Tamu dari Ginseng

34 8 0
                                    

"Lak!" Bahu itu berguncang. Dengan isyarat tangan yang dilambaikan, gadis itu tak bergeming dan kembali ke posisi semula. Melipat kedua tangan dan menenggelamkan seluruh wajahnya di sana.

"Yaelah Lak, udah lah, gausah dipikirin kata Pak Edi," ucapnya penuh bujuk. Si gadis berambut panjang berdecih ke bangku di depannya. Kini, tubuhnya berpindah duduk tepat di sebelah gadis berambut ikal yang menantiasa meratapi nasib di balik kedua lengannya.

Bel istirahat telah bergema sejak sepuluh menit lalu membuat ruang kelas hampir sepenuhnya tak berpenghuni. Meskipun begitu, tak satu pun dari kedua gadis ini berniat beranjak keluar dan mencari udara segar atau yaa setidaknya membeli bakwan di kantin Bu Su.

"Gue janji bakal bantu untuk dapetin objek lukis lo." Tangannya menepuk pelan bahu gadis yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun dari suka maupun duka. Bahu yang senantiasa pula menjadi tempat sandaran bahkan pilarnya di saat hidupnya tak sesuai harapan.

Kila Kanzia, si gadis mungil berambut ikal, menegakkan punggungnya. Matanya memandang Frenya dalam. Perlahan, senyum dari bibirnya mencuat dan terpatri lembut di wajah chubby-nya.

"Gue heran, kapan sih lo bakal jahat sama gue? Uh..." Kila memeluk Frenya sarat bahagia. Beruntungnya, pikirnya.

Menjadi seorang introvert bukanlah hal yang mudah baginya. Tapi dibandingkan membuat dirinya terkenal, mungkin dia lebih memilih opsi pertama. Mendengar musik klasik di tengah kegiatan melukisnya sudah menjadi bagian dari kebiasaannya. Bahkan, Kila sendiri berpikir bahwa dirinya membosankan dari yang paling membosankan. Begitulah.

Tapi entah kenapa seorang Frenya, anggota cheerleaders yang digandrungi banyak orang karena wajah menawannya, tetap memilih bersamanya yang membosankan ini.

"Di saat lo ngambil popsicle strawberry gue, gue bakal bom rumah lo." gelaknya sambil membalas pelukan hangat Kila lebih erat.

Pekikan melengking khas para siswi perempuan tiba-tiba memenuhi seantero SMA Okui mengundang para murid lainnya heboh ingin melihat apa yang sedang terjadi.

"Pasti murid pertukaran pelajar lagi." Seolah bosan mendengar pekikan itu, Frenya memutar matanya jengah.

Sekolah mereka menjadi sarana utama saat pertukaran pelajar internasional. Semuanya terlihat ketika memasuki gerbang SMA Okui. Puluhan bendera dari negara-negara di dunia berkibar dengan palang kokoh yang menancap di tanah. Bendera baru akan dipasang ketika terdapat negara baru yang menjalin hubungan kerja sama internasional dengan SMA Oiku. Ya begitulah kira-kira.

Suara yang kian menggema membuat Kila dan Frenya bangkit dan mengintip di balik jendela kelas mereka.

Seorang lelaki berperawakan tinggi di atas rata-rata membuat kepalanya menyembul tak terhalang oleh siapapun. Kulitnya putih nan rupawan, bahkan Kila bisa melihat bulu mata lelaki itu bergerak naik turun pada saat dia berkedip. Rahangnya diangkat angkuh dengan tatapan yang menakutkan. Mata dengan pancaran coklat terang membuat Kila bisa melihat ke dasar pupilnya bahkan dari kejauhan. Itulah pemikiran pertama Kila ketika melihat lelaki yang menurutnya flowerboy.

"Uih young money! Tu anak baru sampe di kawal gitu, Lak!" Mata Frenya berbinar-binar ketika melihatnya. Bukan hanya satu, ada empat pengawal yang senantiasa mengawal lelaki itu agar tak tersentuh oleh siswi-siswi yang mengerubunginya. Kila menggangguk setuju.

"Tapi...dih sombong amat. dagunya diangkat dong, kurang tinggi woi!" teriak Frenya. Lagi-lagi Kila mengangguk setuju. Tanpa sadar matanya mengikuti jejak pemuda itu sampai hilang dari radar pandangannya. Maniknya beralih ke Frenya yang seolah-olah menyampaikan suatu pesan dari tatapannya.

Back To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang