Pagi itu dibawah pohon waru yang rindang aku merenung. Daun daun yang berguguran mengingatkanku saat baru pertama kalinya aku masuk pesantren ini. Tempat yang sudah lima bulan terakhir ini aku menimba ilmu disini. Ahh rasanya sudah lama sekali aku tak melihat senyuman Nia sahabatku. Aku masih ingat Saat Nia mengucapkan selamat tinggal padaku. Lambaian tangannya masih saja terbayang di benakku.
"Mbak, semagat lho mondoknya rugi sampeyan yen ora tenanan kasihan bapaknya dirumah cari uang masa mbak mondoknya ngga serius." Ujarnya sambil menepuk pundak ku seolah memberi semangat.
"Iya dek, pasti aku selalu ingat pesan dek Nia yang cantik ini." Sahutku sambil tertawa kecil.
"Mbak ini masih saja suka bercanda." Nia tersipu malu, pipinya yang memerah membuatku tertawa terbahak bahak.
"Nggak kok dek aku serius kamu memang cantik. Kamu juga jangan nakal sekolah yang rajin jangan malas." Aku mencubit hidungnya.
Nia memang selalu menjadi penyemangat ku. Dia tahu dengan baik kalau aku orang yang mudah patah semangat.
Aku tak pernah menyangka kami bisa sedekat ini. Padahal, dulu saat masih kecil kami sering bertengkar entah itu berebut makanan ataupun mainan. Dan pasti Nia yang selalu mengalah. Dia sangat mengerti aku, dia tak pernah malu untuk meminta maaf duluan kepadaku sekalipun itu aku yang berbuat kesalahan. Sejak kecil Nia memang anak yang pendiam dan sopan, sifat Nia yang seperti ini membuat keluarga ku menyayangi Nia. Kadang keluarga ku lebih perhatian kepada Nia sehingga aku menjadi sangat membencinya.
Namun,rasa benci itu tidak selamanya tertanam di dalam hatiku. Dulu aku pernah mengalami kecelakaan yang sangat parah yang membuat tulang tanganku patah dan harus dioperasi. Selama satu semester aku tidak masuk sekolah. Aku bosan jika harus berbaring saja ditempat tidur, tidak ada teman yang bisa ku ajak bicara. Tapi rasa sepi itu seketika hilang dengan hadirnya Nia yang selalu menemaniku,membacakan dongeng untukku,dan bermain denganku. Setiap pulang sekolah dia selalu membelikan martabak tahu kesukaanku aku sangat senang sekali. Nia tidak pernah meninggalkanku, dia selalu ada disaat seperti apapun kondisiku. Peristiwa ini membuat ku menjadi sangat menyayanginya. Dan aku belajar bahwa jangan pernah melukai perasaan seseorang mungkin esok atau nanti seseorang itu yang menjadi alasan untuk kita tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Naya dan Orang Tersayang
Short StoryNaya yang mencoba untuk mencari jati dirinya menghadapi banyak sekali rintangan. Semua perjuangan Naya tentu saja tak lepas dari peran Keluarga teman. Tapi tidak semua keluarga dan teman-temannya mendukung perjuangan Naya. Akankah Naya mampu menemuk...