ii. Prolog : Zeline Francescha

358 44 31
                                    

FMV

~~

a/n:
ditonton dulu fmvnya sebelum baca chapter ini yak. happy reading! ♥️


Maydelaine dan Zeline yang sedang mengantri jajan di kantin, tiba-tiba ditarik oleh Caca dan Shena beserta teman-temannya yang mengikut dari belakang. Kedua orang perempuan itu berusaha melepaskan genggaman di pergelangan tangan mereka. Namun, usaha mereka sia-sia. Baik Maydelaine maupun Zeline pada dasarnya tak dapat melawan kumpulan cewek-cewek itu, terutama Caca dan Shena yang selama hampir satu tahun belakangan ini selalu mengusik keduanya.

Mereka berdua dibawa ke rooftop sekolah. Sekarang posisinya Maydelaine dan Zeline berhadapan dengan kelima cewek itu. Menatap bingung dan bertanya-tanya mengapa keduanya dibawa ke sini.

"Sebenernya ini gak ada urusannya sama lo, May," ucap Caca pada Maydelaine. Mata gadis itu melirik Zeline yang berada di sebelah Maydelaine. "Tapi sama lo, Zeline. Lebih tepatnya Shena yang ada urusan sama lo."

Zeline yang namanya disebut menatap Shena takut begitu gadis itu berjalan ke arahnya. Shena melipat kedua tangan di depan dada. Memberi tatapan dingin pada Zeline

"Lo," kata Shena menunjuk Zeline dengan telunjuk, "gua udah peringatin berkali-kali. Jangan lapor ke Bu Siska kalau gua yang nyontek. Punya kuping gak sih lo? Hah?!" Shena meninggikan suaranya membuat Zeline menunduk.

Secara paksa, meraih dagu Zeline membuat gadis itu mendongak dan menatapnya. "Kalau orang lagi ngomong ditatap. Jangan nunduk. Gak sopan!"

Zeline meringis saat dagunya ditekan oleh Shena. "Sakit," katanya pelan. Shena tersenyum miring, "sakit?" Ia melepaskan tangannya dari dagu Zeline secara kasar. "Lemah. Lo tau gak, Zeline Francescha? Gara-gara lo gua jadi kena hukum Bu Siska! Brengsek!"

Karena Zeline tidak menjawab, Shena kembali membuka suara, "lo tau sendiri konsekuensi dari tindakan lo ini, kan? Padahal kalau lo tutup mulut, gua akan berhenti ngusik hidup lo dan Caca juga berhenti ngusik hidup teman lo, May."

Shena kemudian mendecak melihat Zeline tetap bungkam sembari menundukan kepala. Shena merasa seperti berbicara pada tembok. "Heh! Gua ngomong sama orang apa tembok sih?! Dijawab dong!"

"Takut dia sama lo, Na."

"Dasar penakut."

Shena terkekeh sinis. "Cupu! Cupu!" Ia memukul kepala Zeline kencang, lalu membuang napas kasar. "Heh!" Shena mendorong pundak Zeline keras hingga punggung gadis itu sedikit terkena tembok di belakangnya.

Shena merasa jengah. Ia menggeram kesal. Menaikan tangan hendak menampar Zeline. Sadar dirinya akan ditampar oleh gadis yang berdiri di hadapannya itu. Zeline berteriak nyaring dan berjongkok. Sambil memegang kepalanya.

Keadaan hening. Membuat Zeline dengan hati-hati mendongakkan kepala. Ia mendapat seorang cowok menahan tangan Shena. Zeline tidak dapat melihat dengan jelas siapa cowok itu. Pandangan Zeline perlahan mengabur. Dirinya tak mampu menopang bobot tubuhnya.

Beruntung Maydelaine dengan sigap menahan tubuh Zeline yang terjatuh ke sisi kirinya. Maydelaine ikut berjongkok, menepuk pelan pipi sahabatnya itu. "Zeline! Bangun!"

Remaja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang