LAMARAN DAN SEBUAH PERPISAHAN TAK TERDUGA (empat belas)

41 41 10
                                    

"Kakak suka sama kalungnya?" tanya Arsyad, Arsinta pun tersenyum dan mengangguk.

Beberapa minggu berlalu kini kondisi Arsinta sudah kembali normal ia sudah tak menggunakan kursi roda lagi, Arsinta pun sudah mulai bekerja lagi di perusahan milik Alif atas permintaan Alif.

"Sin, kamu kalo udah cape istirahat dulu aja" titah Alif, Arsinta pun mengangguk, kini Arsinta bekerja seperti dulu lagi.

Dan saat Arsinta akan pulang Alif menghampiri Arsinta lalu mengantar Arsinta pulang, saat tiba dirumah Arsinta, ibu sudah menunggu di depan pintu.

"Hmm ibu" ucap Arsinta saat melihat ibunya yang tengah menunggu dirinya pulang.

"Assalamualaikum, buk" salam Arsinta dan Alif, Arsinta pun lalu masuk sedang Alif berbincang bersama ibu dan juga Arsyad.

"Buk, saya ingin melamar Arsinta apa ibu merestuinya?" tanya Alif, ibu pun tersenyum.

"Ibu merestuinya namun semua keputusan ada di Arsinta" ucap ibu.

"Baiklah buk, Insya Allah minggu depan saya akan datang bersama keluarga saya untuk melamar Arsinta, apa boleh buk?" tanya Alif.

"Ibu akan bicarakan dulu pada Arsinta" ucap ibu, lalu Alif pun pamit pulang sedang ibu langsung menghampiri Arsinta dan memberitahukan tentang keinginan Alif yang ingin melamar Arsinta.

"Buk, Arsinta takut" ucap Arsinta menunduk, yah Arsinta memang sepertinya trauma dengan masalah keluarganya Arsinta takut akan senasib dengan ibunya.

"Arsinta ibu tau kamu takut bahwa Alif dan semua lelaki akan seperti ayah, tapi percayalah pada ibu bahwa tidak semua lelaki memiliki sipat seperti ayahmu, Alif anak yang baik nak ibu tidak ingin kamu menyesal nantinya jika seandainya kamu menolaknya, kamu pikirkan dulu nak cobalah untuk solat istiqarah" titah ibu, Arsinta pun mengangguk.

Setelah solat istiqarah Arsinta seakan yakin bahwa ia harus menerima Alif namun ia malu untuk berbicara kepada ibunya, hingga hari minggu pun tiba Alif dan juga keluarganya benar benar datang untuk melamar Arsinta.

Mereka tengah berkumpul menunggu Arsinta keluar dari kamarnya dan Arsinta pun keluar dengan mengenakan gamis berwarna biru muda dengan hijab berwarna putih.
Setelah itu Arsinta duduk disebelah ibu nya dan Alif pun mulai mengutarakan niatannya.

"Arsinta Putri Azriel, maukah kamu menikah dengan saya menjadi istri untuk saya dan ibu dari anak saya?" tanya Alif, Arsinta pun terdiam ia menatap wajah Zahra yang berseri seri, dengan hati yang tulus Arsinta pun mengangguk mengiyakan.

"Alhamdulillah" ucap mereka serentak, setelah acara lamaran selesai mereka semua makan makan sambil membicarakan tanggal yang baik untuk melangsungkan pernikahan Arsinta dan juga Alif.

"Yah bulan depan tanggal 15 juni, seperti nya itu hari yang bagus iakan?" tanya Arsyad pada semuanya, mereka pun tersenyum menyetujuinya.

"Itu hari ulang tahun mu Arsyad" ucap ibu, Arsyad pun tersenyum dan semua orang tertawa.

"Semua hari itu baik" ucap Alif, Arsinta pun menoleh kearahnya.

"Kapan kakak akan menikahi ka Arsinta" tanya Arsyad pada Alif.

"Secepatnya" jawab Alif, dan itu membuat Arsinta yang tengah minum langsung tersedak karna kaget.

"15 Juni" ucap Alif lagi saat melihat Arsinta yang sepertinya kaget dengan ucapannya.

Setelah acara makan selesai mereka pun pulang kini Arsinta sudah berada didalam kamarnya merasa tidak tenang dengan hatinya, yakin tidak yakin ia menerima Alif namun Arsinta tak ingin mengecewakan siapa pun jika seandainya ia menolak.
Arsinta lepas kalung yang ia kenakan lalu tertidur agar ia tak terus merasa gelisah.

Esok harinya Arsinta tidak bekerja karna Alif mengajaknya untuk memilih gaun pengantin
Arsinta sudah rapi dan langsung menghampiri Alif yang tengah menunggu nya di ruang tamu, tak ingin berdua dalam satu mobil Arsinta pun mengajak ibu dan juga Arsyad lalu mereka berangkat kesalah satu butik langganan keluarga Alif.
Sesampainya di butik Arsinta dan Arsyad segera memilih gaun pengantin yang cocok untuk mereka.

"Sin ini bagus cocok buat kamu" ucap Alif menunjuk gaun pengantin syari, Arsinta pun mengangguk tanda ia setuju.

"Baiklah mari ikut saya" ajak salah satu pegawai butik tersebut mengajak Arsinta dan Alif untuk mencoba bajunya.

Setelah itu Arsinta keluar begitupun Alif yang keluar dari ruang ganti yang sebelah, Arsinta kesusahan karna gaunnya yang panjang menjuntai, hampir saja Arsinta  terjatuh namun dengan sigap Alif menahannya.

"Astagfirullah" ucap Arsinta langsung menghindar begitupun Alif yang langsung salah tingkah, mereka pun berjalan menuju ibu dan juga Arsyad untuk memperlihatkan gaunnya.

"Masya Allah!" seru Arsyad saat melihat Arsinta.

"Cocok" ucap ibu, namun Arsinta hanya diam karna masih terasa canggung dengan kejadian tadi.

"Kenapa Ko diem?" heran ibu, Arsinta pun mengeleng.

"Maaf yah" lirih Alif pada Arsinta, Arsinta pun tersenyum.

Setelah selesai dengan pemilihan gaun mereka pun pulang, kecuali Arsinta yang harus mampir dulu kesebuah salon khusus perempuan. Setelah sampai Arsinta langsung dilayani oleh salah satu pegawai.

Saat Arsinta akan pulang ia menunggu angkutan umum lewat, namun sebuah mobil berhenti di hadapan Arsinta yang ternyata itu adalah Anggara.

"Arsinta, mau kemana?" tanya Anggara.

"Aku mau pulang" jawab Arsinta.

"Aku anteryah?" ajak Anggara, namun Arsinta menolak ajakan Anggara.

Anggara pun tak memaksa ia segera pergi dengan mobilnya, dan membiarkan Arsinta menunggu angkutan umum, Anggara merenung ia yakin bahwa Arsinta belum sepenuhnya bisa memaafkan dirinya, Anggara tatap Arsinta dari kaca spion mobilnya ia tersenyum lalu benar benar pergi meninggalkan Arsinta bukan ke Aceh atau pun tetap di Jakarta untuk mengurus bisnisnya melainkan keluar Negri tanpa memberitahu siapapun termasuk keluarganya.

Setelah tiba dirumah anehnya Arsinta justru malah terpikirkan Anggara dan merasa bersalah karna tadi ia terlalu cuek dan mengabaikan Anggara, tak seharusnya Arsinta seperti itu tadi karna awalnya Anggara hanya ingin berpamitan saja terhadap Arsinta namun karna sikap Arsinta dingin Anggara pun memilih untuk tak memberitahu Arsinta bahwa dirinya akan pergi dan akhirnya Anggara pun pergi tanpa sepegetahuan siapapun, dalam pesawat Anggara mengengam kalung setengah hati yang pasangannya ia berikan kepada Arsinta.

"Maaf Arsinta gue bukan laki laki yang baik gue gagal untuk menjaga cinta pertama gue" ucap Anggara saat menatap kalung yang ia gengam, teringat saat saat kebersamaan mereka saat masih akrab Arsinta yang selalu perhatian dan membuat Anggara merasa nyaman dan memcintai Arsinta, teringat dimana Anggara selalu merayu Arsinta namun Arsinta hanya meresponnya dengan senyuman saja niatan Anggara untuk menikahi Arsinta kini pupus sudah karna nyatanya mereka adalah saudara dan Arsinta adalah kakaknya.

Arsinta yang tengah meringkuk di atas kasurnya ia mengengam kalungnya seperti merasakan hal aneh seolah ingin menangis dan terus teringat Anggara, dan benar saja Arsinta menangis saat ia mengigat kebersamaan antara Arsinta dan Anggara.

"Angga" lirih Arsinta dalam isak tangisnya, hingga Arsyad yang secara kebetulan lewat di depan kamar Arsinta ia mendengar kakaknya yang sedang menangis lalu Arsyad pun masuk kedalam kamar kakaknya.

Terima kasih udah mampir kakak, jangan lupa dukungannya komen positif, vote and follow yah👼

Sendu Menjadi SyahduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang