MEREKA

671 68 36
                                    

Pukul tujuh lewat sepuluh menit waktu pagi, Sekolah terbaik pentolan Bogor itu sudah ramai oleh para siswa-siswi serta guru.

Halaman luas yang menjadi tempat parkir SMA tersebut sudah ramai dan padat oleh kendaraan milik Guru ataupun murid lainnya.

Seorang siswa dengan pakaian yang tidak bisa di bilang rapi itu seketika berlari kencang begitu berhasil memarkirkan motornya.

Tujuannya adalah kelas tercinta yang mungkin sudah penuh terisi oleh penghuninya, mengabaikan teman-teman seangkatan, kakak kelas, ataupun adik kelas yang nyaris tertabrak olehnya, sang siswa terus berlari menyusuri pelataran sekolah menuju gedung green class dimana kelasnya berada.

"MARTEN ANDREAN!"

Merasa namanya di panggil, sang siswa seketika menghentikan laju larinya, hampir saja dia terpeleset. Marten atau teman seangkatannya sering memanggil—Ten, itu seketika menatap kearah seorang guru yang tadi memanggilnya.

'Mampoos kau ganteng, Pak Bambang lagi. Alamat lama ini mah, gimana gue sempet nyalin pr Bu Isma.'

Pak Bambang yang bergelar sebagai guru BK dan Piket itu berjalan mendekati Ten, tentu dengan tongkat kecil seperti tongkat sihir di serial Harry Potter.

"Bapak! Ay lop yu pul pul pul." Ucap Ten sebelum Pak Bambang berdiri tepat di depannya membuat Pak Bambang menautkan alis, dan setelahnya Ten kembali berlari menyusuri koridor normal class untuk dapat sampai ke gedung kelasnya.

"Pak Dhani muridnya, astaghfirullah banget." Ucap Pak Bambang, "gak yang mana-mana sama aja kelakuannya."

Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

"Samlekom!!!"

"Woyyy nyontek!!"

"Ten, kamu ini berdosa sekali sayang."

Ten yang baru saja masuk kedalam kelas bergidik ngeri saat Radit memanggilnya sayang, "Najis Dit, gue masih demen Citra."

Citra, yang namanya baru saja di sebut nyaris menyemburkan air yang sedang di teguknya, "Najis, gue masih demen Kak Haikal ya."

"Cit, Ten nyontek Matematika dong. Pleaseeeee." Ten seketika duduk di hadapan Citra dimana kursinya berada, dan langsung mengeluarkan buku matematika khusus soal.

"Ogah."

"Yahelah Cit," Ten merengut lalu mencolek bahu pemuda yang duduk di hadapannya, "Cup nyontek cup."

Yusuf yang sedang asik main game di ponselnya menoleh malas pada Ten, "Udah gue kumpulin." Dusta nya.

"Najis luh, batang gak solid."

Plak!

"Congor lu, kondisikan please."

Joya yang menjadi teman sebangku Ten sontak menabok bibir pemuda tersebut, Ten yang merasa tidak terima seketika me-ngegas Joya.

CERITA KITA  ( #96LINE ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang