Prolog

1.5K 326 33
                                    

"Hahahahaha gak punya ayah ya lo? Kasihan banget."

"Percuma pinter kalo gak punya bapak buat dipemerin."

"Pasti gak pernah dipuji sama papanya gara-gara nilainya bagus."

"Iyalah, makanya gue bilang percuma dia pinter. Gak punya bapak."

"Hahahahaha."

"Adam gak punya bapak."

"Adam gak punya bapak."

"Adam gak punya bapak."

Suara-sura ejekan itu terus berbunyi. Anak-anak kecil itu mengelilingi tubuh kecil yang meringkuk ketakutan akibat dikelilingi teman-temannya yang asik mengejekmya tak punya ayah.

Bukan maunya tak punya ayah. Bukan maunya lahir tanpa mengenal siapa ayahnya.

Ia ingin punya ayah. Iya ingin punya punggung yang bisa ia naiki. Ia ingin bermain bola dengan ayahnya. Ia ingin dibelikan mainan yang banyak seperti teman-temannya. Ia ingin menggambar bersama ayahnya. Ia ingin bermain musik dengan ayahnya.

Ia ingin punya ayah seperti teman-temannya, tapi ia tak punya.

"Dam, kalau punya bapak lo mau panggil gimana? Bapak? Ayah? Papa? Papi? Daddy? Oh iya sorry gue lupa. Lo kan gak punya bapak jadi percuma gue tanya."

"Hahahahhahaha" Gelak semua anak yang mengelilinginya.

"Berhenti! Diem kalian semua! Diem!" Gumam Adam masih dengan terpejam. Peluh membanjiri dahi serta lehernya. Tidurnya tampak tak nyaman ditambah napas yang memburu.

Ibu Adam yang mendengar suara Adam pun segera memasuki kamar putra semata wayangnya yang terdengar sedang mimpi buruk dengan raut khawatir.

Perempuan itu menghampiri Adam dan menepuk pelan bahu putranya itu, "Adam, bangun. Kamu mimpi lagi? Adam?" Panggil ibu Adam khawatir dengan terus menepuk bahu Adam hingga akhirnya remaja itu bangun.

Adam yang merasa dibangunkan oleh Ibunya pun mampu bernapas lega karena bisa lepas dari mimpi buruk masa lalunya di sekolah dasar.

Lelaki itu langsung bangun dan memeluk ibunya pelan untuk melepaskan sesak yang menghimpitnya.

"Ssttt, udah gak apa-apa. Cuma mimpi orang yang capek." Ucap ibu Adam menenangkan.

"Ma.." Panggil Adam pelan mirip dengan gumaman.

"Iya, sayang?" Balas ibu Adam halus namun Adam tak membalas hanya makin memeluk ibunya menahan tangis yang selalu ia pendam di hadapan ibunya.

**

"Widih tumben pagi-pagi udah dateng, pangeran ikan lele kit. Biasanya juga kalo masuk sekolah gak pernah lewat gerbang. Kudu lewat pagar dulu." Cibir Hilmi yang baru memasuki kelas bersama Vino dan Dimas. Mereka terkejut melihat Adam yang sudah duduk manis sambil memainkan ponselnya di bangku pojokan kelas.

"Tadi pagi sekalian nganter ibu negara ke rumah pembeli." Jawab Adam tanpa melepaskan pandangannya ke arah ponsel.

"Duh lama gak ketemu Tante Alin. Nanti mampir ke ruma elo ya Dam." Pinta Dimas semangat. Adam melirik Kawan bala kurawanya ini malas.

"Gak ah. Nanti emak gue lo godain lagi. Jijik." Cibir Adam lalu melanjutkan main game di ponselnya.

"Heh gak boleh kayak gitu. Gak sopan kamu sama saya.  Ganteng-ganteng ginu Saya ini calon bapak kamu ya." Tegur Vino dan dibalas gelak tawa Hilmi dan Dimas.

"Gak sudi gue punya bapak cabul plus genit kek elu. Amit-amit." Cibir Adam lalu tertawa bersama.

Beginilah mereka suka menggoda Adam dengan mencalonkan diri sebagai calon Ayah Adam karena Ibu Adam yang masih begitu muda. Tak jarang mereka menggoda ibu Adam dengan guyonan kerecehan mereka. Namun ibu dan Adam tak pernah mempermasalahkannya.

Ibu Adam bernama Alinaryl Reanka, berumur 35 tahun. Terpaut 17 tahun dengan Adam yang kini berusia 17 tahun. Adam sendiri tau kalau ibunya memang hamil di usia muda. Adam juga tau kalau ia tak punya status ayah yang jelas. Jelas Adam tau apa yang terjadi pada ibunya meski tak pernah mengkonfirmasinya, cukup di nalar saja maka semuanya sudah jelas. Namun Adam tak pernah memusingkan hal itu. Di mata Adam, Alina adalah sosok perempuan terhebat yang pernah ada. Ibunya itu bisa menghidupinya dengan usahanya sendiri dengan cara membuka jasa jahit serta katering di rumah.

Mereka hanya hidup berdua tanpa sanak saudara di kota ini. Alina sendiri tak pernah membicarakan siapa kakek neneknya ataupun sanak saudaranya. Yang Adam tau, ia hanya hidup damai bersama Ibunya.

Tapi yang jelas, Adam tau dan paham kalau ibunya memang menjauhi bahkan meninggalkan orang tua dan keluarganya untuk hidup bersamanya.

TBC

DUH SAD BANGET YA DISINI CERITA ADAM, BEDA BANGET SAMA DI SEBELAH. TAPI KITA SEMUA TAU KAN YA, DIMANA2 COWOK KALAU HUMORIS DLL PASTI PUNYA KESEDIHANNYA SENDIRI.

DAN DISINI AKU CERITAIN SISI LAIN DARI ADAM:))

NO HATE YA, MESKI SEDIH TETAP ADA KETENGILAN ADAM KOK🤧

Thanks for reading💕

Hey, Adam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang