hari ini lagi-lagi ku hancurkan atmosfer hangat sarapan pagi keluarga yang harusnya jadi ajang kebersamaan.
tepat di jam sembilan, ayah bilang, aku kembali kejang-kejang. sakit, yang menyeluruh hingga ujung kaki.
tangisku sudah habis, dua tahun sudah cukup habisi air mata.
menggenggam erat tangan ayah yang mulai keriput, disana ku temukan air mata lagi. ayah dulu tak se-lemah ini, pun penyakitku.
"ayah, libra mau pasrah sama Tuhan."
ayah membuka kacamata nya. wajahnya kini jelas ter-netra.
"kalau libra mau dengar kata dokter dan ayah, libra pasti sembuh."
"ayah. dua tahun libra selalu dengar omongan ayah, tapi libra gak sembuh-sembuh. libra justru semakin sakit. libra harus dengar omongan siapa lagi?"
senyum ayah adalah senyum terpalsu. matanya sendu. aku menatapnya kosong.
"apa Tuhan pernah bilang ke ayah kalau libra sudah gak pantas berharap dan berdoa lagi?"
"ayah, libra akan pulang ke atas langit?"