Three

1.6K 25 0
                                    

*Aku mau info. Kalo cerita FWB ini cuma miniseries, yang aku fokusin ke main charanya aja. so, mungkin cuma bakal muncul dialog yang ada karakter utama doang. Udah itu aja. Happy reading, jgn lupa votenya* :)

***
Arthit pov

Aku terbangun dengan ranjang sebelahku yang telah kosong. Mencoba berdiri dengan tingkat kesadaran yang belum sepenuhnya ku dapat. Aku melihat jam dinakas yang kini menunjukkan pukul 11 siang, Betapa aku sudah lama tidak mendapatkan tidur terlamaku.

Aku segera bangun dan bergegas mandi agar bisa segera turun untuk mencari makanan yang bisa mengisi perutku. Tak kuhiraukan penampilanku yang hanya mengenakan boxer tanpa memakai pakaian lain. Toh aku dikamar hotel hanya sendirian.

Aku memasuki kamar mandi yang di depannya terdapat cermin seukuran pinggang dilengkapi dengan wastafel yang cukup untuk mendudukan seseorang untuk mulai mencumbunya.
Sial.., kenapa disaat ini aku malah berfantasi liar, mungkinkah karna gagalnya rencanaku semalam untuk bermain. Entahlah, aku harus segera menyingkirkan bayangan itu dan bergegas mandi.

Setelah aku merasa segar sehabis mandi.  Aku memutuskan turun kebawah, aku memasuki lift dan saat pintu lift akan segera menutup tiba-tiba aku melihat dua orang wanita masuk, yang salah satunya cukup familiar buatku tapi aku tak bisa mengingatnya dengan pasti. Karna ruang lift yang kecil aku dapat mendengar mereka percakap-cakap.

"Kau tau, kalo bukan karna telfon tolol yang ia terima, aku hampir saja mendapatkanya semalam" wanita bergaun merah ketat itu terlihat memaki, aku tidak tau pasti kenapa karna posisiku yang berada dibelakang mereka

Lalu kulihat wanita satunya yang hanya mengenakan kaus biru dan hotpant tertawa "Hahaha, kau tau yang kau maki itu adalah saudara dari pria yang akan kau dapatkan"

"Ya..ya.. Aku tahu, tapi coba kau bayangkan aku dan dia sudah dalam mode panas.  Tapi karna dering handphonenya ia tiba-tiba meninggalkanku"

"Sudahlah kau bisa mencobanya nanti malam dan bagaimana jika kau bius saja pria itu" ku dengar saran dari wanita berkaus biru itu cukup membuatku menyerngit. Betapa mereka sangat berani.

"Good idea" aku seolah dapat melihat senyum yang terpatri di wajah wanita itu meski posisiku membelakangi mereka. Karna tidak tahan dengan ocehan mereka, aku mencoba berpura-pura batuk untuk mengambil atensi mereka dan berhasil, mereka seolah baru tersadar jika bukan hanya mereka yang berada disini. Jelas mereka terlihat salah tingkah karna pembicaraan mereka yang cukup akward untukku.

Setelah pintu lift terbuka aku bergegas keluar dan tanpa menghiraukan dua wanita tadi.
Aku segera menuju restoran seafood yang ada di hotel untuk makan.

***

Saat ini aku berada di luar hotel, karna perutku telah terisi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir pantai dan menuju tempat Xaviera melakukan pemotretan.
Niat awalku yang ingin mengejutkannya berbalik menjadi aku yang terkejut. Saat kulihat ia dan photografer 'sialan' kesayangannya itu tengah berciuman. aku memperhatikan keadaan sekitar, apakah aroma cinta membutakan mereka sampai-sampai tidak melihat keadaan sekitar?
Akhirnya aku memutuskan memanggil Salah satu tersangka,hingga aku mendapat atensinya.

Ku lihat kini ia tampak menghampiriku, dengan raut kesal yang justru membuatku bingung.
Sampai akhirnya ia tiba di depanku dan langsung menginjak kakiku, setelah aku tau alasannya aku memberikan alasanku padanya
"Hei.., kenapa kau semarah itu? Aku hanya membantu agar imagemu tidak hancur, karna akan ada gosip murahan tentang model yang berciuman dengan fotografernya." aku mengeluarkan smirkku dengan maksud untuk menjahilinya.  Namun siapa yang sangka ia semakin cemberut dan menggemaskan.

Aku pun akhirnya harus membujuknya, and how lucky I'm, dia dengan mudahnya memaafkanku.
Akhirnya aku mampir ke salah satu kedai yang menjual es krim, dia adalah seorang 'ice cream addict' jadi sangat mudah membujuknya jika ia ngambek.

***
Autor pov

Saat mereka tengah asik bercengkrama tiba-tiba datang dua orang gadis yang salah satunya menumpahkan satu cup es krim ke atas kepala Xaviera. Xaviera yang kaget dan tidak siap berdiri dan memandang gadis di depannya.

"KAU..., apa-apaan ini" xaviera tampak marah pada gadis di depannya. Namun gadis itu bukannya merasa bersalah justru tertawa mengejek pada Xaviera.

"Itulah yang akan kau dapatkan gadis jalang karna telah mengganggu priaku" gadis itu tampak bersedekap sedangkan temannya hanya menyimak dari belakang.

"Pria mu? Siapa yang kau maksud priamu del? Apa yang kau maksud Kin?" ya, gadis itu Fredellia saingan di agensinya.

"Tentu saja Bodoh, siapa lagi jika bukan dia, dan ini peringatan untukmu. Jangan pernah mengganggu Kin lagi" Setelah mengatakan itu Fredellia pergi meninggalkan Xaviera dan Arthit yang justru terpatung menyaksikan perdebatan itu.  Ia seolah-olah mengingat sesuatu dan saat menyadarinya ia buru-buru pergi

"Vi kau tidak apa-apa,  aku akan pergi sebentar.  Kau tunggulah disini.  Ini kau gunakan jaketku dan pergilah ke toilet yang berada di toko ini.  Aku akan segera kembali"

Secepat kilat Arthit pergi meninggalkan kedai itu, ia berlari sambil melihat kanan kiri, mencari seseorang yang mengganggu fikirannya dan saat menemukan apa yang ia cari. Ia segera menarik pergelangan tangan gadis itu

"Ketemu" arthit menunjukkan smirk andalannya, senyum yang mampu menyihir siapapun seolah-olah tatapan seekor harimau. "Kau ingat aku?"

"Siapa kau? " gadis itu seolah berfikir. "Ah.., kau pria yang bersama Xaviera tadi bukan"

"Ya.., dan kalian wanita yang berada di Lift tadi kan?" Arthit menangkap gurat terkejut dari dua gadis di depannya. Seolah mereka tengah mengingat kejadian memalukan yang mereka alami di lift tadi.

Arthit pov

Aku mencengkram pergelangan tangannya kuat, tak kuhiraukan tatapan dan suara ringisan yang berasal dari mulutnya. Sedang temannya itu hanya menunduk. Seolah-olah aku hantu. Padahal jelas tidak ada hantu yang setampan diriku.
"Ayo Dedelia, ikut aku dan minta maaf pada Xaviera."

"No, aku gak sudi minta maaf.  Lagian kau siapanya.  Apakah pria yang membookingnya?" ia tampak dengan santai mengucapkannya tanpa menyadari aura yang ku keluarkan.
"Dengar Mr. Lupakan wanita jalang itu. Bagaimana jika kau keluar bersamaku." gadis ini dengan tampak tidak tahu malunya mengelus dadaku dari luar kaus yang ku gunakan.

Aku hanya mengangkat alisku dan ingin melihat apa yang akan dia lakukan.  Ia perlahan melepaskan tangannya dari cengkraman yang sengaja aku longgarkan lalu Ia melingkarkan tangannya dileherku. Aku mencoba mendiaminya, Namun semakin lama justru tingkahnya semakin membuatku muak.

"Bisa kau hentikan Dedelia. Kau membuatku jijik.  Ayo ikut aku bertemu Xaviera" aku mencengkram tangannya lagi dan mencoba menariknya namun ia menepisnya

"Ck.., aku bilang aku tidak mau.  Dan namaku Fredellia bukan Dedelia, jangan sembarangan mengganti namaku" ia tampak menggeram.
Namun aku tetap bersikap tenang dan karna kehabisan akal aku mendekatinya serta berbisik di telinganya
"Aku tau rencana busukmu dan berkat usahamu terhadap Xaviera tadi aku sadar siapa pria yang akan kau bius. Jika kau tidak mau reputasimu hancur, Maka jangan lakukan hal bodoh seperti tadi"

Selesai mengatakan itu aku mundur untuk melihat wajah kagetnya yang kini nampak merah entah karna malu atau emosi.

"Kau tidak akan bisa melakukannya, dan itu bukan urusanmu Mr.  Jangan pernah mengancamku" ia berbalik dan berjalan menjauh bersama temannya.

Sedangkan aku hanya melihat punggungnya semakin menjauh.  Dia salah mengganggu keluargaku dan akan ku pastikan jika ia akan menyesal telah bermain-main denganku.

Pada akhirnya akupun berbalik dan segera menjauh dari tempat itu menuju kedai dimana Xaviera menunggu.

TBC

10.11.20

Denhart

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friends with benefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang