Jum'at bersama Umi

55 35 33
                                    

Aku tak kuasa menahan tangis,aku sangat merindukan suasana rumah. Entah apa yang berbeda dari diriku ini. Aku tak pernah bisa menemukan teman yang benar-benar bisa mengerti aku. Ya Allah aku sangat merasa kesepian,tidak ada seorang pun yang membuat ku nyaman bercerita kecuali Umi. Ya,Umi yang selalu setia mendengarkan keluh kesah ku

Dulu Umi pernah janji kepadaku bahwa Umi akan selalu ada untukku
Tapi,tidak untuk hari Jum'at pada bulan Januari tahun 2018. Umi meninggalkan ku betapa terpukulnya aku seakan semua ini adalah mimpi. Umi pergi selama lamanya meninggalkan ku sendiri. Sore itu, hujan turun membasahi bumi,aku melihat Umi tertidur pulas sekali tak sampai hati aku membangunkannya. Aku beranjak keluar melihat suasana luar yang gelap dan dingin. Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. "Ada yang aneh." Tapi aku tak tahu ini firasat apa.

Tiba tiba Kakak berteriak
"Naya lihat umi!."
Dengan tergopoh-gopoh aku masuk ke kamar Umi. Aku terheran melihat bapak dan kakakku yang menangis tersedu sedu disamping umi. Aku masih tak menyadari aku menatap Umi dengan pandangan kosong. Melihat ku seperti itu bapak berdiri di sampingku dan memelukku.
" Sing ikhlas yo nduk. Gusti Allah lebih sayang Umi."
Ucapan bapak terasa sakit sekali ditelinga dan hatiku bagai dihantam batu yang sangat besar sekali

"Tidak pak. Bapak pasti bercanda Umi sudah janji akan selalu menemaniku". Aku mencoba menyangkal perkataan bapak.
Aku menghampiri Umi dan mengusap rambutnya yang sudah memutih
"Bapak bohong,umi tidak pergi,umi hanya tidur. Betul kan umi?."
"Naya kamu tidak boleh seperti itu. Kamu harus bisa menerima Umi sudah meninggal." Ucap kakakku sambil menyingkirkan tanganku dari kepala Umi.
"Tidak!" Aku memeluk tubuh Umi sangat erat "Umi sudah janji pada Naya kan Umi selalu menemani Naya kan."
Aku menangis disamping tubuh Umi yang sudah tak bernyawa.
"Wis ngger,orausah nangisi Umi ayo Tangi,Umi mau dimandikan."

Hujan sore itu mengantar kepergian Umi selamanya meninggalkan suami dan anak cucunya. Bau bunga kenanga memenuhi ruang tamu rumahku. Ini bagaikan mimpi,secepat itukah Umi pergi meninggalkan aku sendirian. Seakan baru kemarin aku melihat indahnya senja bersama Umi,kata Umi senja itu indah seindah senyumanku jika aku sedih pasti Umi akan mengajakku melihat indahnya senja. Sekarang senja jua yang memberi kepedihan padaku meninggalkan segala kenangan ku bersama Umi senyum Umi yang selalu menghangatkan pelukan Umi yang selalu menenangkan tak akan pernah bisa terlupakan begitu saja.

Suara mbak Yani membuyarkan lamunanku
"Kenapa nangis dek?."
Aku hanya tersenyum pahit. Dengan cepat mbak Yani menangkap pikiranku "Pasti kangen Umi kan?Sudah jangan dipikirkan lagi masih ada bapak yang sayang sama dek naya."
Andai mbak Yani tau rasanya pasti dia akan menangis seperti ku.
"Iya mbak aku duluan ya mau ke kamar."
Aku beranjak pergi meninggalkan mbak Yani
Dengan mata sembab dan langkah yang lunglai aku pergi ke kamar tempat dimana aku bisa menenangkan diriku sendiri tanpa seseorang yang hanya ingin tahu bukan ingin membantu.

Naya dan Orang TersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang