"La? Kila? HEI!" Dirinya tersentak ketika seseorang meneriakkan namanya. Suara husky Andre mengisi di sela kenangannya. Mungkin memang benar, seharusnya dia tidak mengingatnya kembali. Andre hadir dalam hidupnya dan menawarkan ribuan kebahagian yang seharusnya ia terima.
"Tumben pulang lewat sini?" tanya Kila acuh tetap berjalan. Andre menyamakan kecepatan vespa miliknya dengan kaki Kila.
"Mau beli martabak untuk Mbak Indah, mau sekalian aku anterin pulang?" bujuknya. Mbak indah adalah kakak kandung Andre yang setau Kila merantau ke Kota Jogjakarta.
"Gapapa, aku sendiri aja," angkuhnya. Bukan maksud hatinya menolak ajakan Andre, tapi mulut yang kadang kala tak selaras dengan kata hati membuatnya terlihat sombong. Andre menghentikan vespanya.
"Gak baik anak gadis jalan sendirian malam-malam." sindirnya.
Kila memutar bola matanya dan berbalik berjalan ke vespa Andre. Tangannya mengambil helmet yang disodorkan padanya dan duduk menyamping.
"Kalo ni vespa ga jalan, gue turun aja." ancamnya. Buru-buru Andre menahan tangan kecil Kila dan menaruhnya di sisi pinggangnya.
"Gimana bisa jalan kalo penumpangnya gak pegangan? Kalau lo ngerasa gak nyaman megang pinggang karna belum mukhrim, pegang jaket gue saja," tawarnya.
Tangannya langsung beralih pada ujung jaket Andre, tentu saja. Hembusan angin malam tak mampu menyentuh kulitnya berkat jas yang diberikan Afnan padanya. Seutas senyum terlintas di bibirnya ketika mengingat Afnan.
"Btw, lo tumben pakai dress." cetus Andre di tengah jalanan sepi dengan suara yang beradu kencang pada angin.
"Iya gue tau ini aneh. Jangan diperjelas."
"Gue ga pernah bilang lo aneh. Cuma, biasanya gue selalu liat lo pakai hoodie. Waktu liat lo pake dress gini, lo jadi...cantik. Enggak! Maksud gue lo biasanya emang cantik tapi kali ini lebih--"
"Iya gue tau kok apa maksud lo. Thanks." ucapnya menjawab gelagapan Andre.
"Gimana dengan objek lo?" Kila mengangguk semangat.
"Udah, gue uda dapat. Afnan jadi sukarelawan objek gue." Andre tersenyum kecut.
"Pantesan aja belakangan ini lo deket sama dia, haha." guraunya singkat. Kila lebih memilih menggidikkan bahunya dan memilih tak membahasnya. Seperti yang dikatakan Andre sebelumnya, mereka menyinggahi sebuah kedai pinggir jalan yang menyediakan bermacam jenis martabak.
"Lo tunggu sini bentar ya?" titahnya pada Kila lalu dia masuk ke dalam tenda kedai.
"Kang Ujang, martabak coklat keju spesialnya sekotak." katanya dibalas angguk oleh si penjual. Andre memperhatikan bagaimana proses pembuatan martabak tanpa menyadari sekelompok pemuda datang menghampiri Kila.
"Si eneng teh geulis pisan, udah ada yang punya?" ucap salah satu lelaki dari kerumunannya. Kila berpura tak mendengar dan menyumpal earphone ke telinganya.
"Eh sombong pisan teh maneh?! Sini ikut akang-akang ini yuk." Salah seorang dari mereka mulai menarik tangan Kila. Dirinya berteriak dan berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan cengkraman kuat di tangannya.
"Gue bilang lepas!" Mendengar suara riuh dari luar, buru-buru Andre keluar dari dalam tenda. Ekspresinya berubah gelap ketika mengetahui bahwa orang-orang yang sedang mengganggu Kila adalah lawan tandingnya di festival bulan depan.
"Mau lo apain cewe gua?" suara berat Andre menyorak sorai. Rasa syukur menyergapi hati Kila. Setidaknya ketika Andre bersamanya, dirinya merasa aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Me
RomanceDirinya adalah dirinya. Kila adalah Kila. seorang wanita bertumpuk bodo amat pada siapapun yang tak menyukainya. Rasanya nyaman menjadi diri sendiri, pikirnya. Tapi itu semua sirna ketika seorang murid pertukaran pelajar asal Jepang terdampar di sek...