꒰ 02 : 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 ˎˊ-⁣

292 38 51
                                    

- 𑁍 - ༄ - 𑁍 -


BUAGH

Satu pukulan mendarat di wajah tampan (?) milik Akabane Karma. Merasa tak adil ia pun membalas pukulan ke rahang milik Sanemi.

"Sanemi" panggilan itu tak ia hiraukan, ia lebih memilih adu pukul dengan Karma daripada mendengarkan celotehan yang memanggilnya.

"Sa-ne-mi" panggilan orang itu semakin ditekan tapi, tetap saja Sanemi tak mau meladeni nya.

'Kenapa pantang nyerah ini satu junior, susah bener di atur biar sopan sama senior' yang dia maksud orang yang pantang menyerah adalah Kanae.

"Napa bang? Nyerah gegara bini lo manggil?" Karma menyeringai meskipun harus menahan rasa perih di mukanya.

"Balik lo ke kelas. Inget harus sopan sama senior kalau gak mau babak belur lagi!" Sanemi mengancam dan menyuruh Karma untuk kembali ke kelas. Karma hanya menuruti agar ia tak berurusan lagi di ruang BK, mendengar ceramah-ceramah itu.

"Sanemi, hidungmu berdarah! Sini ikut ke UKS" Kanae menarik tangan Sanemi dan membawanya ke ruang UKS.

"Nah, duduk di situ aku akan ambil obatnya" Kanae sibuk mencari obat-obatan dan peralatan medis untuk menghentikan pendarahan di hidung Sanemi. Sementara Sanemi menuruti Kanae untuk duduk di atas

"Kenapa suka berantem terus sih? Damai kan enak" Kanae mengomel sambil mengobati dengan pelan-pelan.

Sanemi tak menjawab, dia sedang malas untuk tanya-jawab. Memerhatikan juniornya yang sedang kepanasan di lapangan lebih menarik baginya.

"Nah, sudah" Kanae mengembalikan dan merapikan peralatan dan obat-obatan ke dalam rak juga membuang yang sudah terpakai.

"Lo gak risih dipanggil ratu-ratu mulu?" pandangannya masih ke arah lapangan sekolah.

"Mau gimana lagi, aku juga udah ngasih tau tapi gak di dengerin. Apa harus di ancam?" Kanae bertanya kepada dirinya sendiri.

"Harusnya lo tegas gak jangan lembek ngomongnya kayak ara-ara yang sering lo pake sehari-hari" Sanemi menyindir Kanae.

"Mmm, akan ku coba. Sekarang, yuk ke cafe pasti belum makan" Kanae menarik tangan Sanemi. Sanemi hanya pasrah.

Suasana cafe sangat penuh sekarang, memang karena ini jam istirahat. Kanae membeli 2 buah ohagi, 2 buah onigiri dan 2 kotak susu putih segar. Sanemi menunggunya di kursi panjang yang terdapat di bawah pohon mangga yang besar.

"Ini, dimakan nanti kelaparan saat belajar" Kanae menyerahkan 2 buah ohagi dan sekotak susu segar itu ke Sanemi.

"Dari mana lo tahu gue suka ohagi?" tanya Sanemi sambil mengunyah makanannya. "Dari foto profil mu" jawab Kanae. "oh"

Sanemi sedikit terkejut karena Kanae tiba-tiba berdiri "Yuk balik ke kelas" ajaknya. "Kan beda kelas nonong" sindir Sanemi.

"Eh, eh? M-maksudku ke kelas masing-masing" ucap Kanae gelagapan. Sanemi sedikit terkekeh karena sikap Kanae yang tiba-tiba gelagapan.

"Eh? Aku melihat Sanemi tertawa? Apa aku sedang bermimpi?" Kanae mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah ngalihin pembicaraan, sono balik ke kelas lo lagi" Sanemi meninggalkan Kanae di belakang.

- 𑁍 -

BUAGH

Sekarang sudah jam pulang sekolah, sekolah juga sudah sepi. Sanemi senang karena ia bisa kembali mengatur juniornya yang susah untuk diatur agar sopan kepada seniornya di sekolah.

"Kenapa? Udah gak kuat habis dipukuli?" Sanemi meremehkan lawannya.

"Heeh? Bukannya lo ya bang yang udah mau tumbang terus nanti diangkut bini lo?" kali ini Karma yang meremehkan Sanemi.

"Bina, bini, bina, bini, lo kira gue udah nikah apa?" Sanemi kembali memukul perut Karma.

"Justru gebetan lo yang suka sains sampe dijuluki penyihir sekolah itu yang bakalan gendong lo" tangan Sanemi ditahan oleh Karma.

"Lo tau darimana gebetan gue itu hah?!" kini Karma yang gantian menonjok muka Sanemi.

"Hentikan!" sahut dua orang.

"Ma-manami / K-Kanae?!" ucap Sanemi dan Karma bareng.

"K-kamu terluka Karma sini ku bantu berdiri dan obati" Manami menuntun Karma ke ruang UKS agar bisa diobati.

"Sa-ne-mi kenapa masih aja dilanjutin berantemnya tadi sih?!" Kanae memarahi Sanemi dengan beberapa pertanyaan.

"Salah tu bocah merah di atur biar sopan sama senior gak nurut-nurut juga" Sanemi mengambil tasnya dan meninggalkan Kanae di belakang.

"Tetap saja, tidak semuanya selesai dengan pertengkaran" Kanae mencoba untuk mengejar Sanemi. Karena langkah Sanemi yang terlalu lebar (?) dan cepat, membuatnya susah untuk menyelaraskan langkahnya.

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝𝐖𝐇𝐈𝐓𝐄 𝐓𝐈𝐆𝐄𝐑、 さねかな❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang