Jam menujukkan pukul 2 siang ketika aku dan Lili masuk ke area parkir butik, hari ini cukup melegakan karna kita berdua bisa leluasa berbelanja bahan kain yang kurang. Sudah seminggu kak Bagas mengurus proyek di bali dan pak Dewa juga ikut menemaninya. Jadi ini moment langka yang harus di manfaatkan.
Tidak ada kak Bagas itu berarti kebebasan.
Kita bisa bebas jalan-jalan sampai jam berapapun, makan mie sepuasnya, atau ayam geprek level lima,atau marathon drama korea.
Sudah dua tahun semenjak aku bertemu kak Bagas untuk pertama kali, dan sekarang aku sadar bahwa aku sudah jarang melakukan kegiatan-kegiatan itu. Huuffftt......
Padahal dulu aku sangat memujanya. Hahahha... kak Bagas ganteng banget gillaaaaa....Tapi sekarang rasanya ingin terus bersembunyi.
Seminggu ini tingkat kebahagiaan kita meningkat tajam, meski sebenarnya adiknya kak Bagas itu hanya Lili. Tapi entah kenapa aku selalu ikut jadi korban, kita seperti sudah satu paket, bahkan Putra pun pernah merasakan bagaimana protektifnya kak Bagas. Yaa walaupun tak sesering aku.
"Gue gak sabar pengen makan nih ayam. Dah lama banget gak makan richeese level 5, kak Bagas kejem banget sih makanan seenak ini dia blacklist". Ujar Lili ketika aku selesai memarkirkan mobilku. Seminggu ini akulah yang menjadi sopir. Kita selalu pergi dan pulang bersama.
Tante Nita ibu Lili dan kak Bagas selalu menyuruhku untuk sarapan dirumah mereka dan akhirnya aku akan berangkat bersama mereka dengan kak Bagas yang menjadi sopir atau pak Dewa. Sebenarnya aku canggung kalau harus seperti itu tiap hari tapi sepertinya sifat pemaksa kak Bagas menurun dari tante Nita.
"Kakak lo emang luar biasa. Cariin pacar gih biar ada pawangnya. Gue gak bisa terus-terusan kaya gini Li, setres gue lama-lama deket ama lo."
"Gue kasian nanti sma cewenya. Sial banget dia, dapat pacar model singa kayak gitu hahahhahaha." Aku hanya menggelengkan kepala mendengar penuturan Lili sambil membuka pintu penumpang mengeluarkan kantong belanjaan kami.
SAATNYA PESTA JUNK FOOD ..
Diperjalanan tadi kami mampir untuk membeli berbagai macam makanan yang pastinya semua ada dalam daftar blacklist kak Bagas. Tapi tidak untuk hari ini, WE ARE FREE.
Aku berjalan dengan senyum yang lebar karna aku pun sama tidak sabarnya dengan Lili untuk menyantap semua makanan ini. Tapi senyum itu seketika luntur saat aku melihat Lili terdiam di pintu masuk butik.
"Kenapa sih Li, cepet, dah lapar ni." Tegurku.
"Kak Bagas." Lirih Lili sambil menatap sofa yang ada di lobi.
Aku mengikuti arah pandang Lili dan menemukan kak Bagas yang sedang duduk dengan santainya sambil memainkan handphone nya.
Menyadari kehadiran kami akhirnya kak Bagas menengok menatap ke arah kami. Tatapannya turun kearah kantong belanjaan kami.
Aku yang menyadari itu langsung menyembunyikan belanjaan kami di balik punggung. Selamatkan harta karunku ya tuhan....jangan sampai semua makanan ini berakhir di tong sampah.
"Kalian habis darimana?" Tanya kak Bagas.
"Na, lo selamatin makanannya sembunyiin cepet, kak Bagas biar gue yang urus." Bisik Lili
Aku yang masih shock langsung pamit berjalan cepat ke lantai dua, menyembunyikan makanan ini didalam lemari diruang kerjaku.
Belum sempat aku menguncinya, aku dikagetkan dengan suara pintu terbuka. Kak Bagas masuk diikuti dengan Lili di belakangnya.
"Kak, aku udah lama gak makan itu. Sekali aja kak." Protes Lili.
"Kamu pikir kaka ga tau seminggu ini kamu makan apa aja. Udah cukup kaka bebasin kamu seminggu ini." Jawab kak Bagas sambil membuka lemari dimana aku menyembunyikan kebahagiaan kami.
Oke.. hilang sudah alasan kami berbahagia hari ini.
"Kasih makanan ini buat pegawai dibawah, kaka pesenin lagi kalian makanan. "
"Kaaakkk.. aku gak akan mati cuma karna makan itu." Raut wajah kak Bagas menggelap.
"Coba bilang sekali lagi." Ujar kak Bagas dingin.
"Si Lili cari mati." Aku membatin.
"Ia ia maaf, sini aku kasih ke bawah." Lili berjalan menghentakan kakinya mengambil semua kantong belanjaan dan berjalan meninggalkan aku berdua dengan kak Bagas.
Oke.. ini buruk. Siapapun tolong bawa aku keluar dari sini.
Tapi sepertinya itu mustahil. Degup jantungku semakin meningkat saat kulihat kak Bagas berjalan santai kearahku. Aku melangkah mundur seakan memberi jarak, tapi itu semua sia-sia.
"Kak Bagas ma..mau aa..ppa." aku menahan nafas saat kak Bagas berhasil menyudutkanku pada lemari. Tangannya memerangkapku dikedua sisi kepalaku.
Aku bahkan bisa menghirup aroma parfumnya..Tidak ini bahaya untuk kesehatan jantungku. "Meskipun kak Bagas nyereminnya minta ampun, tapi gak bisa ditampik kalau dia gantengnya gak ketulungan." Gumamku dalam hati.
"Jadi." Kak Bagas memberi jeda sekejap.
"Dimana kantong belanja yang lainnya Kirana?" Desis ka bagas"Su..sudah Lili bawa sem..muu..a kak." jawabku gugup.
"Saya tidak suka kebohongan Kirana, berhenti bermain-main denganku." Geramnya.
Oke memang benar aku menyembunyikan sebagian ditempat berbeda untuk berjaga-jaga, siapa tahu masih ada sisa-sisa keberuntungan untukku dan Lili. Tapi ternyata itu tidak berguna sama sekali.
Aku menghela nafas kasar dan dengan berat hati mengungkapkan tempat dimana aku menyembunyikan kantong belanjaan yang lainnya.
"Di bawah mejaku kak."jawabku pasrah.
Kak Bagas masih menatap tajam ke arahku tangannya terulur merapikan rambutku menyelipkan helaian-helaian rambut yang mengenai wajahku ke belakang telinga.
"Jangan menentangku Rana, saya tidak suka. Mulai saat ini hidupmu bukan sepenuhnya milikmu."
Gila.
Kak Bagas dua kali lipat lebih menyeramkan dari biasanya.
"Apa maksudnya? Aku berhak atas hidupku.
Berhenti mengaturku, aku bukan adikmu." Jawabku menantang.Sudah cukup, aku sudah tidak tahan berdekatan dengannya membuat kakiku lemas.
"Sudah mulai berani rupanya."
"Jangan harap bisa menentangku nona, kau bukan tandinganku. Ikuti semua perintahku maka hidupmu aman." Ujarnya tersenyum manis. Tapi entah mengapa membuatku takut melihatnya.
Aku masih tercengang mencerna semua kata-katanya ketika dia berjalan mundur berbalik kearah meja kerjaku mengambil kantong belanjaan yang sedari tadi menjadi kunci permasalahan ini.
"Saya sudah pesankan kalian sushi. Makan dan habiskan. Mengerti." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Good girl. Cup." Ujarnya dan dengan santainya dia menempelkan bibirnya di atas bibirku. Sebuah kecupan ringan yang membuatku menganga, aku bahkan tak bisa mengatakan satu katapun saat ini.
"Sudah lama sya ingin merasakannya." Jawabnya santai sambil berlalu.
DASAR MANUSIA GILLAAAA...
###
HAAII AKU BALIK LAGI
AKU USAHAIN TIAP HARI UPDATE YA, KALO GAK UPDATE BERARTI BESOKNYA DOUBLE UPDATEJANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA
KRITIKKAN DARI KALIAN SANGAT MEMBANTU SEKALI
SALAM

KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana
Любовные романыIni soal Kirana yang terlalu berpikir realistis dan Bagas Bewantara kaka dari sahabatnya Liliana yang terlalu protektif. Takdir yang membuat seorang Kirana teguh pada pemikirannya, bahwa hal mustahil dia akan bernasib sama seperti cinderella, dici...