HONEYMOON YANG PILU (enam belas)

36 37 9
                                    

"Jangan terlalu cinta pada Dunia ingat Akhirat lah tempat yang kekal dan abadi" ucap Alif mengagetkan Arsinta.

"Iya mas adek tau, adek hanya bersyukur karna Allah telah memberikan adek ini mata yang sempurna dan bisa melihat segala ciptaannya di bumi ini" ucap Arsinta yang saat berdua panggilan nya berubah jadi adek.

"Maka nikmat mana kah yang kai dustakan" ucap Alif.

"Selalu bersyukur yah mas atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita" ucap Arsinta menatap manik mata Alif.

Setibanya di Korea Selatan Alif langsung mengandeng lengan Arsinta dan membawanya menuju salah seorang pria yang tengah berdiri tak jauh dari mereka.

"Assalamualaikum, Zayd" salam Alif pada pria yang bernama Zayd Kim sahabatnya Alif yang memang asli korea namun ia seorang Muslim karna mualaf saat ia bersekolah di Indonesia bersama dengan Alif lalu mereka melanjutkan pendidikannya bersama lagi di Kairo.

"Waalaikumsalam, Alif" jawab Zayd Kim, "Masya Allah ini istri mu Assalamualaikum dek" sapanya pada Arsinta.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab Arsinta sambil tersenyum.

"Hey Istigfar, ini istri gue" ucap Alif saat melihat sahabatnya Zayd tengah menatap Arsinta.

"Astagfirullah" ucap Zayd mengelus dadanya.

"Segera cari sana, jangan tatap punya gue" ucap Alif dan langsung memberikan satu kopernya kepada Zayd karna ia merasa berat sedari tadi menarik dua koper sekaligus.

"Dih kebiasaan lo mah, yaudah yu ikut gue" ajak Zayd pada Arsinta dan Alif mereka akan menuju tempat yang bisa dibilang sebuah vila.

Sesampainya ditempat tersebut Arsinta segera merapikan baju baju Arsinta dan Alif, sedang Alif masih mengobrol diluar bersama Zayd selesai Arsinta merapikan pakeannya segera ia menuju dapur dan membuatkan minum dan menyiapkan cemilan untuk Alif dan juga Zayd.

"Ini mas" ucap Arsinta memberikan cemilan dan minuman yang ia bawa.

"Makasih sayang, sini duduk" titah Alif pada Arsinta, Arsinta pun langsung duduk disamping Alif dan mulai bergabung dengan obrolan mereka.

Memberanikan diri Arsinta coba untuk bertanya hal hal kecil pada sahabat suaminya.

"Kenapa abangnya pasih banget pasih banget bahasa Indonesia?" tanya Arsinta ingin tahu.

"Karna kalo saya ngomong pake bahasa Korea pasti kalian gak akan ngerti iakan" tawa Zayd.

"Aku serius" ucap Arsinta.

"Serius amat dek, jadi gini biar mas yang jelasin Zayd ini saat SMA plus kuliah dia di Indonesia dan setelah itu Zayd ikut mas ke Kairo jadi wajar bagi dia hapal bahasa Indonesia karna gurunya mas" ucap Alif yang langsung dapat lemparan tisu dari Zayd.

"Sembarangan lo, jangan percaya dia bohong" beritahu Zayd agar Arsinta tak mempercayai ucapan Alif yang ngaur.

"Iya iya abang Korea" ledek Alif yang langsung membuat mereka tertawa merasa lucu karna Zayd mendapat panggilan abang dari Arsinta.

"Maaf yah" ucap Arsinta merasa tak enak serba salah dengan panggilannya untuk Zayd.

"Tidak masalah saya senang dipanggil abang, saya merasa seperti jadi orang Indonesia" ucap Zayd dengan logat Korea nya.

"Zayd apa lo udah damai sama keluarga lo?" tanya Alif yang langsung membuat Zayd terdiam.

Canggung terasa saat ini hanya hening yang terasa Zayd belum menjawab sedang Alif sudah menanti jawaban dari sahabatnya ini memang Zayd dulu saat memutuskan untuk pindah Agama ia tak memberitahu keluarga nya ia sembunyi sembunyi hingga pada akhirnya keluarga nya pun tahu saat tanpa sengaja memergoki Zayd yang tengah solat dari situlah masalah datang yang hingga akhirnya membuat Zayd dikucilkan dari keluarga nya.

"Di minum tehnya, nanti keburu dingin" ucap Arsinta memecah keheningan.

"Iya" ucap Zayd pada Arsinta,  "Alif gue masih belum siap buat ketemu mereka setelah dengan teganya mereka mengusir gue" ucap Zayd memberitahu Arsinta yang tidak mengerti apapun dan hanya menatap heran kemereka.

"Jangan seperti itu bagaimana pun mereka keluarga lo dan apa lagi orang tua lo, cobalah untuk menemui mereka jelaskan dengan baik baik kepada mereka Insya Allah mereka akan mengerti, gak mungkin kan selamanya lo akan seperti ini" ucap Alif panjang lebar.

"Gue masih binggung, gue belum berani buat ketemu mereka lagi" ucap Zayd menunduk, melihat sahabatnya seperti itu segera Alif merangkulnya mengusap lembut pundak sahabatnya.

"Jangan terus menghindar jalan yang tarbaik untuk sebuah masalah adalah menghadapinya" ucap Alif.

Setelah beberapa hari di Korea Selatan dan selalu Zayd yang menjadi pemandu untuk mereka kini sudah saatnya Alif dan Arsinta untuk pulang tapi sebelum itu Alif dan Arsinta mengantar Zayd untuk bertemu dengan keluarga nya berharap semogga mereka bisa menerima dan menganggap Zayd sebagai keluarga nya kembali.

Langkah Zayd terhenti saat melihat ibunya yang tengah berdiri diambang pintu sambil mendekap sebuah foto yang ternyata itu adalah foto Zayd.

"Hampirilah" titah Alif, Zayd pun mengangguk lalu segera menghampiri ibunya yang seperti nya merindukan Zayd pula.

Arsinta dan Alif mengikuti langkah Zayd dari belakang.

"Omma!" seru Zayd, sontak ibunya Zayd langsung menghampiri dan memeluknya erat tak lama setelah itu ibunya memukul mukul Zayd dengan derai air mata.

"Mas ko dipukul sih?" tanya Arsinta pada Alif, Alif hanya tersenyum lalu menghampiri Zayd dan ibunya.

Setelah ibunya berhenti memukul Zayd dan tangis nya mereda Zayd memperkenalkan Arsinta dan Alif pada ibunya tak disangka mereka disambut dengan hangat oleh ibunya Zayd, Zayd yang sedari tadi tak melihat keberadaan ayahnya ia menanyakan kepada ibunya.

Dan penjelasan ibunya membuat Zayd syok dan langsung menangis, ternyata ayahnya Zayd telah meninggal, ibunya menjelaskan bahwa ayahnya Zayd mengalami kecelakaan saat ia sedang mencari keberadaan Zayd ia tertabrak sebuah mobil dan tewas ditempat.

Meski Alif dan Arsinta tak mengerti dengan yang diucapkan ibunya Zayd tapi Arsinta merasa bahwa ada suatu hal yang telah terjadi.

"Sabar ingat ada Allah yang selalu bersama kita, Istigfar Zayd" ucap Alif, Zayd pun langsung beristigfar dan mengucap kata inallilahi.

Sontak Arsinta langsung membekap mulutnya dan merangkul ibunya Zayd yang ikut menangis sesengukan.

"Semua makhluk yang hidup memang akan mati, dunia ini hanyalah sementara dan tempat untuk kita berbekal menuju akhirat tempat yang abadi, kamu harus ikhlas tabah dengan segala takdir Allah" ucap Alif menguatkan Zayd.

Setelah jam menujukan 10 pagi di Korea Selatan Alif dan Arsinta pun pamit karna mereka harus pulang ke Indonesia.

Sesampainya di rumah Arsinta langsung disambut meriah oleh Zahra yang seperti nya amat sangat merindukannya.

"Umi!" teriak Zahra saat melihat Arsinta keluar dari mobil.

"Sayang" ucap Arsinta langsung memeluk Zahra.

"Segitunya gak kangen sama Abi?" tanya Alif saat melihat Zahra yang begitu manja terhadap Arsinta.

"Abi" ucap Zahra langsung memeluk Alif.

"Oleh oleh mana?" pinta Zahra.

"Aduh Abi lupa" bohong Alif dan membuat Zahra kesal.

"Tadaa lihat sayang ini apa" ucap Arsinta memberikan sekantung yang berisikan mainan.

"Kamu, mas sengaja bohongin Zahra dulu biar dia kesal" ucap Alif.

"Kasihan mas, nanti Zahra ngambek" ucap Arsinta senbari mengelus lembut kepala Zahra yang dibalut hijab.

"Terima kasih sayang, kamu sudah tulus menyayangi putri ku" ucap Alif mengecup kening Arsinta lalu mengendong Zahra membawa nya masuk kedalam.

Terima kasih kakak udah mampir, jangan lupa beri aku dukungannya komen positif, vote and follow, agar lebih baik kedepannya dan makin semanggat lagi yuk kasih aku sarannya👼💞

Sendu Menjadi SyahduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang