Sesuatu Yang Aneh

46 1 0
                                    


"Semuanya berjalan bagai tak melihatku!" pekik Wida sambil tertawa sendiri.

"Kamu kenapa, sih Wid?" tanya Bima yang penasaran akan sikap istrinya yang begitu aneh.

"Aku? Enggak kenapa-napa, kok!" Wajah Wida terlihat begitu kikuk. Terlihat dari gerakan tubuhnya menyimpan banyak kebohongan.

Bima menatap ke arah Wida. Seperti tidak yakin. Dia merasa kalau istrinya berbohong. Ah, pikirannya benar-benar kacau.

"Ssst ... ssst!" Bisik-bisik dengan suara yang parau kembali hadir. Membuat Wida bergedik ngeri. Namun, segera dia tepis semua rasa takutnya. 'Mungkin hanya halusinasiku saja.' Batin Wida terus berkecamuk. Bima melenggang pergi. Wida menatap langit-langit kamarnya. Perasaannya benar-benar buruk. Hatinya merasa ada yang tidak beres.

"Jangan sampai, Bima mengetahui hal ini!" gumam Wida sambil hendak berjalan ke luar kamar. Tapi tiba-tiba, seperti ada yang memegang lehernya.

"Bima! Ini kamu, ya?" tanya Wida dengan nada cemas. Dia melirik ke belakang, tetapi tidak ada siapapun. “Oh, tidak! Kalau bukan Bima ini siapa?” Hawa dingin mulai menembus kulit Wida. Mulutnya seperti dibekap. Tangannya benar-benar lemah. Tak ada perlawanan yang dapat ia lakukan.

'Ini bukan Bima!' Wida mencoba berteriak. Namun, hanya bisa terucap di dalam batin.

'Jangan sampai aku dan bayi ini kenapa-napa!' Batin Wida berteriak histeris. Seketika tubuhnya seperti ada yang mengangkat. Lampu di kamarnya berkedip-kedip beberapa kali.

"Wida!" panggilan dari Bima membuat semua yang terjadi tiba-tiba sirna.

"Kamu daritadi aku panggilin, kok enggak nyaut?" tanya Bima dengan raut wajah penasaran.

"Oh maaf aku enggak dengar, Bim," jawab Wida sambil memegang lehernya. Lehernya berasa perih. Seperti ada yang mengelupas dibagian lehernya.

"Tunggu dulu!" Tangan Bima mencoba mengambil tangan Wida. Wajahnya tersentak. melihat leher istrinya yang seperti terbakar.

"Kamu kenapa, Wid? Leher kamu berdarah!" Bima segera berjalan mengambil kotak P3K. Menatap wajah istrinya dengan tatapan kebingungan. Tangannya mengambil obat dan mengobati luka Wida perlahan. Dia sangat mencintai istrinya ini. Walau perlakuan Wida telah banyak berubah padanya.

"Sakit, Bima!" gertak Wida sambil menahan tangan Bima yang ingin mengobati lukanya. Wida merasa Perih dan panas, seolah telah terjadi sesuatu padanya.

"Udah pelan-pelan, kok," jawab Bima santai. Dia tak menghiraukan raungan istrinya.

"Udah aku obati." Bima bangkit menaruh kotak obat-obatan. Dia berbaring di atas kasur, menatap Wida menyelidik. Dirinya masih memikirkan apa yang terjadi belakangan ini.

"Kamu enggak menyembunyikan sesuatu dari aku, kan?" tanya Bima sambil menatap wajah istrinya.

Wida hanya menggeleng. Dia tak ingin menceritakan apa yang terjadi padanya. Dia juga ingin menyembunyikan semuanya. Wida mengikuti Bima berbaring untuk beranjak tidur. Matanya mulai terpejam. Dia tidak menggubris ucapan Bima lagi. Wida tidak ingin berpikir sesuatu yang bisa menambah bebannya. Netranya mulai menggapai alam mimpi. Bayangan dalam mimpinya nampak seperti nyata. Semuanya begitu sejuk diiringi pemandangan yang enak dipandang.

"Wida! Ayo mendekatlah!" Sebuah teriakan muncul bersamaan dengan sebuah bayangan hitam di depannya. Ketakutan mulai menjalar. "Jangan takut! Kemarilah!" Suara itu kembali menggema. Menyuruh Wida untuk mendekat ke arahnya.

Walau perasaan takut dan gentar. Wida berjalan ke arah bayangan yang ada di dekatnya. Muncul sebuah tangan dari bayangan itu. Mengusap perut Wida perlahan. Walau Wida telah mencoba menepisnya. Tangan itu menepis pergelangan tangan Wida. Sosok itu menahannya dan membiarkan tangan yang satu lagi mengusap perut Wida. Wida hanya bungkam. Meratapi perutnya yang diusap seseorang yang tak dikenalnya. Wida ingin muntah begitu merasakan sesuatu yang aneh di perutnya. Namun, sosok itu sama sekali tidak peduli. Tersisa jejak di perut Wida, sebuah bayangan kecil berwarna hitam. Tangan sosok itu menjalar ke atas tubuh Wida hingga terdiam menyentuh lehernya. Tangan dinginnya terasa menusuk. Sosok itu tertawa cekikikan. Sekilas Wida bisa melihat wajahnya yang penuh dengan kerutan. Mata mereka bertatapan. Wida tersentak melihat bola mata putih yang menatap ke arahnya dengan tajam.

Prewangan [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang