[B1] Mr. Ceo Spoil Me 100%!

Bab 3

Dia ingat meninggalkan sejumlah besar tunjangan setelah perceraian mereka.

Jumlah tersebut seharusnya lebih dari cukup baginya untuk menjalani sisa hidupnya dalam kemewahan, jadi mengapa dia menemukannya dalam situasi seperti itu?

Pertanyaan ini telah menyumbat pikirannya sejak dia meninggalkan rumah sakit.

"Mubai, apa yang ada di pikiranmu?" Chu Tianxin bertanya dengan rasa ingin tahu, dan Xi Mubai menjawab dengan datar, "Tidak ada yang serius."

“Kamu sedang memikirkan Xinghe, bukan?” Chu Tianxin menghela nafas, “Bahkan aku tidak percaya Xinghe yang sama yang kita lihat di sana. Mengapa dia memilih untuk hidup seperti ini ketika dia memiliki sumber daya untuk kehidupan yang lebih baik? Mengapa dia begitu bodoh? "

Padat… persis seperti itulah Xi Mubai membayangkan Xia Xinghe.

Terkadang padat bisa jadi lucu tetapi Xia Xinghe memiliki kombinasi yang mematikan antara padat dan keras kepala. Karena itu, masalah cenderung mengikuti wanita dan orang-orang di sekitarnya.

Faktanya, pernikahan mereka bisa dikatakan hancur oleh sifat keras kepala dan padatnya.

Namun, dia tidak berharap dia menjadi cukup bodoh untuk tidak dapat merawat dirinya sendiri bahkan dengan sejumlah besar tunjangan yang telah dia berikan padanya.

Sederhananya, pertemuannya dengan Xia Xinghe hari itu telah meninggalkan pengaruh besar padanya.

Mubai melamun jadi dia tidak menjawab pertanyaan Chu Tianxin. Tak lama kemudian, mobil itu sampai di restoran.

Kedua keluarga mereka sudah ada di sana.

Karena makan malam itu untuk membahas pernikahan mereka yang akan datang, para hadirin termasuk kedua orang tua mereka serta putranya, Xi Lin. Dia memilikinya dengan Xia Xinghe.

Pria kecil itu adalah satu ketika mereka bercerai, jadi dia berumur empat tahun sekarang.

“Mengapa kita tidak memilih 2 November sebagai tanggal pernikahan? Ini adalah tanggal yang menguntungkan dan hari nasional negara kita, "ibu Xi Mubai, Nyonya Xi tua berkata sambil tersenyum.

Ibu Chu Tianxin mengangguk dengan gembira, menambahkan, “Ini memang dimaksudkan karena saya akan menyarankan hari itu juga. Mubai, Tianxin, apakah kalian berdua baik-baik saja dengan tanggalnya? "

"Tentu saja. Pengaturan seperti ini selalu diserahkan kepada orang tua yang cakap, ”kata Chu Tianxin malu-malu.

"Aku baik-baik saja dengan kencan apa pun," Xi Mubai mengangkat bahu.

“Kalau begitu, tanggalnya sudah ditentukan. Kami bisa fokus penuh pada persiapan pernikahan sekarang. Tianxin, Tuhan masih baik kepada saya karena Anda akhirnya akan menjadi menantu perempuan saya, ”kata Nyonya Xi tua dengan gembira saat tangannya menggenggam tangan Chu Tianxin, keduanya tersenyum gembira.

Chu Tianxin praktis tumbuh di depannya. Dia sangat menyukai kepribadian, karakter, dan kemampuan Tianxin.

Dia telah mendesak Xi Mubai untuk membawa Tianxin ke dalam Keluarga Xi, dan akhirnya keinginannya akan menjadi kenyataan.

Ada wanita lain di meja yang keinginannya akan menjadi kenyataan dan itu adalah Chu Tianxin.

Akhirnya, Xi Mubai berada dalam genggamannya.

Pria itu akhirnya akan menjadi miliknya.

Saat itu, gelas jus yang dipegang Xi Lin di tangannya jatuh dan hancur. Dia juga entah bagaimana berhasil memercik kemejanya dengan jus.

"Lin Lin, kau harus lebih berhati-hati," Nyonya Xi tua mengomel ringan.

"Lin Lin, apa kamu terluka?" Chu Tianxin masuk dengan saputangan untuk menyeka jus di kemejanya tapi dia dengan cepat bergegas ke pelukan Mubai, menghindarinya sama sekali.

Tangan Chu Tianxin menggantung dengan canggung di udara.

"Aku akan membereskannya," kata Xi Mubai sambil menggendong putranya ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Xi Mubai meletakkan putranya di meja wastafel.

Xi Lin menatap tajam ke arah kakinya yang bergoyang, otaknya berputar.

Dia tiba-tiba menampar tangan Mubai yang sedang menyeka jus dari kemejanya.

"Apa yang salah?" Xi Mubai berkata dengan lembut sambil menatap putranya, "Kamu bertingkah sejak makan malam dimulai, apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

Xi Lin menundukkan kepalanya tanpa berkata-kata.

Ketika Xi Mubai mengangkat wajah putranya, dia melihat sepasang mata bertekad menatapnya kembali.