Eliza pulang bersama kedua orangtuanya, sementara Kevin dan mertuanya memilih untuk tetap di pesta itu. Betapa kesalnya dia melihat bagaimana tatapan Kevin ke arah Kinan sangat memuja.
Eliza juga benci mengakui kenyataan sekali lagi dia kalah dari Kinan, mantan sahabatnya itu. Dia memang berhasil menjadikan Kevin miliknya, akan tetapi dia tidak bisa menjamin sampai kapan Kevin akan bersamanya, terlebih setelah dia dan mertuanya tahu siapa Kinan yang sebenarnya.
"Sial ... Kenapa Kinan terus mengganggu hubunganku dengan Kevin, seharusnya dia mati saja dalam peristiwa itu.," ucap Eliza kesal.
"Kau harus lebih hati-hati sekarang, Putriku. Jangan sampai Kevin kembali pada Eliza dan menjadikan kita miskin," ucap papanya.
"Benar apa kata papamu, jangan sampai mereka bersama seperti dulu. Kau harus pandai membuat suamimu senang," kata mamanya menimpali.
"Kalian tenang saja, tidak akan ku biarkan Kinan merebut suamiku. Dia tidak tahu apa yang bisa ku perbuat jika sampai Kinan melakukan hal itu," jawab Eliza.
Eliza segera turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah setelah memastikan mobil orangtuanya sudah berlalu meninggalkan rumahnya. Hanya ada dia dalam rumah ini, karena setelah menikah, Eliza memang meminta Kevin untuk membeli rumah supays tidak tinggal di rumah mertua.
Setelah membersihkan diri, dia mencoba menghubungi Kevin melalui telepon, akan tetapi tidak ada satu pun jawaban yang dia dapat, bahkan pesan yang dia kirim tidak di balas oleh suaminya.
"Kemana dia, tidak biasanya dia bersikap seperti ini. Biasanya dia selalu memberiku kabar jika terlambat pulang. Padahal di pesta tadi sudah ku ingatkan untuk pulang cepat," ucap Eliza cemas.
***
POV KevinEliza memintaku untuk meninggalkan pesta yang di adakan oleh perusahaan milik orangtua Kinan. Namun, aku menolak dengan berbagai alasan. Padahal tujuanku yang sebenarnya hanya untuk bisa melihat Kinan lebih lama.
"Eliza, di sim banyak sekali pengusaha kaya yang bisa ku ajak kerjasama dan menanamkan saham mereka di perusahaanku. Tidak mungkin ku sia-siakan kesempatan langka ini," kataku padanya.
"Alasan ... Aku tahu tujuanmu hanya untuk bisa lebih lama bersama perempuan sialan itu!" kata Eliza marah.
Aku tahu dia cemburu karena Kinan yang dia kenal dulu sama dah berubah menjadi wanita cantik dan percaya diri. Dia takut aku tergoda, tapi aku berusaha menyakinkannya.
Akhirnya dia memilih pulang bersama kedua orangtuanya. Sementara aku dan orangtuaku memilih bergerilya untuk mencari investor buat kemajuan perusahaan kami.
"Perseran dengan kecemburuan Eliza. Dia memang tidak permah mengerti akan dunia bisnis, padahal yang ku lakukan sekarang adalah untuk memenuhi kehidupannya juga," ucap kevin dalam hati ketika melihat istri dan juga mertuanya berlalu pergi.
"Sudahlah Kevin jangan hiraukan mereka, lebih baik kau dekati Kinan dan buat dia mau menanamkan saham di perusahaan kita. Kalau perlu kau rayu dia untuk menjadi kekasihmu kembali," kata mereka berdua padaku.
Aku memang memikirkan hal itu. Niat untuk mendekati Kinan sudah ada dalam otak, tinggal bagaimana meyakinkan dia untuk mau kembali dan merajut hubungan yang telah lama putus, apalagi aku sudah menikah.
Akan tetapi sambutan yang diberikan Kinan ketika aku menvoba mendekatinya sangat melukai harga diriku. Di depan orang banyak Kinan sengaja menyindirku sebagai benalu, walau tidak menyebut nama, tapi entah mengapa perkataan itu ditujukan untukku.
"Nona Kinan, bagaimana dengan pasangan hidup, apakah sudah ada calon untuk pendamping,?" tanya salah satu kolega papanya.
"Aku pernah gagal menjalin satu hubungan, jadi aku tidak mau gegabah dan mengulang hal yang sama. Lagi pula, aku ingin pendapingku kelak sudah mempunyai masa depan yang cerah dan bekerja, bukan benalu yang hanya menumpang hidup padaku."
Semua orang yang berada di situ tertawa seolah memyindirku. Aku langsung pergi dari kerumunan mereka dan memilih untuk pulang.
Suasana hatiku menjadi buruk karena sikap Kinan padaku. Dulu dia tidak seperti itu. Kinan yang ku kenal sangat penurut dan tidak pernah membantah apa pun ucapanku.
Sesampainya di rumah, bukan sambutan hangat yang ku dapat, malah ocehan Eliza yang semakin membuatku emosi.
"Akhirnya kau pulang juga, Mas. Ku pikir kau sedang menghabiskan waktu bersama mantan kekasihmu itu," kata Eliza menatap sinis padaku.
Aku tidak menghiraukan perkataannya. Namun satu ucapan yang keluar dari mulutnya membuatku murka dan kemudian menampar Eliza untuk pertama kalinya, lalu berlalu pergi dari rumah kami.
"Dia memang sudah berubah menjadi seorang ratu malam ini, tapi tetap saja bagiku dia cuma wanita rendahan yang tubuhnya sudah di nikmati oleh orang banyak. Hahaha tidak bisa ku bayangkan jika kau kembali bersamanya, maka yang kau dapat hanya sisa orang lain," ucap Eliza tertawa sumbang.
"Tutup mulutmu, Eliza!" aku menampar wajahnya tanpa sadar dan kemudian berlalu pergi.
"Kevin ... Berhenti, mau kemana,? Kau tega menampar istrimu sendiri demi wanita sialan itu,?" teriak Eliza dari dalam rumah.
Aku tidak peduli akan teriakannya dan menyalakan mobil lalu bergegas pergi menjauhi rumah.
"Aku muak denganmu, Eliza. Memyesal aku menikahimu. Seharusnya yang pantas dipanggil jalang itu adalah kau, seandainya dulu kau tidak masuk dalam kisah cintaku bersama Kinan dan menggodaku, mungkin saat ini aku sudah bahagia bersamanya," kataku kesal.
Menenangkan diri di apartemen mungkin adalah pilihan terbaik yang bisa ku lakukam saat ini, sambil memikirkan rencana bagaimana supaya aku bisa mendekati Kinan.
"Aku harus memilikimu kembali, Kinan. Setidaknya untuk menyelamatkan perusahaan keluargaku yang mulai goyah," kataku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
General FictionKumpulan cerita bisa horor, bisa ending bahagia, dan bisa segalanya.