HALOOOOO LONG LONG LONGGGGG TIME NOT SEE YOU ALL😭😭😭😭😭 GIMANA KABARNYA?! BAEK KAN? BAEK DONGG, GIMANAA? UDAH ADA YANG NIKAH? KERJA ATAU PUNYA ANAK BELOM? WKWKWKKWKW SANGKING LAMANYA HIATUS, MAAFKAAN LO YA😭
Dahlah langsung aja yuk yg kangen adam.
Happy reading❤
Hari ini Alina sedang free pekerjaan, ia sudah membersihkan rumah menata ulang tumbuhan serta ruang tamunya. Saat ini Ia sedang duduk di kursi sofa sambil menatap foto Adam saat masih kecil, tanpa ia sadar ia selalu tersenyum melihat foto anaknya saat masih kecil.
Kadang ia tak menyangka ia bisa sampai di titik ini, di titik dimana ia tak pernah membayangkannya. Jika boleh jujur, Alina dulu bukanlah perempuan semandiri ini. Ia tak jauh dari sifat manja. Keluarga harmonis, keuangan keluarga stabil karena ayahnya seorang tentara yang posisinya cukup baik, ibu yang penuh cinta terhadap anak-anaknya serta seorang adik laki-laki yang jahil namun sering memberikan kejutan kecil untuknya.
Namun semua itu harus ia lepaskan. Ia melepaskan semua cinta itu demi anak yang di kandungnya. Berjuang banting tulang agar Adam memiliki hidup yang layak. Meskipun hidupnya saat ini sedikit banyak dibantu lelaki itu.
Alina meraih dompetnya dan mengambil kartu ATM yang berisi deposit uang yang ia siapkan untuk masa depan Adam, uang yang sudah ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan Adam sejak bayi. Terakhir ia mengambil uang dari ATM ini saat Adam memasuki sekolah SMA karena saat itu kebutuhan pembayaran cukup mahal untuknya, itu berati setahun yang lalu.
Alina memejamkan matanya erat mengingat kejadian kuranh dari 18 tahun lalu...
"Saya sudah tau kondisi kamu itulah alasan saya mengajak kamu bertemu." Ucap pria paruh baya yang duduk di depan Alina dengan tenang. Aura kuat pria itu benar-benar membuat Alina yang akan menginjak 18 tahun itu menegang.
"Jangan tanya dari siapa, karena saya pasti akan menyelidiki siapa saja yang dekat dengan putra-putra saya. Terutama apa saja yang sudah dilakukan." Ucap pria itu penuh dengan makna.
"Kamu tau kan kondisi anak saya saat ini? Ia tengah meraih impiannya meskipun saya kurang setuju namun sebagai orang tua saya hanya bisa memberikan yang terbaik untuk putra saya. Termasuk menyingkirkan hal yang bisa menjadi penghalang impiannya." Lanjutnya. Sungguh Alina begitu takut sekarang.
"Minggu depan anak saya sudah masuk ke pelatihan pendidikan polisi. Saya harap kamu tidak mengacaukan pikirannya dan membuat pikirannya kacau sehingga membuatnya mengambil keputusan yang implusif dengan mengorbankan impannya dan menikahi kamu." Pria paruh baya itu menghela napas pelan sambil menatap Alina yang masih menundukkan kepalanya.
"Saya tidak akan menyuruh kamu menggugurkan kandungan kamu kalau itu yang kamu takutkan. Bagaimanapun itu cucu saya. Cucu pertama saya, saya mengakui itu. Bagaimanapun anak yang kamu kandung merupakan darah keluarga Prabu." Ucapan ini langsung membuat Alina menatap penuh harap pria paruh baya di depannya ini. Setidaknya harapan ia bisa mempertahankan kandungannya sudah jelas.
"Biarkan putra saya meraih cita-citanya, dan kamu fokuslah pada kandunganmu. Saya akan memenuhi segala kebutuhanmu. Di kartu ini ada uang sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan kamu dan dia. Jika putra saya sudah memiliki posisi yang sudah baik kalian bisa menikah." Ucapnya sambil menyerahkan kartu ATM untuk Alina.
"Apa saya masih bisa menemui Mas-"
"Tidak." Jawabnya langsung dan membuat Alina kecewa, bukankah ini berati Alina harus menjauhi pria yang ia cintai?
"Sudah saya bilang bukan? Biarkan putra saya meraih posisi terbaiknya baru kalian bisa menikah." Lanjutnya.
Alina membuka matanya lelah. Setelah kejadian itu tak lama kondisinya diketahui orang tuanya, ayahnya yang memang dasarnya keras tak segan memukulnya untuk pertama kali, ibunya hanya diam menangis dan adiknya hanya bisa diam melihat kakaknya di pukul sang ayah karena ketahuan hamil. Ayahnya bahkan mengusirnya serta mengatakan tak bisa menerimanya sebagai anak serta anak yang ada di kandungannya.
Alina memutuskan pergi namun sebelum itu ia membuka rekening baru dan memindahkan uang yang diberikan ayah dari pria yang ia cintai ke rekening baru untuk berjaga-jaga. Alina cukup terkejut dengan nominal isi uangnya, 500 juta itu uang yang sangat amat banyak saat itu. Namun itu pantas karena Alina menggunakannya sebagai keperluan cucu dari lelaki itu.
Selesai dengan urusan uangnya Alina melarikan diri ke kota ini, kota Jogja di mana kota impiannya untuk tinggal di masa depan.
Alina mulai mengatur strategi, yang pertama ia harus memiliki rumah, ia tak mau kontrak atau semacamnya, dengan uang dari kakek anaknya ia bisa membeli rumah di Jogja. Selama 2 hari Alina mencari perumahan yang sekiranya bisa ia beli dengan sebagian uang yang ia bawa. Akhirnya ia menemukan rumahnya yang sekarang ini, dulu perumahan ini baru berdiri oleh karena itu Alina mendapat keringanan harga lebih banyak karena ia 50 pembeli pertama.
Ia mulai menata kehidupannya, semua ia tata serapi mungkin tanpa dukungan siapapun. Ia berjuang sendirian. Bahkan kakek dari anaknya pun tak sekalipun menghubunginya, hingga ia melahirkan.
Alina mencoba menunggu, hingga akhirnya saat Adam berusia 4 tahun ia sudah tak tahan lagi. Ia mencoba keberuntungannya. Ia kembali ke ibu kota, menemui lelaki yang ia cintai dan menemui orang tuanya. Ia berharap dengan membawa Adam orang tuanya luluh dan memaafkannya serta ia bisa bersatu lagi dengan pria yang ia cintai.
Namun ketika sampai di ibu kota, Semuanya bohong.
Saat taxi yang ia naiki berhenti di depan rumah elite yang merupakan rumah pria yang ia cintai disana, di papan nama pengantin tertulis jelas nama ayah Adam bersanding dengan wanita lain. Pria itu mengadakan pernikahan, dan melupakannya.
Dada Alina terasa sesak. Memangnya apa yang diharapkan dari hubungannya dengan pria itu? Dulu Alina yang menghilang bukan pria itu. Bukan salah pria itu akhirnya dia memilih wanita lain yang mungkin sejajar dengannya.
Hingga akhirnya Alina memutuskan mundur. Alina tidak akan menghancurkan rumah tangga pria itu. Sudah cukup semuanya. Harapannya kini ada pada orang tuanya dan berharap mereka menerimanya, setidaknya menerima putranya.
Hingga pada akhirnya Alina harus menelan kekecewaan yang lebih berat, orang tuanya tidak sudi menerimanya lagi terutama sang ayah. Cinta pertamanya itu tega mengusirnya di depan Adam yang terlihat takut dan bingung dengan kemarahan kakeknya. Ibu Alina hanya diam menangis seakan-akan menahan diri untuk memeluknya.
Alina tau, tidaka ada kata kembali. Semuanya sudah selesai, Alina tau ia hanya perlu melanjutkan hidup bersama putranya. Hanya dengan putranya, Adam Mahawira.
Membesarkan Adam bukanlah hal mudah, anak itu benar-benar sering menjengkelkan namun ia sangat mencintai putra tengilnya itu.
Adam adalah sosok yang berbeda ketika bersamanya dan di luar rumah. Jika di rumah Adam anaknya baik, lucu, manja dan rajin namun di luar rumah atau sekolah dia merupakan biang masalah. Ia sangat sering mendapat panggilan orang tua ke sekolah.
Suka menganggu murid lain, bertengkar, tawuran bahkan yang terakhir ia memukuli siswa lain. Untuk yang terakhir Alina membela Adam, karena alasan Adam memukuli siswa itu adalah siswa tersebut terpergoki tengah memaksa adik kelas berbuat mesum di belakang sekolah.
Alina sering mengatakan pada Adam, ia tidak akan marah terkait hal itu karena Alina pikir Adam tau konsekuensinya pesan Alina hanya satu, "Mama akan memaafkan semua kenakalan kamu kecuali Narkoba dan menghamili anak orang lain."
Alina sadar diri, saat SMA dulu ia juga nakal bahkan melebihi itu hingga lahirlah Adam, maka ia tak akan menghakimi sikap Adam meskipun kadang keterlaluan namun Alina hanya perlu mengarahkan bocah tengil itu.
Tiba-tiba ponsel Alina berbunyi, ia menatap ponselnya dan memejamkan matanya sambil mendesah frustasi. Baru saja ia mengingat kenakalan putranya, sekarang ia sudah mendapatkan telepon dari wali kelas Adam. Sudah pasti putranya itu membuat masalah lagi.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Adam!
General FictionSemua mengenalnya sebagai anak yang.. 1. Nakal 2. Tengil 3. Tidak berakhlak 4. Cuek 5. Trouble maker 6. Remaja kematian 7.Berprestasi. Siapa yang tak kenal dengan Adam Mahawira? remaja yang paling unggul dalam segala hal termasuk membuat kekacauan s...