|BK - 07. Operasi dan Hukuman|

260 70 31
                                    

Sttt ... jangan lupa beri vote terlebih dahulu. Jangan lupa comment di setiap paragraf atau minimal di akhir setelah membaca. Trimaciii!

——————————————————

Now playing : One Direction - Wolfes

"Sebagai seorang yang bertanggung jawab, sebuah hukuman dari kesalahan yang kita lakukan harus kita terima dan jalankan dengan sepenuh hati."

Sesuai dengan apa yang dikatakan Deo, setelah bel masuk berbunyi, lima menit kemudian Pak Ferro datang dengan wajahnya yang khas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan apa yang dikatakan Deo, setelah bel masuk berbunyi, lima menit kemudian Pak Ferro datang dengan wajahnya yang khas. Guru matematika satu dikenal sebagai guru yang galak. Meski sebutan itu tidak berlaku untuk geng bobrok A4.

Raga yang duduk di depan Aludra dan Deo, membalikkan tubuhnya. Matanya mengedip sebelah, mengode temannya untuk bersiap melakukan operasi yang sudah mereka rencanakan dengan baik.

"Assalamu'alaikum wr. wb." Pak Ferro memulai sesi belajarnya.

"Wa'alaikumussalam!" jawab seluruh murid XI IPA 2 serentak.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Pak!"

"Bagaimana kabar kalian selama liburan kemarin?" tanya Pak Ferro basa-basi.

"Alhamdulillah baik, Pak," jawab murid-murid lagi, serentak.

Pak Ferro mengangguk-anggukkan kepalanya. "Syukurlah," ucapnya.

Hening sejenak, sebelum akhirnya Raga mengangkat tangannya, pemuda itu sudah memulai aksinya.

Pak Ferro menatap Raga dengan ekspresi bertanya, "Ada apa, Raga?"

Raga menggaruk tengkuknya. "E-eh anu, Pak. Kabar bapak gimana? Dua Minggu ke belakang saya kangen banget Pak, sama bapak! Duh ... berasa ditinggal sama pacar, saya."

Bagai seorang pelawak, ucapan Raga berhasil mengundang gelak tawa dari sebagian murid di kelasnya. Aludra dan Deo berusah mati-matian menahan tawa, karena setelah ini giliran mereka untuk beraksi. Sedangkan Andra yang duduk di samping Raga, sudah tergelak sambil memegangi perutnya.

Pak Ferro menatap Raga dengan tajam. Wajahnya memerah. Ini masih pagi, tapi muridnya sudah membuat kesal. "Lebay, kamu!" balas Pak Ferro sangar.

Belum usai gelak tawa yang disebabkan Raga, kini giliran Aludra yang mengangkat tangannya. "Ada apa lagi, Aludra? Kamu kangen juga sama saya?" tanya Pak Ferro percaya diri. Membuat murid-murid makin tergelak.

"Sudah! Diam semuanya! Ada apa, Aludra?" tanya Pak Ferro sekali lagi.

Aludra berdeham singkat sebelum berkata, "Saya nggak kangen sama Bapak. Tapi saya mau tunjukin sesuatu."

Beruang Kaludra [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang