part 37

37.3K 1.9K 102
                                    

Happy reading








Saat ini Bagas sedang berada di kantornya, Sebagai bos diperusahaan keluarganya sudah pasti mengemban tanggung jawab yang sangat besar, terlebih lagi papahnya sedang berada di luar kota mengurus perusahaan yang disana, jadi tidak ada yang membantunya atau memberi saran jika ia melakukan kesalahan dalam bekerjanya.

Bagas sedang menandatangani berkas-berkas yang sangat banyak di meja kantornya, tiba-tiba telepon kantornya berbunyi, Bagas akhirnya meninggalkan kegiatannya itu dan mengangkat teleponnya.

"Halo, apa aku mengganggumu,"ujar seseorang ditelfon.

"Siapa?"tanya Bagas.

"Aku Yana Bagas, kamu tidak mengenal suaraku?"tanya si penelepon yang ternyata adalah Yana.

"Maaf saya tidak terlalu mengenal suaramu."

Lagipula buat apa, lanjut Bagas di dalam hati.

"Oh oke tidak papa Bagas, maaf aku menelpon mu menggunakan nomor kantor, karena kamu tidak memberikan nomor pribadimu padaku,"ujar Yana.

Buat apa aku memberikan nomor pribadiku padamu, batin Bagas, yang punya nomor pribadinya hanya keluarganya saja.

"Ada apa menelpon saya?"tanya Bagas.

"Oh ya Bagas, aku hampir lupa, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu, apa kamu bisa?"

"Minta tolong apa? Saya sedang sibuk,"balas Bagas.

"Begini Bagas kamu pulanglah kerumah mamah kamu, aku mau ke apartemenku ada barang yang harus aku ambil,"ujar Yana.

"Tidak bisa, kenapa tidak dengan mamah saja,"ujar Bagas.

"Tante Soraya sedang pergi mengunjungi besannya, aku dirumah ini hanya dengan bibi saja Bagas, aku tidak mungkin kan pergi sendiri?"

"Baiklah saya akan mengirim orang suruha saya untuk mengambil barang di apartemenmu."

"Jangan Bagas!"ujar Yana dengan cepat.

"Kenapa?"tanya Bagas.

"Itu adalah barang pribadi miliku, tidak ada yang boleh mengambilnya selain aku sendiri, hanya sebentar Bagas kumohon,"ujar Yana.

"Baiklah saya akan kesana,"ujar Bagas, lalu meletakan telfonnya tanpa menunggu jawaban Yana.

"Dasar menyusahkan orang saja,"gerutu Bagas, lalu memakai jasnya dan keluar dari ruang kerjanya.





*
*

"Aku harus berdandan yang cantik, karena Bagas akan kesini,"ujar Yana dengan senyum cerahnya, dengan duduk dikursi roda, Yana mulai memoles wajahanya dengan make up.

"Semoga saja anak kecil itu tidak ikut, jadi aku bisa berduaan saja dengan Bagas,"gumam Yana sambil memakai bulu mata palsunya, karena terbiasa berdandan menor, jadi Yana berdandan menor sekarang.

"Ah akhirnya selesai, aku terlihat sangat cantik, tidak kalah dengan anak kecil itu."Yana menganggumi dirinya di depan cermin riasnya.

"Astagah ini sangat menyusahkan ku, aku butuh bantuan untuk membantuku berganti pakaian,"gerutu Yana

"BIBI!"teriak Yana di dalam kamar.

"BIBI CEPAT KESINI!"teriak Yana lagi.
Tak lama pintu kamar Yana dibuka terlihatlah wanita paruh baya berusia setengah abad menghampiri Yana dengan terpogoh-pogoh.

"Ada apa nyonya?"tanya Bi Sum, kalian ingat Bi Sum pembantu yang tadinya bekerja di rumah Bagas, saat ini dipindahkan ke kediaman orangtua Bagas, karena itu permintaan Alena, Alena hanya ingin mengurus rumah sendiri tanpa bantuan seseorang.

"Bantu aku memakai pakaian,"ujar Yana.

"Tapi nyonya saya sedang memasak"ujar Bi Sum sembari menunduk.

"Apa kamu mau menolak bibi, saya nyonya dirumah ini, jadi bibi sebagai pembantu harus menuruti perintah saya!"ujar Yana dengan tatapan tajam, membuat Bi Sum semakin menunduk.

"Maaf nyonya."

"Yana,"panggil Bagas yang baru datang.

"Hai Bagas kamu sudah sampai,"ujar Yana sambil tersenyum ceria, tapi senyumnya langsung luntur saat melihat seseorang di belakang Bagas.

"Tante bagaimana kabar tante?"tanya Alena. Yana membalasnya dengan senyum tidak ikhlas.

Sialan kenapa anak itu ikut sih, batin Yana.

"Bi sum bagaimana kabar bibi? Rasanya sudah lama kita tidak bertemu,"ujar Alena.

"Alhamdulillah baik nyonya Lena, kalau begitu bibi ke belakang dulu ya tuan, nyonya?"pamit

Alena dan Bagas mengangguk.

"Apakah sekarang kita bisa pergi?"tanya Bagas.

"Aku belum berganti pakaian Bagas, apakah kamu bisa membantuku berganti pakaian?"tanya Yana.

"Sepertinya kamu sudah gila Yana,"ujar Bagas dengan membuang muka dan menatap istrinya.

"Sayang kamu bantu dia ganti pakaian,"ujar Bagas, Alena mengangguk.

Alena berfikir jika Yana orangnya tidak pemalu atau tidak tau malu, bisa-bisanya meminta bantuan pada laki-laki untuk membantu berganti baju, terlebih lagi laki-laki itu sudah memiliki istri.

"Tante aku bantuin ganti pakaian ya?"tawar Alena.

"Hem baiklah,"jawab Yana.
Bagas segera keluar dari kamar Yana dan berjalan ke ruang tamu.

*

*

"Memangnya kamu mau mengambil barang apa Yana?"tanya Bagas, saat mereka sudah berada di dalam mobil tapi mobil belum jalan.

"Em hanya sebuah buku,"jawab Yana yang duduk di jok belakang.

"Hanya sebuah buku, astagah kamu benar-benar membuang waktu ku dengan percuma,"ujar Bagas.

"Mas jangan berkata seperti itu,"tegur Alena yang duduk di samping Bagas.

"Iya maaf sayang, oh ya tadi gimana sekolahnya?"tanya Bagas kepada Alena.

"Lancar mas, Anin juga nggak rewel tadi pelajaran, nggak kaya biasanya, mungkin karena Anin udah nargetin kali ya mas, mau lanjut ke universitas favoritnya, jadi tambah semangat dianya,"jawab Alena.

"Bagus dong kalau gitu bund, kamu juga harus belajar yang rajin supaya bisa masuk universitas yang kamu sukai,"

"Emang aku boleh lanjut kuliah mas?"tanya Alena.

"Boleh dong, kalau nggak lagi hamil hehehe,"kekeh Bagas sambil mengelus perut rata Alena membuat Alena tersipu malu, ia juga tidak sabar ingin merasakan hamil. Sendari tadi Yana yang merasa di kacangi menatap Alena dan Bagas dengan pandangan iri.

"Sepertinya kita harus jalan, sebelum kemalaman pulangnya,"ujar Yana, ia sungguh sangat panas rasanya melihat kemesraan mereka.

"Astagah maaf Yana aku lupa jika ada kamu, ku kira aku hanya berdua saja dengan istriku,"ujar Bagas.

Yana yang mendengarnya hanya mendengus kesal lalu mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

Bagas mulai menjalankan mobilnya.

*
*

"Tante itu buku apa, boleh Lena pinjam?"tanya Alena saat melihat buku bersampul biru yang dipegang oleh Yana.

"Tidak ini buku pribadi ku, tidak ada satupun orang yang boleh memegang apalagi membacanya,"jawab Yana, Alena akhirnya mengangguk dan mendorong kursi roda Yana menuju ke luar kamar apartemen Yana, disofa ruang tamu terdapat Bagas yang menunggunya sendari tadi.

"Sudah?"tanya Bagas.

"Sudah mas,"jawab Alena.

"Ya sudah kita pulang sebelum kemalaman,"ujar Bagas.

Alena mengangguk, Bagas membantu Alena mendorong kursi roda Yana keluar dari apartemen Yana.

*****

Maaf banget up nya lama, soalnya lagi sibuk banget kemarin 😄

Terima kasih udah baca💙💙

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang