"Kit, bolehkah aku memelukmu sebentar saja?" krist yang sedang menikmati keindahan taman di tengah kegelapan tersentak mendengar suara yang sangat amat ia kenal. Ia menoleh dan melihat seseorang yang sudah duduk di sampingnya.
"Hah? Memeluk?" Krist masih mencerna pertanyaan yang baru saja ia dengar. Otaknya berfikir keras tentang ucapan yang membuat jantungnya berdegup kencang.
Belum sempat ia memberikan izin, tubuhnya sudah di dekap oleh seseorang, Krist mematung ketika merasakan pelukan itu semakin erat.
"Phi Sing.."
"Izinkan aku memelukmu sebentar saja" ucapnya lirih.
Krist tak bisa berbuat apa-apa selain membalas pelukan hangat milik Singto. Nyaman, itulah yang saat ini ia rasakan.
***
Suasana pagi yang cerah, sang mentari tak lagi malu-malu menampakkan sinarnya seperti beberapa hari yang lalu.
Nampak seorang pemuda manis yang masih setengah sadar berdiri di depan pintu kamar mandi untuk menunggu gilirannya. Muka khas orang bangun tidur dan mata yang setengah terpejam tak membuat kadar keimutan di wajahnya berkurang.
"Ai' Ssing cepat jangan lama-lama, kau mau kita di hukum karena telat hah?" Teriak Krist yang tidak sabar karena menunggu temannya yang sudah 30 menit belum juga selesai dengan ritual mandinya.
Masalahnya bukan hanya dia yang menunggu, tetapi masih ada 2 orang lagi di depannya. Krist sudah kesal dan juga rasa kantuknya tak kunjung hilang, ia memutuskan untuk kembali tidur sembari menunggu gilirannya untuk mandi.
.
.
.
Krist berlari menuju kelasnya dengan terburu-buru. Seragamnya sedikit berantakan, sepatu yang ia pakai belum benar, di tambah dengan rambutnya yang belum sempat ia rapihkan."Hah.. hah.. hah.." sesampainya di kelas ia merasa lega karena belum ada guru yang datang. Krist menuju bangkunya kemudian ia duduk dan menyandarkan punggungnya sembari mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
"Hoiii Kit, ini masih pagi. Kenapa kau seperti di kejar-kejar setan?" Tanya Tee yang duduk di depannya.
"Ini semua gara-gara dia" ucap Krist dengan penuh penekanan dan menunjuk ke arah si biang kerok pagi tadi.
"Aku? Apa hubungannya denganku?" Tanyanya dengan wajah tak berdosa. Ingin rasanya Krist memukul kepala Ssing, tapi ia masih merasa lelah karena harus berlari dari asrama menuju kelas yang jaraknya lumayan jauh.
Sekolah ini adalah sekolah berasrama lelaki yang mengharuskan semua siswanya tinggal di asrama. Letaknya yang jauh dari hiruk pikuk kota membuatnya di minati banyak orangtua yang akan memasukkan anaknya ke sekolah ini ataupun siswa-siswa yang tak menyukai kebisingan. Suasana yang asri sangat di gemari ketika pagi hari, pemandangan yang indah di malam haripun tak kalah menariknya.
Gedung asrama dan sekolah berada dalam satu komplek. Di depan asrama terdapat taman kecil yang menambah keindahan. Banyak pepohonan besar di sekitarnya dan terdapat tempat duduk di bawahnya menjadi tempat favorit semua siswa. Taman besar yang terletak di tengah-tengah antara gedung asrama dan sekolah juga menjadi tempat yang paling banyak di gunakan. Berbagai macam kegiatan bisa mereka lakukan di sana. Dari sekedar bercengkrama, belajar atau hanya sekedar menikmati keindahan dan kesejukan yang di tawarkan kepada setiap orang. Ketika malam tiba taman tersebut nampak cantik, di hiasi dengan beberapa lampu taman. Apabila cuaca bersahabat maka ribuan bintang akan terlihat jelas dari sana. Duduk dengan teman sambil menikmati suasana malam menjadi pilihan yang tepat jika tugas sekolah sudah terselesaikan.
.
.
"Kit.. Kit.. bangun" ia menggeliat ketika merasakan seseorang menepuk-nepuk pipinya."Hmm?"
"Ayo ke kantin. Ini sudah jam istirahat"
"Aku malas tapi aku lapar, jadi aku titip saja ya dengan kalian" ia membenarkan posisi duduknya kemudian membuka tasnya dan mencari beberapa lembar uang.
"Dasar pemalas, aku tidak mau tau kau harus ikut kami ke kantin. Enak saja asal nitip" Wave menarik tangan Krist agar ia bangkit dari duduknya, mau tidak mau ia harus ke kantin kali ini.
.
.Bell pulang berbunyi, satu hal yang sangat di sukai oleh semua siswa dan yang paling di tunggu-tunggu ketika mata pelajaran di jam terakhir begitu membosankan, bagaikan sebuah dongeng yang membuat siapa saja bisa tertidur dalam sekejap.
Empat serangkai kini sedang berjalan bersisian menuju asrama masing-masing dengan di selingi obrolan-obrolan ringan.
"Tee, Wave, teman asrama kalian ada tidak yang bentukannya macam orang itu?" Tanya Krist dengan nada mengejek.
"Hooo ya jelas tidak ada hahaha" jawaban Tee membuat kedua orang itu ikut tertawa sedangkan Ssing hanya mendengus sebal.
"Berisik sekali sih, sudah puas tertawanya?" Ucap Ssing kesal. Ketiga orang tersebut langsung menghentikan tawa mereka kemudian saling pandang dan tertawa lagi.
"Dasar kalian sangat menyebalkan. Sudahlah aku duluan saja" Ssing mempercepat langkahnya dan Krist segera menarik tangan Ssing agar tidak meninggalkan mereka.
"Astaga Ssing, seperti itu saja kau sudah kesal" ucap Tee sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda bahwa dia tak mengerti dengan tingkah temannya yang begitu sensitif saat ini.
"Heiii kalian itu sangat menyebalkan. Tadi di kelas aku sudah di tertawakan, sekarangpun kalian menertawakan aku juga"
"Kau masih kesal dengan kejadian tadi?" Tanya Wave.
Bagaimana bisa Ssing tidak kesal, bayangkan saja suasana kelas sangat hening, semua siswa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari belakang, mengalihkan perhatian mereka. Dan itu di sebabkan oleh Ssing yang terjatuh dari kursi karena ia mengantuk, membuat seisi kelas tertawa melihat kejadian tersebut. Memalukan sekali bukan? Maka dari itu moodnya menurun drastis.
"Makanya jangan suka tidur di kelas"
"Kaca mana kaca? Coba berikan kepada Kit agar dia sadar diri" ucap Ssing.
"Dengar ya, aku memang sering tidur di kelas tapi tak memalukan sepertimu tadi" ucap Krist dengan sarkas.
"Sudah jangan di perpanjang" Lerai Tee.
.
.Tbc.
Hai salam kenal 😊 terimakasih sudah membaca cerita pertamaku. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaa. See you 👋
27 oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
just meet but not to unite
De Todo"Kit kau terlihat menggemaskan" "Aku menyukaimu" "Izinkan aku memelukmu sebentar saja" "Maafkan aku.." Sebuah cerita singkat yang di angkat dari kisah nyata di sekitar hidup penulis, ada beberapa yang tak sesuai kenyataan karena untuk kepentingan da...