"Ugh!" Lisa memukul kasurnya dengan kesal saat berbaring di tempat tidurnya.
"Aku ingin membunuh seseorang." Dia mendengus dan membalik dirinya menjadi tengkurap lalu membawa bantalnya untuk menutupi telinganya. Dia menekan bantal mencoba meredam musik yang berasal dari tetangga apartemen nya.
"oh God... I can't sleeeeeppp." rengek nya dan meraih bantal untuk melemparkannya ke dinding dengan kasar.
"Siapa yang memasang musik sekeras ini di tengah malam?!" teriaknya sambil menatap langit-langit.
Lisa mencoba menenangkan diri, dia menarik napas dalam-dalam, tetapi dia masih terganggu oleh lagu yang datang melalui dinding apartment nya.
Sebenarnya volumenya tidak terlalu keras, tapi dia bisa mendengarnya seolah-olah dia berada di dalam ruangan yang sama, jadi itu sangat mengganggu Lisa yang sudah terlampau lelah.
"Aku akan pergi ke sana. Aku akan masuk ke apartemen itu dan mematikan musiknya sendiri jika perlu." Ucapnya dengan penuh amarah dan segera bangun dari tempat tidurnya, langsung menuju pintu depan rumahnya untuk segera menggedor pintu tetangganya.
Lisa membunyikan bel dan menunggu. Lengannya bersedekap. Musik semakin pelan di dalam sana. Lisa tidak tahu siapa yang tinggal di sana karena yang dia tahu, apartemen itu kosong seminggu sebelumnya. dan dia berharap itu masih kosong.
"Hey?" Kata gadis itu, membuka pintu dan bersandar pada tepinya. Lisa melihat seorang berambut cokelat, lebih pendek darinya, matanya seperti kucing, rambutnya di sanggul berantakan, bibir merah muda yang penuh dan Lisa benar-benar lupa apa tujuannya ke sana.
"um... hey." ucap Lisa gugup. Gadis pemilik mata kucing itu mengerutkan alisnya dengan lemah dan senyuman kecil muncul di tepi bibirnya.
"Hm... ya?" Dia bertanya, memiringkan kepalanya sedikit ke samping, menatap Lisa dengan mata kucing yang imut yang sedang penasaran.
"Aku... aku sedang berpikir..." Lisa menggelengkan kepalanya, "sejak kapan kamu tinggal di sini?" tanyanya, mengubah rencananya sebelumnya.
"Minggu lalu." Gadis itu tersenyum.
"Mengapa?""Tidak... Aku hanya.... hanya ingin mengenal tetanggaku." Lisa mengangguk dan menghembuskan napas.
"Apakah kamu tinggal di sana?" Si mata kucing menunjuk ke pintu apartemen terbuka yang ditinggalkan Lisa. Lisa melihat ke belakang untuk meliriknya.
"Iya." jawab nya mengalihkan pandangannya ke tetangga baru nya lagi dan melihat mata kucing itu kembali.
"Senang mendengarnya." Gadis yang lebih pendek itu tersenyum.
"Iya." Lisa berkata dengan cepat. Dia merasa menjadi gugup pada orang di depannya saat ini.
"Jadi kamu datang ke sini pada...." gadis itu melihat ponsel di tangannya, "01.35 pagi dan untuk bertanya padaku sejak kapan aku tinggal di sini?" Tanya gadis itu sambil terkekeh. Lisa tertawa gugup sebagai tanggapan.
"Iya dan tidak." Lisa menggelengkan kepalanya lagi.
"Aku um.... ingin tahu nama lagu yang kamu dengarkan karena lagunya menarik." berbohong adalah hal bodoh pertama yang muncul di benaknya. Ia bahkan tidak ingat lagunya apa.
"Oh okay..." Gadis bermata kucing itu mengangguk dan tersenyum.
"Biar aku periksa karena aku baru mendownloadnya dan aku tidak ingat judulnya." Dia terkikik.
"Tidak masalah." Lisa terkekeh dan melihat tetangga baru nya itu berbalik untuk berjalan ke laptopnya yang diletakkan di meja ruang tamu.
"Oh My fucking Godd" Lisa bergumam pelan karena dia melihat gadis itu berjalan ke arahnya dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Dia menelan ludah dan mengusap rambutnya berkali kali, karena bukan itu yang dia harapkan ketika dia meninggalkan tempat tidurnya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA ONESHOTS
عاطفيةSOME ONESHOT STORIES OF JENLISA WARNING 🚨 only for 18+ 🚨 GXG 🔒FOLLOW SEBELUM MEMBACA! kalo ga niat VOTE ga usah dibaca!