala mendengar perbincangan antara Zeta dan sahabatnya. Terlebih topik pembicaraan mereka adalah Tenggara.
"Gue kemarin nyuruh Tenggara pergi ke club buat jemput Jason. Untung Tenggara mau jemput dia, tapi gue nyaranin buat bilang kalo mamanya yang nyuruh Jason pulang. Kalo tau dari gue pasti bakalan ditolak. Kalo menyangkut mamanya, Jason langsung nurut."
Cerita tersebut diakhiri dengan tawa yang dapat membuatku tersenyum. Ternyata, Tenggara benar-benar cowok baik, tidak seperti yang kupikirkan waktu itu. Hati ini semakin yakin untuk mencintainya. Hanya mencintai bukan memiliki, apa aku bisa? Dapatkah aku memiliki seorang malaikat yang sudah mempunyai bidadari sempurna didalam hidupnya?
Shendra memanggil, membuatku meneruskan perjalanan. Aku terlonjak kaget ketika Jauhar berada tepat di belakangku. Sepertinya, sekolah ini tidak pernah sepi penghuni. "Lo bisa gak sih, gak kagetin gue? Kalo jantung copot mau gantiin?" omelku.
"Baru sekarang gue ngerasa pepatah itu bener, jangan ganggu singa yang tidur," ejeknya.
Aku tidak menggubris sama sekali karena jika diteruskan tidak ada ending-nya. Jauhar Hevin adalah partner band-ku yang memiliki tingkat humor rendah. Sisi baiknya adalah suka membantu dan bisa berfikir dewasa. Dia datang bersama kembarannya—Januar kharisma. Sifat mereka berkebalikan. Januar terlalu mahal hingga jarang tersenyum. Namun, berkharisma sesuai namanya. Mereka terlahir sama, tetapi memiliki vibes yang berbeda.
Mereka termasuk sahabat Tenggara. Bila dipikir lagi, begitu banyak jalan untuk mendekati cowok itu. Kami berpisah di parkiran karena aku tidak memiliki kendaraan selain skateboard. Mataku sempat terpaku pada Tenggara dan Retta yang ternyata sama-sama belum pulang. Jika tahu seperti ini, lain kali aku berusul latihan band diadakan saat pagi saja. Beruntung Ghirardelin Bastian—si kapten basket—beriringan dengan mereka.
Aku kembali dibuat kesal oleh mobil si kembar yang berpapasan dan sengaja membunyikan klaksonnya keras. "Hati-hati, Neng. Awas kaki pegel. Besuk-besuk cari pasangan biar ada yang antar jemput, ya?" ujar Jauhar yang aku balas dengan dengusan. Berpura-pura hendak melayangkan skateboard, tetapi mobil itu sudah melaju kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝑌 𝑅𝐸𝐺𝑅𝐸𝑇
Teen FictionKesalahan yang kulakukan tanpa sengaja empat belas tahun lalu menimbulkan kekacauan hingga saat ini. Semuanya hancur dan membuatku dirundung rasa bersalah. Hidupku tak sebatang kara, tetapi rasanya segala beban dilempar padaku. Lelah dan pelu...