"Krist Perawat!"
Seseorang yang namanya di panggil masih tak sadarkan diri, ia terlelap di alam mimpi tanpa mempedulikan situasi.
"Kit bangun, Kit. Astaga anak ini" gerutu Sun, teman sebangku Krist.
"Apa?" Krist mengerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Sun tak bersuara, ia hanya menunjuk ke arah guru yang berdiri di depan pintu.
"Krist Perawat, silahkan lari keliling lapangan lima kali"
"Sekarang pak?" Tanyanya bingung.
"Terserah, jam istirahat juga boleh atau sepulang sekolah..."
Krist tersenyum lebar, tetapi hanya sekejap kemudian senyum itu hilang begitu cepat.
"Tapi, hukumanmu akan bertambah menjadi tiga kali lipat" lanjut guru tersebut dengan santainya.
Krist akhirnya memilih menjalankan hukuman saat ini juga. Ia keluar kelas dengan langkah gontai menuju lapangan sekolah.
.
.Jam istirahat tiba, semua siswa berbondong-bondong menuju kantin. Antrian yang begitu panjang membuat beberapa anak malas untuk pergi ke kantin dan lebih memilih menghabiskan waktunya di kelas.
"Tadi pagi mengapa kau tak bersemangat menjalankan hukumanmu Kit?" Tanya Ssing dengan polosnya. Saat ini mereka sedang duduk di lantai dan menyandarkan punggungnya pada dinding.
"Coba ku tanya padamu, siapa yang akan bersemangat jika mendapat hukuman seperti itu?"
"Kaulah, memangnya siapa lagi?" Krist hanya memutar bola matanya malas.
"Ssing, mana mungkin aku bersemangat jika model hukumannya saja seperti itu. Kau kira tidak lelah berlari mengelilingi lapangan yang sangat lebar? Coba kau yang menggantikanku"
"Heiii yang melanggar itu dirimu, yang mendapat hukuman juga dirimu dan seharusnya yang menjalankan itu ya kamu bukan aku. Lagipula hukuman seperti itu tidak sangat aku sukai karena sangat melelahkan apalagi kalau siang hari di saat matahari masih terik-teriknya"
"See kamu saja tidak suka apalagi aku"
"Lalu tadi malam mengapa kamu bersemangat untuk menjalankan hukuman?" Tanya Tee yang ikut menimpali.
"Itu beda. Hukuman semalam dan tadi pagi berbeda. Sangat jauh berbeda" ucap Krist gemas.
"Lalu hukuman apa yang kamu terima semalam?" Wave mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Kalian mau tau?" Ketiga orang itu langsung mengangguk. Krist tersenyum miring melihat ekspresi mereka yang terlihat begitu penasaran.
"Sini kalian merapat, jangan jauh-jauh" ucap Krist dengan suara yang sedikit di pelankan. Ia memberi isyarat agar mereka merapat dan sekarang posisinya menjadi melingkar.
"Semalam hukuman yang ku terima itu sangat menyenangkan dan aku begitu menikmati, karena nikmat makanya aku bersemangat" Krist sedikit terkekeh setelah memberitahu bagaimana hukuman yang semalam ia terima, kemudian menjauhkan dirinya dan duduk seperti semula. Ketiga temannya masih diam dengan wajah bingung setelah Krist bercerita. Mereka saling pandang dan menganggukan kepala kemudian serempak menatap Krist dengan tatapan curiga.
"Jangan-jangan kau-" belum sempat mereka melanjutkan, Krist lebih dulu memukul satu per satu kepala teman-temannya yang otaknya sudah tidak beres.
"Berhentilah memperlihatkan ekspresi seperti itu" ucap Krist.
.
.Tugas-tugas yang menumpuk membuat lelaki manis ini berada di ruang kelasnya sendirian ditemani dengan sebuah novel yang sama seperti kemarin. Jika ia lelah mengerjakan tugas atau sudah pusing maka pilihan yang tepat adalah mengistirahatkan otaknya dengan membaca novel, refreshing katanya. Walaupun kenyataannya ia lebih banyak membaca novel daripada mengerjakan tugas.
Siang hari seperti sekarang sangat pas untuk tidur siang, apalagi di kelas suasana sangat mendukung, AC yang menyala dan tak ada suara-suara berisik yang akan mengganggu tidurnya seperti di kamar. Padahal kamarnya hanya berisi empat orang tetapi ia heran mengapa setiap siang bisa berubah menjadi seperti pasar.
"Aaaahhh" krist merenggangkan tubuhnya setelah semua tugas terselesaikan.
"30 menit cukup untuk mengistirahatkan badan" gumamnya. Ia segera menyusun beberapa kursi untuk tempat tidurnya lalu mencari posisi yang nyaman dan berharap akan bangun 30 menit kemudian, sore ini akan ada kegiatan untuk semua siswa dan siapapun harus mengikuti.
Selang beberapa menit ia hanya mebolak-balikan badan dengan tak nyaman, matanya terpejam berusaha menenggelamkan dirinya di alam bawah sadar, akhirnya iapun menyerah dan kembali duduk kemudian mengambil novel yang berada di atas meja, membuka lembaran-lembaran kertasnya dengan acak.
"Huhhh membosankan" keluhnya.
Krist kira ini akan menjadi hal yang menyenangkan ternyata tidak sama sekali, ia tak akan mau lagi di kelas seorang diri seperti saat ini. Rasa bosan terus menghantui Krist sampai akhirnya ia memilih kembali ke kamarnya. Di rapihkannya beberapa buku miliknya kemudian ia membawa buku tersebut dengan mendekapnya dan berjalan keluar kelas.
.
.
."Hay Kit" sapa seseorang ketika ia masuk ke dalam kamar dan di balasnya sapaan tersebut hanya dengan seulas senyum manis yang ia perlihatkan.
Ssing yang sedang duduk di atas kasur menatap heran Krist yang terlihat lesu. Krist tak mempedulikan sekitar dan langsung menghamburkan tubuhnya ke atas kasur kesayangannya. Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya.
"Hoiii kenapa?" Tanya Ssing tiba-tiba, yang sekarang sudah berada di sampingnya.
"Kenapa apanya?" Krist balik bertanya dengan kerutan di dahinya, ia membenarkan posisinya dari berbaring menjadi duduk.
"Tumben kau terlihat lesu ketika masuk kamar"
"Membosankan" jawabnya singkat.
"Syukurlah kau sudah bosan, itu artinya kau tak akan membeli buku semacam itu" tunjuk Ssing ke sudut ruangan.
"Mengapa kau membawa-bawa koleksiku yang tak bersalah hah?" Tanya Krist geram.
"Lho katanya membosankan, pasti itu berhubungan dengan novel atau komikmu" jawab Ssing.
"Ternyata pikiran kita tak sama, yang aku maksud membosankan itu bukan novelku tapi suasana kelas saat aku mengerjakan tugas tadi" ucap Krist malas.
"Salah siapa lebih memilih menyendiri di kelas daripada bergabung dengan kami"
"Jika aku bergabung dengan kalian sudah dipastikan aku tidak akan bisa membaca novel, kalian selalu saja mengganggu" gerutu Krist.
"Sampai kapan kau akan seperti ini Kit? Kapan kau akan berteriak bosan dan tak lagi menyibukkan diri dengan semua novelmu itu" ucap Ssing sambil menggelengkan kepala disertai dengan tatapan yang begitu miris.
"Huhhh jangan mendramatisir keadaan Ssing. Sudah sana-sana kembali ke ranjangmu, kau di larang menyentuh kesayanganku" usir Krsit dan mendorong tubuh Ssing agar tak lagi duduk di kasurnya. Ssing yang kesal dengan perlakuan Krist memilih bangun dari duduknya dan menjauh.
"Dasar kutu novel" celetuk Ssing sebal, Krist berpura-pura tak mendengar dan kembali berbaring kemudian menenggelamkan mukanya pada permukaan bantal.
Haii semua 😊 bertemu lagi dengan cerita yang monoton ini, hihi maap ya mas totonya gak jadi keluar di chapt ini ✌. Jangan lupa tinggalkan jejak dan berikan kritik atau saran yaa 💞 see you 👋
Oh iyaaaa aku punya cerita baru tapi oneshoot :) silahkan di cek ya siapa tau suka 😊
29 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
just meet but not to unite
Diversos"Kit kau terlihat menggemaskan" "Aku menyukaimu" "Izinkan aku memelukmu sebentar saja" "Maafkan aku.." Sebuah cerita singkat yang di angkat dari kisah nyata di sekitar hidup penulis, ada beberapa yang tak sesuai kenyataan karena untuk kepentingan da...