Apa ini kencan?

19 3 0
                                    

Byurr

"AFNAN!" Cipratan air danau memenuhi hoodie yang dipakai Kila. Pikirannya langsung kosong, begitu syok dan terguncang. Di pikirannya, Afnan akan mati dalam kegelapan danau atau mungkin sebentar lagi seekor hiu akan datang memangsanya. Tidak!

Kakinya bergetar kencang begitu pun tubuhnya. Benaknya berseru untuk menjauhkan diri secepatnya dari tepian danau, tetapi ketika melihat tangan Afnan yang mengapai-gapai udara membuatnya merinding sampai ke ubun-ubun. Jika nanti Afnan mati karena tragedi ini berarti itu salahnya. Salah Kila.

Dengan sigap Kila menyingkapp lengan hoodie-nya sampai siku dan menggapai tangan Afnan. Tangan Kila mengalahkan dinginnya tangan Afnan. Dalam beberapa tarikan, Kila terjungkal ke belakang begitu pun dengan Afnan yang sudah berada di tepian dermaga danau. Kedua insan ini bernafas memburu, berebut oksigen satu sama lain.

Kila merasakan sesuatu dalam dirinya akan keluar, perutnya begitu mual. "Hahahaha," Tentu saja tawa itu bukan miliknya.

"Yang tadi itu menyenangkan sekali ya?" serunya riang tanpa mengerti perasaan Kila.

"Menyenangkan? Kamu sebut itu tadi menyenangkan?! BEBERAPA DETIK YANG LALU KAMU HAMPIR MATI, tidak, KITA BERDUA HAMPIR MATI DAN KAMU MENYEBUT ITU MENYENANGKAN?!" Puluhan pukulan di layangkan asal ke tubuh Afnan. Rasanya sangat kesal bahkan lebih kesal daripada ketika persatuan fans Andre menerornya.

Afnan menahan seluruh pukulan yang diterimanya. Mendesis sana sini sampai akhirnya dia menangkap kedua tangan yang memukulnya untuk berhenti.

"Lepas! LEPASKAN TANGANKU SIAL--" Ucapan Kila terhenti, mulutnya terdiam. merasakan sesuatu akan meledak. Afnan menaikkan sebelah alisnya, berusaha menatap Kila yang sedang menunduk.

"Kak?"

"HUUEKKK!"

|★|

"Minumlah," Afnan meletakkan segelas teh manis di hadapan Kila. Setelah kejadian tadi, baju Afnan dipenuhi dengan muntahan Kila. Lengkap sudah. Tubuh basah kuyub serta muntahan yang bersarang di tubuhnya mengharuskan mereka mencari toko suvernir terdekat, tentu saja untuk mengganti baju. Jika Afnan beruntung, mereka mungkin akan menemukan toko baju yang sekaligus menjual dalamannya.

Ternyata Dewi fortuna bersama mereka hari ini. Tepat tak jauh dari dermaga danau, ada sebuah toko yang menyediakan baju, celana, serta dalaman. Di sisi toko itu pun ada sebuah gerai makanan yang memungkinkan mereka untuk istirahat sejenak.

Barang-barang lukis? Terpaksa Afnan memasukkan kembali ke dalam bagasi mobil Audinya. Ini salahnya karena tak menanyakan dulu pendapat Kila tentang tempat yang akan mereka tuju. Bahkan dia mengira Kila akan antusias jika diajak ke dermaga danau. Well, sebelum ke rumah Kila, Afnan suudah browsing berjam-jam yentang tempat-tempat yang bagus untuk latar belakangnya di lukisan Kila.

"Terimakasih," Afnan terlihat lebih manusiawi sekarang. Walaupun rambutnya belum mengering sepenuhnya, tetapi tubuhnya tidak basah atau yang paling menjijikan adalah berbau muntahan. Kaos oblong berlengan pendek dengan sablonan pemandangan danau di tengah-tengahnya dan celana pendek selutut melekat di tubuh Afnan. Tidak buruklah pikirnya.

Keningnya berkerut ketika melihat lengan Afnan yang berhias lebam dan lecet kemerahan. Kila yakin lecet di siku Afnan belum sepenuhnya mengering. "Tanganmu kenapa?" tanya Kila spontan.

"Oh, ini?" Afnan memandang sikunya,
"Jatuh." ucapnya singkat.

"Jatuh??"

Back To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang