11: Accident

45 9 7
                                    

"Rara, kamu? Ini beneran kamu?" Begitu sampai di restoran milik Kak Tae, aku langsung disambut dengan tatapan tak percayanya. Lihatlah, dia tidak henti-hentinya menganga sambil membolak-balikkan badanku. Haha, dia pasti sangat terkejut dengan penampilanku saat ini karena setiap kali aku kesana, aku selalu memakai pakaian yang terlihat casual apalagi terakhir aku bertemu dengannya tiga tahun yang lalu. Maka dari itu, aku memakluminya.

"Kau ini seperti melihat bidadari saja" Bukan aku yang menimpalinya, justru Kak Jin lah yang menjawab membuatku semakin bersemu merah.

"Kalau gue nggak inget nih bocah masih smp, udah gue ajak pacaran Bang" Kak Tae ini ada-ada saja, haha. Aku hanya tersenyum sembari memotong stick. Tak diduga, Kak Jin justru lebih gila lagi.

"Silahkan saja, toh kalian cuma selisih empat tahun doang pas lah"

"Uhuk-uhuk" Aku terbatuk mendengar sahutan dari Kak Jin yang gila ini. Aku segera mengambil minum yang telah disodorkan Kak Tae padaku. Sedangkan Kak Jin hanya tertawa renyah tanpa mempedulikan diriku yang sudah seperti kepiting rebus. Sebenarnya, kakak asliku ini Kak Tae apa Kak Jin sih?.

"Memangnya kamu belum punya pacar Tae?" Kak Tae cuma diem doang pas ditanya mama, pasti Kak Tae belum punya makanya dia bisa ngomong segamblang tadi dan pas ditanya mama dia cuma diem aja.

"Boro-boro punya pacar, kenal sama cewek aja nggak Ma"

"Kayak kamu nggak aja Jin" Seisi meja yang dipesan oleh ayah menjadi ramai karena tertawa mendengar mama yang bertingkah demikian. Salah sendiri kakak kalau bicara kayak nggak punya kaca aja.

Hampir dua jam lamanya kami berada di restorannya Kak Tae. Lama bukan? Padahal makanan yang dipesan sama ayah cuma beberapa tapi ya namanya mama, Kak Jin sama Kak Tae kalau udah jadi satu ya gitu cerita mulu sampe nggak kenal waktu. Ayah aja yang ada urusan pekerjaan sampe udah selesai dan balik lagi ke meja. Sekarang, mama beranjak pamit sama Kak Tae dan diikuti oleh aku, ayah, serta Kak Jin.

"Besok kesini lagi ya" Pinta Kak Tae dan diberi anggukan kompak oleh keluargaku. Kak Tae dan ayahnya mengantarkan kami hingga ke parkiran. Begitulah hubungan kami, yang dijalin melalui ayah kami dan dilanjutkan oleh Kak Jin sama Kak Tae.

Sesampainya di mobil, kami kembali berbincang. Kak Jin sama mama adalah orang yang tidak pernah kehabisan topik cerita, makanya dalam perjalanan keadaannya selalu ramai, sedangkan aku dan ayah lebih menjadi pendengar setia mereka. Tiba-tiba saja aku kepikiran ingin mengajak mereka untuk pergi ke city mall untuk berbelanja kebutuhan pribadiku. Awalnya ayah tidak menyetujui ideku namun mama mendesak ayah dengan alasan kebutuhan di rumah juga menipis.

Hari semakin gelap disertai dengan hujan gerimis. Kak Jin menepi sebentar untuk turun karena ayah meminta untuk gantian. Jadilah Kak Jin duduk disampingku dan aku bersandar pada pundaknya sembari mendengarkan lagu favoritku.

"Dek ikutan dengerin lagu dong" Aku memberikan earphone padanya dan ponsel milikku, biarkanlah dia yang memilih lagunya. Kak Jin berakhir dengan memilih lagu yang berjudul Sweet Night karya Kak Tae sendiri. Oh iya, selain Kak Tae punya restoran, ia juga merupakan seorang composser handal yang dalam setahun ini ia bahkan sudah menjual dua album karyanya dan berhasil menduduki tangga musik teratas. Hebat ya.

On my pillow
Can't get me tired
Sharing my fragile truth
That I still hope the door is open

Cuz the window
Opened one time with you and me
Now you forever's falling down
Wondering if you'd want me now

Kami bernyanyi bersama dengan melodi yang kami buat. Kak Jin suaranya memang sangat merdu karena ia dulu vokalist di band yang Kak Jin dan Kak Tae buat bersama beberapa rekan lainnya, makanya aku tidak marah saat dia nyanyi justru aku merasa semakin tenang dan entahlah aku tiba-tiba saja menangis dalam diam.

"Ayah, kok nggak sampe-sampe" Keluhku disela-sela aku sedang menyanyi karena aku merasa mobil yang sedang aku tumpangi bersama keluargaku hanya berkeliling tak tentu arah.

"Tadi jalan yang biasa kita pakai sedang dalam perbaikan" Aku hanya beroh ria saja dan kembali dalam posisi semula sambil bernyanyi bersama Kak Jin. Aku bahkan berniat akan menutup kedua mataku dan beranjak tidur dalam sandaran Kak Jin.

Namun, tiba-tiba saja aku merasa ada yang tidak beres dengan mobil yang ditumpangi ayah, ku buka kembali kedua mataku dan telah ku dapati bagian depan ayah mengeluarkan asap yang membumbung. Otomatis, ayah tidak bisa melihat jalanan yang ada didepannya. Aku panik, begitu pula dengan Kak Jin yang segera melepaskan earphone dari lubang telinganya.

"AYAH MENEPI SEBENTAR" Kak Jin berteriak disampingku, serta bangkit dari kursinya sedangkan aku sibuk membangunkan mama yang duduk disamping ayah.

"Ma, bangun dulu ma" Tak biasanya mama tidur sepulas ini, aku semakin panik karena hujan turun disertai dengan petir yang menyambar kesana kemari bahkan, dibelakang mobil kami sudah ada dua pohon yang tumbang karena efek dari petir.

"AYAH, KENAPA TIDAK MAU MENDENGARKAN AKU?"

"TIDAK JIN, TIBA-TIBA SAJA REMNYA BLONG, AYAH TIDAK BISA MENGHENTIKANNYA"

Bodohnya aku, yang hanya diam membisu sambil menepuk-nepuk pundak mama yang tak kunjung bangun.

















SREEEEETTTTTTTTTTT

BRAAAKKKKKKKKKKKK


"MAMAAAAAA AYAAAAAAHHHH" Sempurna, aku menangis sejadi-jadinya. Pergelangan tanganku langsung dicekal oleh Kak Jin dan membantuku untuk segera keluar dari mobil. Tidak, ini hanya kembang tidur yang buruk, tidak ini hanya mimpi, benar kan kak? Ini hanya mimpi semata?.

Satu menit setelah kejadian, penglihatanku kabur, samar-samar Kak Jin meneriaki para warga yang tadi sedang bahu-membahu menolong ayah dan mama.

"PAAAK TOLONG BANTU ADIK SAYA"









































"Jira, kau sudah bangun?" Lamat-lamat aku mendengar suara Kak Jin dan melihat sekeliling ku yang tiba-tiba saja berwarna putih.

"Aku dimana? Ayah sama Mama dimana?"

"Kamu lagi di rumah sakit sayang sudah tiga hari ini kamu nggak bangun-bangun"




















"AYAH SAMA MAMA MANA!" Bentakku tak sabaran, bukannya Kak Jin segera menjawab pertanyaanku, justru memelukku dengan erat sambil mengusap punggungku. Ku dengar, ada suara isak tangis dari sana.

Dua menit kemudian, Kak Jin melepaskan pelukannya dan menjawab sambil mengelus punggung tanganku.












"Mama sama Ayah nggak bisa ditolongin karena mereka terhimpit mobil"
















Tidak, ini tidak boleh terjadi padaku, ayah sama mama masih hidup Kak Jin berbohong. Takdir ku tidak seperti ini, tidak. Tuhan engkau baik kan? Jangan buat garis takdirku yang tadinya bahagia menjadi tragis seperti ini.

Namun, Tuhan membalikkan takdirku. Merubah segalanya, hidupku yang dihantui dengan rasa bersalah serta phobia yang terus saja menyiksa.









____________

Definisi gagal bikin cerita tragis😭

RINTIHAN TAWA | JUNG WOOYOUNG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang