DIAM-DIAM... (2)

342 55 41
                                    

Diam-diam saling mendoakan itu rasanya masyaallah subhanallah, kita tidak tahu jika selama ini apa yang kita harapkan diam-diam ternyata juga di harapkan diam-diam oleh dia.

Para malaikat pasti tertawa melihatnya.

Melihat dua anak remaja yang, diam-diam saling peduli tapi tak berani bertindak, diam-diam saling suka tapi tak berani ungkap, diam-diam saling berdoa tapi tak berani menyapa.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi pagi ini guru yang mengajar di kelas IPS x1-2 itu tidak hadir, dan lagi-lagi Juna sebagai ketua kelas masa bodoh dan malah ngajakin pasukan barisan belakang nya mabar.

Wildan nyempil lewat di belakang kursi Erina yang masih tersisa ruang lalu duduk di kursinya yang memang mepet tembok. Seketika aroma dari parfum pemuda tersebut menyeruak masuk indra penciuman gadis sunda tersebut.

Jadi deg-degan panas dingin ser gimana gitu, padahal udah hampir lima bulan ini mereka jadi partner satu meja, masih aja kaku. Eh Erina aja sih, kalau Wildan nya santai aja dan terkesan diam. Diam-diam deg-degan juga maksudnya.

"Nanti pulang Sekolah mau ikut?" Tanya Wildan membuat Erina terkejut.

"H-ha?"

"Ke rumah Zelo."

"Oh, iya ikut."

Wildan mengangguk, "Mau bareng sama gue?"

Jangan tanya kenapa sekarang gadis sunda itu tengah meremas kedua telapak tangannya di bawah meja, keringet dingin cuy, Astaghfirullah sekali pokoknya, padahal Wildan nya santai aja tuh.

Santai ndas mu, padahal mah dia juga deg-degan takut Erina nya gak mau sama dia.

"Bukannya lo sama pacar ya?" Tanya Erina dengan cengiran kakunya.

"Pacar apaan, gue gak ada pacar tuh." Sahut Wildan lalu merebahkan kepalanya di atas tas.

Dalam hati Erina mengucap Alhamdulillah sebanyak mungkin, kalau perlu ia sujud syukur.

"Itu yang kalau pagi bareng."

"Dania? Tetangga doang."

"Ahh, tetangga apa tetangga." Candanya dengan senyum canggung, padahal dalam hati sudah jingkrak-jingkrak. Alhamdulillah masih ada kesempatan.

"Cemburu ya?"

Di tanya seperti itu siapa yang tidak salah tingkah, ibarat lagi asik maling mangga eh ketauan sama yang punya, auto membeku di tempat.

"Ya kali Dan." Sahut Erina lalu memutar tubuhnya kebelakang untuk menatap Jenni dan langsung mengajak gadis blasteran itu mengobrol, Astaghfirullah bisa-bisanya si Wildan nanya gitu, kan jadi salting dan bikin gadis sunda tersebut makin panas dingin.

Wildan sih cuma senyum tipis.

Gemes.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CERITA KITA  ( #96LINE ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang