🧚🏻♀️
***
"Mami, itu Athaya udah di depan barengan Ocha juga." Fina kini berada di dapur restoran milik maminya. Hari ini sesuai permintaan Ratna –maminya Fina untuk bertemu dengan Athaya, jam sebelas hari ini mereka bertiga akhirnya pergi ke restoran milik Mami Fina.
Ratna mengeluarkan ekspresi sangat excited ketika mendengar kabar dari Fina, "Iya nak, bentar ya. Mama bersih-bersih bentar. Kamu tunggu dulu sana bareng Athaya sama Ocha."
Bagi Ratna, Athaya dan Ocha sudah ia anggap anaknya sendiri, semenjak sekolah dasar mereka –Athaya, Ocha, dan Fina sudah berteman. Mereka bertambah dekat di kala ternyata masing-masing dari orang tua mereka juga saling kenal. Menghadiri jamuan dan pertemuan penting yang kadang mengharuskan para orang tua mereka membawa sang buah hati menjadikan mereka saling kenal.
Ratna keluar dari dapur masih dengan apron yang melekat di tubuhnya, Ratna tampak sangat cantik walaupun terlihat sangat sibuk dari dapur tadi, "At! Mami kangen banget." Ratna mengelus pipi Athaya, setelah itu Athaya menyaliminya.
"Athaya juga kangen banget sama mami, terakhir kita video call itu dua bulan yang lalu kan ya?"
"Iya At, lama banget kita gak kontakan. Abis Fina suka males kalau mami minta hubungin kamu."
"Ya mami kan punya kontak Athaya, hubungin sendiri kan bisa mi." Fina menjawab perkataan maminya.
"Tuh At liat, Fina masih gitu aja tuh sifatnya. Udah dua tahun padahal."
"Mami, udah aku bilang kan. Makanya kalau di sekolah temennya Fina cuma aku, orang dianya aja ketus mulu kalau ngomong," Ocha mengompori.
Ratna tertawa mendengar perkataan Ocha, "Mending Ocha aja deh jadi anak mami gak usah Fina."
"Mi!" Fina mendengus sebal.
"Mami lagi sibuk banget ya sekarang? Weekend gini kok malah di restoran? Gak ngumpul sama temen-temen mami emangnya?" Athaya bertanya.
"Gak At. Hari ini kebetulan jadwal mami quality control, jadi ya gitu deh." Begitu jawabnya sambil menunjuk kesibukan yang ada di dapur yang terlihat dari celah kecil di belakang meja kasir. "Oh iya ini kalian pada mau makan apa? Bilang aja ke Fina, nanti biar Fina yang pesenin. Mami mau lanjut dulu ya, nanti kalau udah mami kesini lagi." Mereka bertiga mengangguk mengiyakan perkataan Ratna. Setelahnya Ratna kembali menuju dapur.
Setelah kembalinya Ratna ke dapur mereka bertiga pun memesan makanan yang sudah pasti gratis itu, sebab hari ini mereka diundang bukan datang karena keinginan sendiri.
"Makin bagus aja nih Fin restonya. Suka gue." Athaya memuji sambil melihat ornamen-ornamen yang sebelumnya tak pernah ia lihat di restoran ini.
"Udah dua tahun At. Ya kali gak ada perkembangan sama sekali, yang ada tutup ini resto."
"Iya juga sih, hehe."
"Panas banget gak sih hari ini? Gue ngerasa gerah banget tau dari tadi."
"Lebay lo Cha. Ini kita udah di ruangan ber-ac mana berasa lagi panasnya."
"Ih, tetep panas Fin, inikan kaca," Ocha menunjuk kaca yang ada di sampingnya. Ya, mereka duduk dekat kaca yang menampilkan jalanan yang padat di luar sana.
"Ribet lo gak ilang-ilang, males gue ladenin lo."
"Ih Fina! Kok gitu sih sama gue, sensi banget." Ocha melirik malas, "Ini nih, keliatan. Marahnya pasti karena cuacanya lagi panas. Gak percaya sih lo Fin."
KAMU SEDANG MEMBACA
This Town
Teen FictionAthaya kini kembali lagi ke Jakarta setelah minggat dua tahun ke Sydney. Baru saja dia hendak pulang ketika di Bandara ia bertemu dengan salah seorang yang ia hindari. Bukan kesan yang cukup baik. Kalau baru mau pulang saja sudah begini, apalagi jik...