10: Hari Kelulusan

33 7 3
                                    

Two years ago...




"Mah, besok dateng ke acaranya adek ya?" Ucapku sambil menyodorkan satu surat dari guru. Mama terlihat menyimak dengan cermat sambil mencium pucuk rambutku dengan penuh kasih sayang sedangkan aku, melingkarkan tanganku pada pinggang mama.

"Wah, anak Mama udah besar ya udah mau lulus aja nih" Mama meletakkan surat yang tadi aku berikan diatas meja dan semakin mengeratkan pelukannya padaku. Mama bahkan memanggil ayah dan kaka dengan nada yang berlebihan membuat keduanya datang dengan ekspresi yang sangat ingin tahu.

"Ada apa memangnya Ma?"

"Ini loh, anak kita Yah, udah mau lulus aja, besok acara perpisahannya" Ekspresi ayah sulit diartikan, rasa senang, bangga bercampur dengan haru ia guratkan di wajah rentanya. Begitu pula dengan kakakku yang bernama Kak Jin, dia hampir saja menangis setelah melihat surat tadi yang isinya tentang undangan perpisahan kelas IX besok pagi pukul 09.00 KST.

"Wah, adeknya kakak udah gede ya sekarang. Besok mau minta dibeliin apa?" Bukannya menjawab barang-barang yang diinginkan seperti orang lain, justru aku berlari dan memeluknya dengan hangat. Entah kenapa aku tiba-tiba saja menangis dalam dadanya. Aku benar-benar bersyukur lahir di keluarga Kim yang sangat mencintaiku dengan begitu tulus.

"Yeee ditanya pengen apa malah dianya nangis, Yah, Ma, nih masa udah gede nangis" Kedua orangtuaku tertawa sedangkan aku memukuli dada bidangnya bertubi-tubi. Masa bodoh lah jika dia menjerit kesakitan, siapa suruh dia bersikap seperti ini padaku.

"Ya sudah, sekarang siapin buat besok, ngomong-ngomong besok kakak ambil cuti ya, masa adeknya mau rayain kelulusan nggak ada kakaknya?" Pinta mama.

"Iya lah Ma, walaupun ni anak kadang ngeselin suka laknatin kakaknya sendiri tapi kakak tetep mau ambil cuti kok"

Malam itu, aku merasa sangat utuh. Tidak ada kesempatan sedetik pun untuk merasa iri dengan kehidupan orang lain karena aku sudah mendapatkan semuanya disini, di keluarga Kim yang ayah bangun selama hampir tiga puluh tahun.

Karena hari sudah semakin larut, aku bangkit disusul dengan kakak yang akses kamarnya sejalan dengan kamar milikku. Tiba-tiba saja, kakak mengajakku untuk lomba lari, siapa cepat dia yang akan traktir buat besok.

"Ayah, mama kakak curang ih nggak gitu" Ya iyalah kakak curang, orang dia tiba-tiba aja lari terus baru ngomong ditambah kaki jenjangnya yang dua kali langkahnya lebih lebar dengan langkahku. Tapi, bodohnya aku masih saja mengikuti alurnya hingga membuat keributan ditengah malam.

"JIRA! JIN! UDAH MALAM WAKTUNYA TIDUR!"






"MASA AKU YANG MAU RAYAIN AKU JUGA YANG BAYAR IH"





"MAAAAAAAAAA ADEK BRISIK"








"KAKAK NGGAK BUKAIN PINTU BUAT ADEK"




"JIRA SAMA JIN UANG BULANANNYA MAMA POTONG YA" Hening, tidak ada yang mengeluarkan suara barang satu kalimat pun. Kebiasaan mama, pasti ngancemnya pakek uang bulanan, ya aku sama Kak Jin auto kicep lah. Daripada aku ngurusin Kak Jin yang nggak bakalan bukain pintu, lebih baik aku pergi ke kamarku untuk menyiapkan baju yang besok akan aku kenakan dan segera tidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, aku bangun dan mandi namun tidak langsung memakai dress, takut jika saat acara nanti sudah terlihat lecek kan nggak enak kalau diliat sama orang lain.

"Ma, nanti sepulang acara pergi ke restorannya Taehyung yuk, aku udah lama banget nggak kesana" Pinta kakak, aku pun sangat menyetujuinya karena aku juga sudah lama tidak kesana. Terhitung sudah tiga tahun terakhir, itu pun aku tidak bertemu dengan pemiliknya, Kak Taehyung yang akrab dipanggil dengan Tae. Aku  pastikan, restorannya Kak Tae sudah berubah.

Mama dan ayah juga menyetujuinya, sekalian kata ayah, dia juga sudah lama sekali tidak bertemu dengan Tuan Kim Jong Dae, selaku ayahnya Kak Tae. Selain sekedar bertemu melepas rindu, ayah juga ingin membicarakan bisnis pada ayahnya Kak Tae.

Selepas sarapan, aku pergi ke kamarku untuk mengambil perlengkapan yang akan aku bawa ke kamar mama karena mama yang akan mendandaniku. Fyi, mama dulu seorang penata rias artis. Tapi semenjak mama melahirkan Kak Jin, ia disuruh berhenti sama ayah biar fokus sama pekerjaan rumah aja.

"Kamu pilih warna hitam? Wah keliatannya elegan sekali, kau sudah pintar memilih ya" Aku tersipu malu mendengar mama memujiku seperti ini. Aku hanya menimpali kekehan kecil sebagai perwakilan dari jawabanku sembari duduk di depan meja rias.

Mama mulai memoles wajahku dengan sangat hati-hati kemudian mama mengambil jepitan di rambutku dan membiarkan rambutku kembali tergerai untuk ia sisir. Setelah melihat hasilnya, aku kagum karena aku terlihat sangat cantik, seperti bukan diriku.

"Wah anak Mama cantik sekali" Aku memeluk pinggang mama dan berdiri untuk bersiap mengganti bajuku dengan dress hitam pilihanku. Sembari menungguku untuk ganti baju, mama mendandani dirinya.

Tok tok tok

Ayah mengetuk pintu kamar dan menanyakan perihal persiapanku dan mama. Mama hanya membalikkan badannya dan menyuruhku untuk keluar. Ku lihat, ayah menganga tak percaya, lihatlah ia bahkan tidak menutup mulutnya sambil berteriak memanggil Kak Jin.

"Kok Kakak berasa liat calon istri ya" Aku terkekeh pelan, apakah penampilanku setua itu? Ada-ada saja Kak Jin ini.

Tidak seperti aku dan mama, ayah dan Kak Jin hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk ganti baju dan segera berangkat karena waktu sudah mendekati acara. Kini, aku bersama keluargaku naik mobil dengan Kak Jin sebagai sopir kami. Di perjalanan, aku mengatakan perihal prestasi yang aku raih disana, bahwa aku telah mendapatkan juara 1 se kota Seoul yang artinya seluruh Korea Selatan juga. Ayah, mama, dan Kak Jin sangat bangga padaku.

Sungguh, ingin rasanya aku menangis karena haru.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanku nanti ketika aku disuruh maju untuk memberikan sebuah rasa terima kasih pada pihak-pihak yang telah mendukungku sambil membawa piala kebanggaan.

Ah sudahlah.

Sesampainya di area parkir, kami berempat langsung disambut oleh dua pengurus osis yang bernama Choi Beomgyu dan Choi Yeonjun. Mereka menyambut kami dengan hangat dan mengantar kami hingga ke tempat duduk yang telah diberi nama.

Fyi, yang mendapatkan tempat istimewa seperti diriku hanya tiga keluarga saja sebagai bentuk apresiasi pada siswa yang telah berpartisipasi untuk mengharumkan nama sekolah.

Ku lihat, diatas meja ada sebuah papan nama bertuliskan Kim Jira and family, membuatku kembali ingin mengeluarkan air mata.

Pukul 09.15 KST acara dimulai dengan pembacaan struktur acara oleh MC yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari kepala sekolah smp ku serta sambutan-sambutan lain. Setelah semua sambutan selesai, kini acara yang paling aku tunggu yaitu pembacaan peringkat ujian yang aku yakin, namaku segera dipanggil dan benar saja.

Satu dua patah kata aku sampaikan pada orang-orang yang ada didepanku tak lupa aku juga mengucapkan terima kasih bagi pihak-pihak yang selama ini telah mendukungku terutama kedua orangtuaku dan kakakku. Tak ku sangka, air mataku luruh begitu saja.

Setelah aku merasa selesai, aku turun dan langsung memeluk ayah dan ibuku. Seketika momen haru terjadi dalam waktu seperempat jam lamanya.

Kini, acara yang terakhir yaitu penampilan dari band terkenal yang bernama Day6 dengan judul lagu Congratulations. Aula berlangsung meriah dan orang-orang yang ada didalamnya juga ikut bernyanyi bersama. Padahal, arti dari lagu yang sebenarnya adalah tentang kemenangan percintaan, bukan karena kemenangan yang sedang aku dapatkan. Tidak sampai disitu, para wali murid dan anak-anaknya mengangkat kedua tangannya. Haha, ku rasa aku sedang berada di acara musik bukan sedang di acara perpisahan.





______________

Bayangin aja, acaranya itu semeriah pas Day6 konser bawain lagu Congratulations beneran🤣

Maafkan kalau ada pertypoan, hehe😁

RINTIHAN TAWA | JUNG WOOYOUNG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang