Prolog

68 32 28
                                    

Bismillah, semoga pas dipublish banyak yang baca.
Udah berkali-kali bikin cerita, tapi gak pernah selesai dan selalu berujung unpublish. Do'ain, ya. Semoga kali ini ceritanya sampe ending. Syukur-syukur jadi novel. Hahahalu.

Salam manis, semoga suka:) and happy reading....

🌼

Rumah kecil disela pohon ikut bergoyang seiring terpaan angin kencang yang menerjang sejak dua jam yang lalu. Seorang lelaki menyembul dari balik jendela, memastikan jika angin mulai reda.

Dan ya, angin memang sudah mereda. Namun, hujan lebat tiba-tiba turun. Seakan mengurungnya untuk tetap diam bersama dengan seorang perempuan yang sedang duduk sambil memeluk lututnya.

Terjebak dengan orang yang paling dihindari ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Gadis berkalung besi bertuliskan Utara itu sesekali tersenyum padanya, dan dengan sedikit rasa ragu ia pun membalasnya.

"Asel," panggil Utara.

"Apa?" Laki-laki bernama Selatan itu mendekat kemudian duduk menyila disebelah Utara.

"Makasih," ucapnya. Diringi garis lengkung yang tercipta dikedua sudut bibirnya.
Sebuah senyuman yang selalu Utara tampilkan. Namun, tak pernah sedikitpun melunakan hati batu seorang Selatan, lelaki yang sejak lama ia kejar mati-matian.

Selatan hanya berdehem sebagai respon, membuka jaketnya lalu dipakaikan dipundak Utara. Lantas, detik itu juga jantungnya terasa dag dig dug berdisko ria.

"Cieee.... Perhatian, berarti udah suka sama gue, ya kan? Iya dong." goda Utara.

Selatan mendengus, penyakit gila Utara kumat lagi dan dia tidak suka. Pandangan yang awalnya beradu ia alihkan, lebih baik memandang awan hitam daripada menatap cewek aneh disampingnya.

Suasananya begitu dingin, Selatan yang hanya memakai kaos sedikit menggigil dan tanpa pikir panjang ia kembali mengambil jaketnya.

Utara menatap heran sekaligus kesal. Namun, dua detik kemudian, Selatan menggeser posisi duduknya ke arah belakang. Kedua tangannya terulur membawa Utara kedalam pangkuannya. Selatan pun memeluk Utara dari belakang. "Biar gini aja," ungkapnya.

Utara mengangguk, senyumnya kembali terbit.  Acara mundurnya mantap ia urungkan. Bagaimana tidak, sikap Selatan yang selalu penuh kejutan, kembali membuatnya baper bukan kepalang. 

"Kalo ada kilat, baca do'a, bukannya malah senyum-senyum!" tegur Selatan.

Utara mendonggak. Menatap lelaki yang masih terfokus melihat keluar jendela. Lucu, jakunnya terlihat naik turun dan Utara pun meniupnya.

Berhasil.

Selatan menunduk, "apa?" wajahnya terkesan songong, tapi Utara tetap suka.

"Gue baca do'a kok, selain do'a untuk kilat, gue juga berdo'a semoga lo jatuh cinta sama gue,"

"Gue nggak akan pernah suka sama lo," rasanya sudah puluhan kali Selatan mengatakan kalimat itu dan jika ditanya kenapa, jawabannya pasti
sama seperti sebelumnya.

"Iyaaa, tapi kenapa?"

"Gak usah banyak tanya!" Tuh kan. Apa kata Utara, Selatan selalu menjawab seperti itu. Tapi, tidak apa. Perempuan juga layak berjuang untuk mendapatkan cintanya. Jika sekedar menunggu dikejar bagi Utara itu sangat membosankan. Karena selama ini banyak yang datang tapi tidak sesuai dengan harapan dan giliran dia mencintai seseorang, orang itu malah sulit dikejar.

Fiuhh... "Nyatanya cinta serumit rumus matematika, butuh perjuangan untuk mendapatkan jawabannya."Utara Hardinata.







Follow+Vote+Komentar
Butuh krisar 👇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OMO [Oh My Obsession]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang