5

97 18 25
                                    


halo, Tuan. ini adalah hari ke-24.
selamat ulang tahun, ku dengar
dari jendela kamar riuh ricuh dan
sorak sorai kawan-kawan mu disana. beruntunglah Tuhan berikan beberapa
jam untuk ucapkan selamat.

ketika surat ini sampai ke
telapak tangan indahmu,
artinya sudah tak ada eksistensiku
di dunia. tapi ku harap segala
semoga yang kau ucap, akan segera
tuhan amin kan.


dua tahun yang ku tempuh akan
membuatmu iba jika di ceritakan.
sakit, seperti tulang belikat yang
lepas dari tempat. tapi baru ku
temukan suara merdu di antara
tangis khalayak. dan itu kamu.

kalau kamu mau tahu,
aku pendengar setiamu.
dua puluh tiga hari sebelumnya
adalah cara tuhan membuatku
merasa sembuh sebelum merampasku
dari peluk ayah.


aku sudah memohon pada ayah
untuk mempertemukanku dengan
mu, tapi ayah selalu melarang
dan mengulang hal yang sama.
mengingatkanku pada sebegitu
tak berdayanya aku bahkan untuk
0,5 detik berdiri disana.


ayah bilang, tunggu sebentar lagi aku
pasti bisa menggenggam tanganmu.
tapi hidupku tak punya sebentar seperti mereka, Tuan.
setiap detik hidupku adalah jerit
dan sakit, semakin hari aku merasa semakin dekat dengan langit.
jadi ku biarkan tanganmu digenggam
Puan lain, sudah bukan jadi kuasa ku.

selamat, kamu berhasil mengulang
tahunmu. tidak ingin membahas aku
yang gagal bertahan, surat ini akan
banyak berterima-kasih padamu.


tentang apa-apa yang masuk di
telingaku dengan lembut bak
bisikan. suara gitar yang tak pernah
bisa ku sambut dengan ramah, tapi
selalu bisa ku jamah dengan lemah.
suaramu, adalah candu. terima kasih
banyak penyembuhan dua puluh empat
harinya, tuan.


soal pertemuan, mari tidak berharap
kesegeraan. kamu di dunia, berhak
dengan segala keindahan. soal sakit
dan tangis ku, semua sudah selesai.
aku sudah sampai di sini dan kamu
di sana akan tetap jadi pemudaku.


maaf untuk surat yang tak
seharusnya ini, Tuan. maaf juga
untuk perasaan berlebih dari
si wanita di balik jendela yang
diam-diam mengagumi senyummu.


disini diam-diam aku masih
suka mengadu pada Tuhan
soal kamu dan gitar akustik
cokelat kayu kesukaan.
bagaimana caramu bernyanyi,
tersenyum, tertawa, dengan
banyak kilau di mata. indah,
sesak dadaku pulih seketika.
oh, tidak lupa kaos putih
tak bermotif yang selalu
pantas dengan bunyi petikan
gitarmu.


dua puluh empat hari
ini adalah anugerah
berbentuk rasa satu
hati yang tenang. jadi,
tolong maafkan, ya.


salam hangat, dari langit.

























end

maaf dan terima
kasih sudah sempat
membaca. love
and peace //

lambat relungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang